Asas Kepentingan Nasional Dalam Perdagangan Luar Negeri Menurut Undang-Undang No.7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Berkaitan Dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015

(1)

Daftar pustaka a. Buku bacaan

Aditya, S, Robby.Kajian Yuridis Terhadap Kedudukan Advokat Asing di Indonesia dengan Kebaradaan Masyarakat Ekonomi ASEAN.Skripsi, Universitas Sumatera Utara, 2015.

Bank Indonesia.Kerja Sama Perdagangan Internasional Peluang dan Tantangan Bagi IndonesiaI. Jakarta, Elex media komputindo, 2007.

Basri, Faisal dan Haris Munandar.Dasar-dasar Ekonomi Internasional : Pengenalan dan Aplikasi Metode Kuantitatif. Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2010.

Budiman, Aida S, Sjamsul Arifin, dan Rizal A. Djaafara , Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Jakarta, PT Elex Media Komputindo, 2008.

Departemen Perdagangan Republik Indonesia.Menuju ASEAN Economic Community 2015.Jakarta, Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2014.

Dirjen Kerja Sama Internasional, Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Informasi Umum:Masyarakat Ekonomi ASEAN. Jakarta, Dirjen Kerja sama internasional kemendag RI, 2011.

Kementrian Perdagangan Republik Indonesia.Analisis Kebijakan

Pengamanan Perdagangan Indonesia di Negara Tujuan Ekspor. Jakarta, Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, 2013.

Kotler, Philip.Manajemen Pemasaran. Jakarta, Erlangga, Edisi 13

Pratama, M. Fakhri Tri.Analisis Yuridis Kebijakan Perlindungan dan Pengamanan Perdagangan Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Skripsi, Universitas Sumatera Utara, 2016.

Purwito, Ali.Ekspor, Impor, Sistem Harmonisasi, Nilai Pabean dan Pajak dalam Kepabeanan. Jakarta, Mitra Wacana Media, 2015.

Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementrian Perdagangan.Analisis


(2)

Aplikasi Rules of Origin Untuk Meningkatkan Akses Produk Global Value Chain Indonesia di Dunia, Jakarta, Kementrian Perdagangan, 2014.

Raharjo, Satjipto.Ilmu Hukum cet. 7. Bandung , PT. Citra Aditya Bakti, 2010. Sukarmi.Regulasi Antidumping di Bawah Bayang Pasar Bebas. Jakarta, Sinar Grafika, 2002.

Sood, Muhammad.Hukum Perdagangan Internasional. Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2011.

Yustiawan, Dewa Gede Pradnya.Perlindungan Indusri Dalam Negeri Dari Praktik Dumping.Tesis, Universitas Udayana Bali, 2011.

Yusuf, Sri Wahyuni.Pelaksanaan Prinsip-Prinsip World Trade Organization (WTO) dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Skripsi, Universitas Hasanuddin Makassar, 2015.

b. Siaran pers dan Majalah

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia.“Menperin Dorong Peningkatan Ekspor Industri Alas Kaki Nasional.” Jakarta, 31 Juli 2015.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.“INTRA (Indonesia Trade Insight) : Selamat Datang UU Perdagangan.” (Edisi Perdana 2014).

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia,“INTRA (Indonesia Trade Insight) : Welcome Masyarakat EkonomiASEAN(MEA).” (Edisi ke- VIII, 2014).

c. Jurnal

Yean, Tham Siew, dan Sanchita Basu Das.“The ASEAN Economic Community and Conflicting Domestic Interests An Overvier.” Journal of Southeast Asian Economies, Vol. 32 No. 2 (2015).

d. Perjanjian Internasional dan Peraturan Perundang-undangan ASEAN Economic Community Blueprint.


(3)

Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian.

Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan.

Idonesia, Keputusan Presiden Nomor 84 tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan Industri Dalam Negeri Dari Akibat Lonjakan Impor.

Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 55/PMK.04/2015 Tentang Tata Cara Pemungutan dan Pengembalian Bea Masuk Dalam Rangka Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan.

Indonesia, Peraturan Direktur Jendral Perhubungan Udara Nomor: KP. 152 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Kargo dan Pos yang Diangkut Dengan Pesawat Udara.

Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 13/M-DAG/PER/3/2012 Tentang Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor.

Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 48/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Ketentuan Umum Di Bidang Impor.

Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 61/M-DAG/PER/8/2015 Tentang Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perdagangan.

Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 08/M-DAG/PER/2/2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Perdagangan.

Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 35/M-DAG/PER/7/2013 Tentang Pencantuman Harga Barang dan Tarif Jasa yang Diperdagangkan.

Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 73/M-DAG/PER/9/2015 Tentang Kewajiban Pencantuman Label Dalam Bahasa Indonesia Pada Barang.

Indonesia, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 51 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut.

Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 117/M-DAG/PER/12/2015 tentang ketentuan Impor Gula.


(4)

Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.011/2012 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka ASEAN Trade In Goods Agreement (ATIGA).

e. Website

Aisy, Andi Sitti Rohadatul. “Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015,”

Aghnia, Hasya pada tanggal 12 April 2016 pukul 22.03)

Anonim. “Pengertian Perdagangan Luar Negeri,”

tanggal 12 April 2016 pukul 23.47)

Anonim. “Wawasan 2020 ASEAN,”

April 2016 pukul 21.37)

Anonim. “Persiapan Indonesia Menyambut AEC 2015,”

(diakses

pada tanggal 2 Juni 2016 pukul 19.37)

Anonim. “kebijakan impor, hambatan tarif, hambatan non-tarif, dan pelarangan impor

Anonim. “Peningkatan Daya Saing Produk dan Infrasturktur Indonesia

sebagai Persiapan Menghadapi AFTA 2015,”

(diakses pada tanggal 2 Juni 2016 pukul 21.06)

Anonim. “Pengertian asas asas hukum,”

(diakses pada tanggal 12 April 2016 pukul 01.20)

Anonim. “Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Sementara Terhadap Impor Tepung Gandum,” tanggal 10 Juni 2016 pukul 21.37)


(5)

Anonim. “Mengenal Standarisasi Bidang Perdagangan di Indonesia,”

Iwan. “Konsep Kepentingan Nasional ,”

(diakses pada tanggal 15 April 2016 pukul 20.02)

Pengelola portal INSW.“Pengertian Umum, (diakses pada tanggal 15 Juni 2016 pukul 15.00)

Rachmawati, Farikha. “Menyukseskan Indonesia dalam ASEAN Economic

Community 2015,”

(diakses pada tanggal 10 April 2016 pukul 14.00)

Rosyada, Amrina 20.05)

Tonang, Andi Azhadi, “Integrasi Ekonomi ASEAN : Tahap Implementasi

Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015,”

tanggal 12 April 2016 pukul 23.00)

Wicahyao, Marten, dkk, “Perdagangan luar negeri, proteksi, dan globalisasi,”


(6)

BAB III

KEBIJAKAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN

A. Ekspor dan Impor

Ekspor dan impor merupakan bagian dari perdagangan internasional, yang pada prinsipnya, terdapat barang, jasa atau modal dan pihak-pihak yang akan melakukan perjanjian jual beli. Pengertian perdagangan ekspor impor, dapat diartikan sebagai perdagangan bermacam jenis dan kualitas barang yang terjadi antara negara satu dengan negara lainnya. Apabila transaksi ini sudah melewati batas-batas negara, akan terjadi disatu pihak disebut eksportir yaitu pihak yang menjual barang dan jasa, sedangkan di pihak lain yang membeli disebut dengan importir.

1. Ekspor

Ekspor adalah kegiatan penjualan atau pengiriman barang, jasa atau modal yang berasal dari daerah pabean ke luar daerah pabean melalui perjanjian atau

tidak, yang dilakukan oleh orang, badan hukum atau negara.81 Daerah pabean

adalah wilayah negara kesatuan Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, ruang udara, di atasnya, serta tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan landasan kontinen yang di dalamnya berlaku undang-undang

kepabeanan.82Kegiatan ekspor, antara lain:

81Ali purwito. Op.cit, hlm.7

82Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 1


(7)

a. Ekspor langsung

Ekspor langsung adalah kegiatan dengan cara mengirimkan barang langsung kepada pihak yang membeli barang yang disebut dengan konsumen atau pembeli oleh pihak yang memiliki asal barang disebut dengan penjual. Pelaksanaan ekspor langsung, biasanya dilakukan dengan cara mengirimkan barang berserta dokumen pelindungnya ke pembeli. Pembayaran barang ekspor, harus di perjanjikan terlebih dahulu mengenai kondisi dan proseduralnya agar tidak terjadi sengketa.

b. Ekspor tidak langsung

Ekspor tidak langsung dilakukan melalui pihak ketiga yang disebabkan beberapa hal yang melatarbelakangi, seperti lokasi pasar, ketersediaan sarana dan prasarana (telekomunikasi, perbankan, transportasi) serta networking. Barang-barang yang diekspor merupakan barang setengah jadi dan selanjutnya diolah atau barang jadi yang memerlukan pengemasan dan labeling sebelum dikirimkan ke negara pembeli.

c. Re-ekspor

Re-eskpor adalah kegiatan yang dilakukan oleh importir untuk mengekspor kembali barang-barang yang telah dipesan/dibeli yang telah sampai di pelabuhan tujuan. Re-ekspor dilakukan hanya terhadap barang-barang yang tidak sesuai dengan pesanan, adanya cacat, dan adanya peraturan baru yang melarang atau membatasi barang tersebut. Re-ekspor hanya dapat dilakukan pada barang yang belum mendapatkan nomor pendaftaran.


(8)

d. Diekspor kembali

Dieskpor kembali suatu kegiatan yang dilakukan oleh importir dengan menggunakan fasilitas impor sementara dan mendapatkan penangguhan pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor, impor sementara ini digunakan terutama mendorong investasi dan meningkatkan mutu komoditi

ekspor dalam persaingan bebas.83

a. Barang bebas ekspor

Kegiatan ekspor impor tentu akan ada barang yang akan di ekspor, barang ekspor dikelompokkan dalam;

Barang bebas ekspor adalah barang yang tidak termasuk dalam kelompok

barang dibatasi ekspor dan barang dilarang ekspor.84

b. Barang dibatasi ekspror

Barang dibatasi ekspor adalah barang yang dibatasi eksportit, jenis dan /atau

jumlah yang diekspor.85

c. Barang dilarang ekspor

Barang dilarang ekspor adalah barang yang tidak boleh diekpor.86

Selain pengelompokkan barang ekspor diatas, dikenal juga adanya komoditi atau barang yang di perdagangkan dalam bentuk ekspor maupun impor. Barang komoditi dapat dibagi atas:

83Ali purwito. Op.cit, hlm7-9

84Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 13/M-DAG/PER/3/2012

tentang Ketentuan Umum di bidang Ekspor, Pasal 1 angka 5

85Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 13/M-DAG/PER/3/2012

tentang Ketentuan Umum di bidang Ekspor, Pasal 1 angka 6

86Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 13/M-DAG/PER/3/2012


(9)

a. Barang ekspor umum

Barang yang tidak termasuk dalam larangan dan pembatasan serta bukan merupakan barang ekspor hkusus, dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh menteri Perindustrian. Semua barang yang dperbolehkan untuk diperjualbelikan dalam perdagangan internasional, dapat diatur sesuai dengan ketentuan World Trade Organization (WTO) maupun peraturan nasional masing-masing negara.

b. Barang ekspor khusus

Secara selektif ditetapkan oleh menteri Perdagangan dan dimaksudkan untuk kepentingan nasional atau dalam negeri dan memerlukan tindakan segera, seperti impor kedelai yang dilakukan untuk mengatasi gejolak harga tempe. Ekspor khusus juga merupakan suatu fasilitas yang diberikan kepada orang atau badan yang mengekspor barang, seperti barang-barang kiriman, pindahan perwakilan negera asing/badan internasional, contoh cinderamata, keperluan penelitian, serta ibadah untuk umum, sosial, pendidikan, kebudayaan dan olahraga.

Selain barang komoditi, eksportir juga dibagi atas:

a. Eksportir produsen

Perusahaan yang memproduksi barang barang untuk diekspor. Produsen eksportir tidak menggunakan jasa perantara yaitu pedagang ekspor. Perusahaan yang biasa berperan sebagai produsen eksportir biasanya merupakan perusahaan besar atau berskala internasional. Eksportir ini dapat


(10)

mengolah bahan baku menjadi barang jadi, yang bahannya dibeli dari dalam negeri kawasan berikat atau dengan cara mengimpor sendiri.

b. Eksportir terdaftar

Perusahaan atau perorangan yang telah mendapat pengakuan dari Menteri Perindustrian dan Perdagangan untuk mengekspor barang tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Eksportir terdaftar juga harus memenuhi persyaratan yang telah di tentukan.

c. Pedagang ekspor

Orang atau badan hukum yang diberi izin oleh pemerintah untuk melakukan kegiatan ekspor, setelah memiliki izin berbentuk Surat Pengakuan Eksportir

disertai dengan Angka Pengenal Ekspor (APE).87

2. Impor

Impor adalah kegiatan memasukkan barang, jasa atau modal yang berasal dari luar daerah pabean ke dalam daerah pabean, dengan tujuan untuk dipakai, dimiliki, dialihkan atau dijual dengan mendapatkan manfaat atau keuntungan atas barang, jasa atau modal dimaksud. Impor dilakukan oleh orang pribadi maupun badan hukum yang dibawa oleh sarana pengangkut telah melintasi batas negara dan kepadanya diwajibkan memenuhi kewajiban pabean seperti, pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor, penyampaian pemberitahuan pabean, dan kelengkapan dokumen-dokumen yang diperlukan dalam penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik atas barang. Kegiatan impor juga tidak terlepas dari

87Ali purwito. Op.cit, hlm 9-10


(11)

ketentuan dalam perdagangan.88 Dalam kegiatan impor dikenal istilah importir, importir adalah orang perseorangan atau lembaga atau badan usaha, baik yang

berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang melakukan impor.89

a. Importir terbatas

Importir dapat dibagi atas:

Importir terbatas adalah orang atau badan hukum yang telah memiliki Angka Pengenal Importir (API) untuk perdagangan umum, untuk melakukan importasi barang-barang tertentu, seperti beras, gula, dan komoditi lain yang diatur tata niaganya.

b. Importir produsen

Importir produsen merupakan produsen atas barang yang membutuhkan bahan baku untuk dalam proses produksi barang yang dihasilkan. Atas subjek ini harus memiliki izin dari pemerintah untuk mengimpor barang yang dibutuhkan.

Jenis-jenis impor, antara lain:

a. Impor untuk dipakai

Impor untuk dipakai (import for consuming goods) adalah terminologi yang digunakan di internasional untuk membedakan barang impor untuk dipakai, dijual kembali atau habis dikonsumsi dalam daerah pabean oleh pemakai akhir (enduser) dengan impor barang lainnya yang digunakan sementara waktu atau untuk di proses lebih lanjut.

88Loc.cit.

89Republik Indonesia, Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdangangan, Pasal 1


(12)

b. Impor barang penumpang dan awak sarana pengangkut

Setiap orang yang melintasi perbatasan wilayah negara dengan menggunakan sarana pengangkut (baik udara, laut maupun darat) wajib memberitahukan apabila bersamanya di bawa barang-barang yang dipungut bea masuk sesuai menurut undang-undang. Memberitahukannya dengan menyampaikan formulir berupa pernyataan atas dasar prinsip self assessment yang dibuat dalam customs declaration saat kedatangan.

c. Impor barang pelintas batas

Pelintas batas adalah penduduk yang berdiam atau bertempat tinggal dalam wilayah perbatasan negara serta memiliki kartu identitas yang dikeluarkan oleh yang berwenang dan yang melakukan perjalanan lintas batas di daerah perbatasan melalui pos pengawas lintas batas. Barang pelintas batas diberikan pembebasan bea masuk dan tidak dipungut pajak dalam rangka impor, apabila tidak melebihi batas nilai pabean yang telah di tentukan dan apabila melebih nilai pabean akan dikenakan bea masuk dan pajak dalam rangka impor.

d. Impor barang yang dikirim melalui pos

Barang impor yang berasal dari luar daerah pabean dapat dikirimkan melalui pos, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Uni Pos dunia. Barang kiriman pos yang tidak melebihi nilai FOB USD 50,00 (lima puluh US dollar) untuk setiap orang per kiriman tidak dikenakan bea masuk dan pajak dalam rangka impor. Untuk pelintas batas dibuatkan suatu pemberitahuan lintas batas untuk barang impor pelintas batas.


(13)

e. Impor barang yang dikirim melalui jasa titipan

Untuk barang-barang impor yang dikirim melalui jasa titipan (seperti DHL, TNT, FedEx, Titipan Kilat) pengeluaran barangnya harus ditempuh dengan mengisi Pemberitahuan Barang Impor Khusus (PIBK) (BC 2.1) dalam 2 lembar dan menyerahkan Pemberitahuan Barang Impor (PIB) berserta dokumen pelengkap pabean lainnya untuk melaksanakan pengeluaran barang. Apabila barang kiriman tidak melebihi nilai pabean tidak akan dipungut bea masuk dan pajak, sedangkan untuk barang kirimian yang melebihi nilai pabean sebesar USD 50,00 (lima puluh US dollar) akan di pungut bea masuk den nilai pabean.

f. Impor sementara

Kegiatan yang diberi izin oleh menteri perdagangan atau menteri keuangan dalam hal tertentu, misalnya untuk menyelenggarakan event, seperti amal, perlombaan, pameran, memproduksi barang-barang jadi yang bahan bakunya dari luar daerah pabean.

g. Re-impor

Suatu kegiatan yang dilakukan oleh eksportir dengan memasukkan kembali barang-barang yang telah diekspor ke dalam daerah pabean. Tindakan re-impor dilaksanakan karena adanya penolakan dari re-importir di negara tujuan, terkait dengan mutu barang, cacat tersembunyi atau peraturan di negara

tujuan yang menyebabkan barang harus dikembalikan ke negara asalnya.90

90Ali purwito. Op.cit, hlm 10-17.


(14)

Kuota impor juga dilaksanakan oleh suatu negara yang bertujuan untuk membatasi jumlah barang yang dapat diimpor dalam kurun waktu tertentu. Kuota impor dikenal dua jenis, yaitu kuota mutlak dan kuota tarif (tariff-rate quota). Kuota mutlak membatasi kuantitas barang yang boleh diimpor dalam kurun waktu tertentu, sedangkan kuota tarif barang dalam jumlah tertentu boleh diimpor tetapi

dikenakan tarif khusus yang umumnya lebih rendah dari tarif semula.91

B. Kebijakan Perdagangan Luar Negeri

Kegiatan dalam bidang ekspor impor, terdapat kewajiban untuk memenuhi semua ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan pemerintah maupun negara tujuan, agar perjanjian yang dilakukan dapat berjalan lancar dan tidak mengalami hambatan atau kendala.

Kebijakan perdagangan luar negeri menurut pasal 38 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang perdagangan, harus meliputi:

1. Peningkatan jumlah dan jenis serta nilai tambah produk ekspor,

2. Pengharmonisasian standar dan prosedur kegiatan perdagangan dengan

negara mitra dagang,

3. Penguatan kelembagaan di sektor perdagangan luar negeri,

4. Pengembangan sarana dan prasarana penunjang perdagangan luar negeri,

5. Pelindungan dan pengamanan kepentingan nasional dari dampak negatif

perdagangan luar negeri.

91Bank Indonesia. Kerja Sama Perdagangan Internasional Peluang dan Tantangan Bagi


(15)

Peningkatan jumlah dan jenis serta nilai tambah produk ekspor pemerintah berkewajiban melaksanakan pembinaan terhadap pelaku usaha dalam rangka pengembangan ekspor. Pembinaan tersebut dapat berupa pemberian intensif, fasilitas, informasi peluang pasar, bimbingan teknis, bantuan promosi dan pemasaran serta dengan menyelenggarakan promosi dagang ataupun ikut berpartisipasi promosi dagang baik di dalam negeri maupun diluar negeri.

Promosi dagang dapat berupa pameran dagang maupun misi

dagang.92

1. Meningkatkan kemampuan (terutama ergonomical design) industri alas kaki

nasional yang telah memiliki pangsa pasar tinggi untuk bersaing secara global,

Peningkatan jumlah produk ekspor dapat dilihat dari contoh industri alas kaki nasional, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia memberikan dukungan terhadap pengembangan dan peningkatan daya saing industri alas kaki nasional melalui program dan kebijakan strategis, antara lain:

2. Memfasilitasi perlindungan hak kekayaan intelektual design produk alas kaki

yang dihasilkan di dalam negeri,

3. Meningkatkan promosi industri alas kaki customized secara eksklusif pada

forum resmi nasional dan internasional untuk memunculkan industri kelas dunia,

4. Melanjutkan program restrukturisasi mesin/peralatan industri alas kaki dan penyamak kulit untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi,


(16)

5. Melaksanakan harmonisasi sistem perpajakan keluaran dan pajak masukan dikaitkan dengan jangka waktu restitusi,

6. PengembanganBranding Shoes Nasional.93

Kebijakan penguatan kelembagaan di sektor perdagangan luar negeri diperlukan sebab kelembagaan perdagangan luar negeri mempunyai tugas melaksanakan norma, standar, prosedur, kriteria, persiapan koordinasi, analisis, penelaahan hukum, perancangan, perumusan, harmonisasi, pemantauan, evaluasi, dan diseminisasi peraturan perundang-undangan, serta perjanjian di bidang perdagangan luar negeri, pengembangan ekspor, kerja sama perdagangan internasional dan pengamanan perdagangan.94

Kegiatan perdagangan luar negeri dilakukan melalui laut dan udara, sarana penunjang kegiatan perdagangan melalui jalur laut adalah pelabuhan. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau tempat perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan

Lembaga yang berwenang mengenai perdagangan luar negeri adalah Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri, Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jendral Bea dan Cukai, Komite Anti Dumping Indonesia, Komite Pengamanan Perdagangan. dalam Selain kebijakan penguatan kelembagaan di sektor perdagangan luar negeri, kebijakan pengembangan sarana dan prasarana penunjang perdagangan luar negeri juga di perlukan agar berlangsungnya kegiatan perdagangan luar negeri berjalan lancar.

93Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, siaran pers:”Menperin Dorong Peningkatan

Ekspor Industri Alas Kaki Nasional”, Jakarta, 31 Juli 2015.

94Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016


(17)

yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda

transportasi.95 Pengembangan sarana dan prasarana di pelabuhan dapat

dikembangkan dengan meningkatkan fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan perdagangan, seperti meningkatkan layanan bongkar muat barang dan peti kemas, penambahan layanan jasa bongkar muat barang, menambahkan tempat penimbunan barang, menerapkan teknologi sistem informasi dan komunikasi terpadu untuk kelancaran arus barang, dan dilakukannya pemeliharaan alur-pelayaran agar perjalanan kapal keluar dari dan masuk ke pelabuhan berlangsung

lancar.96 Untuk kegiatan perdagangan melalui jalur udara dilaksakan melalui

bandar udara. Bandar udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas

penunjang lainnya. 97

95Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 51 Tahun 2015 tentang

Penyelenggaraan Pelabuhan Laut, Pasal 1 angka 1.

96

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut, Pasal 26 ayat (1) huruf d,e,g dan Pasal 15 ayat 1.

97Republik Indonesia, Peraturan Direktur Jendral Perhubungan Udara Nomor : KP. 152

Tahun 2012 tentang Pengamanan Kargo dan Pos yang Diangkut dengan pesawat udara, Pasal 1 angka 3.

Kegiatan perdagangan di bandar udara dilakukan melalui kargo dan pos, pengembangan sarana dan prasarana untuk kegiatan kargo dan pos dapat dilakukan dengan meningkatkan program keamanan seperti, personil


(18)

keamanan yang telah bersertifikat, meningkatkan fasilitas seperti, gedung/ruangan untuk kegiatan penerimaan, pemeriksaan dan penumpukan kargo dan pos, peralatan pemeriksaan dan pengawasan keamanan, meningkatkan tekonologi untuk pemeriksaan dan pengawasan kargo dan pos.

Kebijakan untuk melindungi dan mengamankan kepentingan nasional dari dampak negatif perdagangan luar negeri meliputi banyak hal. Terdapat dalam pasal 67 ayat (3) Undang-Undang perdagangan yang secara eksplisit tidak dijelaskan, namun bentuk kebijakan perlindungan dan pengamanan perdagangan, antara lain:

a. Pembelaan atas tuduhan dumping dan/atau subsidi terhadap ekspor barang

nasional,

b. Pembelaan terhadap eksportir barang yang barang ekspornya dinilai oleh

negara mitra dagang telah menimbulkan lonjakan impor di negara tersebut,

c. Pengenaan tindakan antidumping atau tindakan imbalan untuk mengatasi

praktik perdagangan yang tidak sehat,

d. Pengenaan tindakan pengamanan perdagangan untuk mengatasi lonjakan

impor,

e. Pembelaan terhadap kebijakan nasional terkait perdagangan yang di tentang

oleh negara lain,98

Bentuk perlindungan dan pengamanan kepentingan nasional lainnya adalah dengan diberlakukannya Standar Nasional Indonesia SNI wajib dan Penggunaan Produk-Produk Dalam Negeri (P3DN). Dalam hal melakukan pengawasan terkait

98M. Fakhri Tri Pratama. Analisis Yuridis Kebijakan Perlindungan dan Pengamanan

Perdagangan Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Skripsi


(19)

dengan perlindungan dan pengamanan perdagangan dilakukan oleh Direkotar Jendral Luar negeri.

C. Pengendalian Perdagangan Luar Negeri

Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan mengatur bentuk pengendalian perdagangan luar negeri meliputi perizinan, standar dan pelarangan

dan pembatasan.99

1. Perizinan

Perizinan adalah pemberian legalitas usaha di sektor perdagangan berupa izin,

pengakuan, penunjukan, penetapan, persetujuan, atau pendaftaran.100 Perizinian

untuk kegiatan ekspor maupun impor dilakukan oleh Menteri atau pejabat yang

diberi wewenang untuk menerbitkan perizinan.101

a. Nomor pokok wajib pajak,

Perizinan untuk orang perseorangan yang melakukan ekspor barang harus memiliki;

b. Dokumen lain yang di persyaratkan dalam peraturan

perundang-undangan.102

Sedangkan untuk lembaga atau badang usaha yang melakukan ekspor barang harus memiliki;

99Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 38

ayat (4)

100Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 123/M-DAG/PER/12/2015

tentang Ketentuan Pelayanan Perizinan di Bidang Ekspor dan Impor melalui INATRADE dalam kerangka Indonesia NationalSingle Window, Pasal 1 angka 1

101Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 13/M-DAG/PER/3/2012

tentang Ketentuan Umum di bidang Ekspor, Pasal 10 ayat (1)

102Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 13/M-DAG/PER/3/2012


(20)

a. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau izin usaha dari kementrian dan/ atau lembaga non kementrian,

b. Tanda daftar perusahaan,

c. Nomor pokok wajib pajak, dan

d. Dokumen lain yang di persyaratkan dalam peraturan

perundang-undangan.103

Syarat perizinan di atas diterapkan kepada orang perorangan, lembaga ataupun badan usaha yang mengekspor barang bebas ekspor atau semua barang boleh di perdagangkan dalam perdagangan internasional. untuk lembaga atau badan usaha yang mengekspor barang dibatasi, persyaratan umumnya sama dengan pengekspor barang bebas ekspor, seperti mempunyai SIUP, nomor pokok wajib pajak, namun pengekspor barang dibatasi harus mempunyai pengakuan sebagai eksportir terdaftar dan persetujuan ekspor.

Eksportit akan mendapatkan pengakuan sebagai eksportir terdaftar dan persetujuan ekspor lembaga atau badan usaha dapat mengajukan permohonan kepada kementerian perdagangan melalui unit pelayanan perdagangan

INATRADE atau secara online.104Selanjutnya kementerian perdagangan dapat

menerbitkan pengakuan sebagai eksportir terdaftar dan persetujuan ekspor dalam jangka 5 (lima) hari waktu kerja sejak permohonan diterima secara lengkap dan

benar.105

103Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 13/M-DAG/PER/3/2012

tentang Ketentuan Umum di bidang Ekspor, Pasal 6 ayat (2)

104Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 13/M-DAG/PER/3/2012

tentang Ketentuan Umum di bidang Ekspor, Pasal 8.

105Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 13/M-DAG/PER/3/2012


(21)

Perizinan mengimpor barang tertentu yang dilakukan oleh importir hanya

dapat dilakukan oleh importir yang memiliki Angka Pengenal Impor (API).106

2. Standar

Standar adalah persyaratan teknis atau sesuatu yang dibakukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak/ pemerintah/ keputusan internasional yang terkait dengan memperhatikan keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman, serta perkembangan masa kini dan masa depan untuk

memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.107 Standarisasi adalah proses

merencanakan, merumuskan, menetapkan, menerapkan, memberlakukan,

memelihara dan mengawasi standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja

sama dengan semua pemangku kepentingan. 108 Standar Nasional Indonesia (SNI)

adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) dan

berlaku di Indonesia.109 BSN adalah lembaga pemerintah non kementerian yang

bertugas dan bertanggung jawab di bidang standarisasi dan penilaian

kesesuaian.110

Bentuk standarisasi pada barang yang akan diperdagangkan di wilayah negara Republik Indonesia adalah dengan pencantuman label dalam Bahasa Indonesia. Label adalah setiap keterangan mengenai barang yang berbentuk tulisan,

106Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 48/M-DAG/PER/7/2015

tentang Ketentuan Umum di bidang Impor, Pasal 3 ayat (1).

107

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi dan Kesesuaian, Pasal 1 angka (3).

108Republik Indonesia, Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi dan

Kesesuaian, Pasal 1 angka (1).

109Republik Indonesia, Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi dan

Kesesuaian, Pasal 1 angka (7).

110Republik Indonesia, Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi dan


(22)

kombinasi gambar dan tulisan, atau bentuk lain yang memuat informasi tentang barang dan keterangan pelaku usaha, serta informasi lainnya yang disertakan pada barang, dimasukkan ke dalam, ditempelkan/ melekat pada barang, tercetak pada

barang atau bagian dari kemasan barang.111 Kewajiban mencantumkan label

dalam Bahasa Indonesia dilakukan oleh, produsen untuk barang produksi dalam

negeri dan importir untuk barang asal impor.112 Selain pencantuman label Bahasa

Indonesia pada barang adapula bentuk standarisasi lain yaitu, dengan pencantuman harga barang. Pencantuman harga barang harus dicantumkan oleh

pelaku usaha secara jelas, mudah dibaca dan mudah dilihat.113 Pencantuman harga

barang harus dilekatkan/ditempelkan pada barang atau kemasan. 114

a. Meningkatkan jaminan mutu, efisiensi produksi, daya saing nasional,

persaingan usaha yang sehat dan transparan dalam perdagangan, kepastian usaha, dan kemampuan pelaku usaha, serta kemampuan inovasi teknologi, Pemberlakuan SNI bertujuan untuk:

b. Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja

dan masyarakat lainnya, serta negara, baik dari aspek keselamatan, keamanan, kesehatan, maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup, dan

111

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 73/M-DAG/PER/9/2015 tentang Kewajiban Pencantuman Lebel dalam Bahasa Indonesia pada Barang, Pasal 1 angka 5.

112Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 73/M-DAG/PER/9/2015

tentang Kewajiban Pencantuman Lebel dalam Bahasa Indonesia pada Barang, Pasal 2 ayat (2).

113Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 35/M-DAG/PER/7/2015

tentang Pencantuman Harga Barang dan Tarif Jasa yang di Perdagangkan, Pasal 3 ayat (1).

114Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 35/M-DAG/PER/7/2015


(23)

c. Meningkatkan kepastian, kelancaran, efisiensi transaksi perdagangan barang

di dalam negeri maupun luar negeri.115

3. Larangan dan Pembantasan

Larangan dan pembatasan yang meliputi kegiatan ekspor dan impor dilakukan pemerintah dengan alasan, sebagai berikut:

a. Kepentingan nasional,

b. Melindungi keamanan nasional atau kepentingan umum termasuk sosial,

budaya, dan moral masyarakat,

c. Melindungi hak kekayaan intelektual,

d. Melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, hewan, ikan, tumbuhan,

dan lingkungan hidup,116

e. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri,

f.Menjamin ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan oleh industri dalam

negeri,

g. Meningkatkan nilai tambah ekonomi bahan mentah dan/atau sumber daya

alam,

h. Mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditas ekspor

tertentu di pasaran internasional,

i.Menjaga stabilitas harga komoditas tertentu di dalam negeri,117

j.Membangun, mempercepat, dan melindungi industri tertentu di dalam negeri,

k. Menjaga neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan.118

115

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi dan Kesesuaian, Pasal 3.

116Republik Indonesia, Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 50. 117Republik Indonesia, Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 54


(24)

Barang-barang yang termasuk dalam barang dilarang untuk di ekspor, antara lain;

a. Jenis perikanan dalam keadaan idup (anak ikan arowana, benih ikan sidat,

udang galah, dan udang penaeidae)

b. Bahan galian pasir (pasir laut) dan biji timah hitam dan pekatannya.

c. Abu dan sisa (selain sisa industri pembuatan besi dan baja mengandung

logam dan persenyawaan logam)

d. Karet bongkah, bahan remailing dan rumah asap

e. Kayu bulat

f.Bahan baku serpih

g. Barang kuno yang bernilai kebudayaan.

Sedangkan untuk barang barang yang termasuk barang dilarang impor, antara lain;

a. Barang bukan baru (barang bekas), dalam importasi barang harus dalam

keadaan baru

b. Limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3)

c. Limbah non B3 yang berbentuk debu dan lumpur

d. Beras dalam masa 1 bulan sebelum panen atau 2 bulan setelah panen

e. Sisa, reja dan skrap dari plastik

f.Produksi industri percetakan dalam bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah

Indonesia

g. Bahan senjata kimia

118Republik Indonesia, Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 54


(25)

h. Bahan perusak lapisan ozon

i.Psikotropika

j.Narkotika.

Barang-barang yang termasuk dalam barang diawasi ekspornya, maksudnya barang yang dieskpor hanya dapat dilakukan dengan persetujuan menteri perindustrian dan perdagangan, antara lain;

a. Sapi, bibit sapi, dan kerbau

b. Inti kelapa sawit (palm karnel)

c. Minyak dan gas bumi

d. Pupuk urea

e. Kulit buaya dalam bentuk wet blue

f. Binatang atau satwa liar dan tumbuhan yang dilindungi

g. Perak dalam segala bentuk kecuali dalam bentuk perhiasan

h. Emas dalam segala bentuk kecuali dalam bentuk perhiasan

i. Limbah dan skrap dari baja stainless, tembaga, kuningan dan aluminium.119

Larangan lebih bersifat mutlak, artinya barang yang akan diimpor sama sekali tidak diperkenankan untuk diimpor, seperti mengimpor bahan radio aktif narkoba dan lainnya. Sedangkan, pembatasan artinya barang yang akan diimpor harus ada izin dari pemerintah atau menteri perdagangan untuk melaksanakan impor tersebut dalam hal ini juga termasuk barang-barang yang terkena tata niaga impor, misa

lnya impor gula, beras, atau limbah untuk di daur

ulang.120

119Ali purwito. Op.cit, hlm. 206-207 120Loc.cit.


(26)

BAB IV

ASAS KEPENTINGAN NASIONAL DALAM PERDAGANGAN LUAR NEGERI MENURUT UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 2014 TENTANG

PERDAGANGAN BERKAITAN DENGAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015

D. Kebijakan Pemerintah Mengenai Asas Kepentingan Nasional Dalam Perdagangan Luar Negeri menurut Undang-undang No.7 Tahun 2014 tentang Perdagangan berkaitan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015

Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Pemerintah Indonesia membuat suatu peraturan mengenai pengaturan perdagangan yakni dengan melahirkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Dimana dalam kurun waktu 80 tahun sebelum disahkannya undang-undang ini, Indonesia

menggunakan hukum perdagangan Belanda (Bedrifsreglementerings

Ordonnantie) tahun 1934, Staatsblad 1938 Nomor 86.121

121Sri Wahyuni Yusuf. Pelaksanaan Prinsip-Prinsip World Trade Organization (WTO)

dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Skripsi, Universitas Hasanuddin

Makassar, 2015, hlm. 7

Lahirnya undang-undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan merupakan pencapaian penting bagi Bangsa Indonesia. Ini berarti satu lagi produk hukum dalam negeri dihasilkan dalam bidang perokonomian. Undang-undang perdagangan merupakan harapan baru bagi bangkitnya kekuatan ekonomi nasional. Undang-undang ini dimaksudkan agar memfasilitasi bangkitnya kekuatan ekonomi kecil untuk tetap bertahan dan turut menjadi tulang punggung bagi pertumbuhan perokonomian


(27)

nasional, sebab Indonesia harus dihadapkan dengan perdagangan bebas yang mengintegrasikan potensi dan kekuatan ekonomi dunia.

Undang-undang tentang perdagangan ini juga menjadi bekal Indonesia untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Undang-Undang Perdagangan menjadi salah satu pilar strategis bagi kesinambungan kinerja dan kedaulatan ekonomi nasional. Perluasan sumber pertumbuhan terus dilakukan untuk mewujudkan pertumbuhan yang berkesinambungan, kokoh dan berkualitas. Dengan mengedepankan kepentingan nasional merupakan keinginan yang dituangkan dalam undang-undang ini. Hal ini sangat jelas terdapat pada pasal 2 (a) yang menyatakan bahwa “kebijakan perdagangan harus disusun berdasarkan asas kepentingan nasional”. Artinya secara eksplisit setiap kebijakan perdagangan nasional semata-mata ditujukan untuk melindungi kepentingan nasional.

Kepentingan nasional merupakan kepentingan pokok yang harus dilindungi oleh pemerintah agar tercipta kondisi yang stabil dalam perekonomian nasional. Kepentingan nasional adalah prioritas utama dalam membuat suatu peraturan perundang-undangan. Kepentingan tersebut meliputi pasal-pasal yang memastikan bahwa pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi, mendorong daya saing perdagangan, melindungi produksi dalam negeri, memperluas pasar tenaga kerja perlindungan konsumen, menjamin kelancaran/ketersediaan barang dan jasa, penguatan UMKM dan lain sebagainya serta harus mengutamakan kepentingan

bangsa, negara, dan masyarakat di atas kepentingan lainnya.122

122 Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. INTRA (Indonesia Trade Insight): Selamat


(28)

Undang-undang perdagangan terdapat bentuk pengaturan perdagangan luar negeri yang dapat dilihat dalam Pasal 38 dimana dikatakan bahwa pemerintah mengatur kegiatan perdagangan luar negeri melalui kebijakan dan pengendalian di bidang ekspor dan impor dimana bentuk kebijakan yang dijelaskan dalam undang-undang ini berupa:

1. Peningkatan jumlah dan jenis serta nilai tambah produk eskpor

2. Pengharmonisasian standar dan prosedur kegiatan perdagangan dengan mitra

dagang

3. Penguatan kelembagaan di sektor perdagangan luar negeri

4. Pengembangan sarana dan prasarana penunjang perdagangan luar negeri

5. Perlindungan dan pengamanan kepentingan nasional dari dampak negatif

perdagangan luar negeri.

Pengaturan pengendalian juga diatur dalam undang-undang ini dimana meliputi:

1. Perizinan

2. Standar

3. Pelarangan dan Pembatasan.123

Bentuk Pengaturan mengenai peningkatan jumlah dan jenis nilai tambah produk ekspor dapat kita ambil contoh dalam hal dilarangnya ekspor Bahan Tambang dan mineral yang mentah, dimana harus dilaksanakan pengolahan

terlebih dahulu agar nilai tambah dari bahan tambang tersebut meningkat124

123Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 38 124Lihat Pasal 102 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan

Batubara


(29)

Senada dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara dimana dijelaskan dalam pasal 112C bahwa pemegang kontrak karya dalam usaha pertambangan batubara wajib melakukan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri. Dalam hal ini para pengusaha tambang batubara wajib melakukan pemurnian dimana dapat diwujudkan dengan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) agar nilai jual dari batubara tersebut meningkat dan mendapatkan untung yang lebih besar daripada menjual mineral dan batubara mentah.

Penguatan kelembagaan di sektor perdagangan tercantum dalam kebijakan dan pengaturan koordinasi antara kementerian/lembaga termasuk para pelaku usaha, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan antara lain intrumen Instruksi Presiden (Inpres) No. 5/2008 tentang Fokus Program Ekonomi dan Inpres No. 11/2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN. Inpres tersebut diperuntukan sebagai pedoman bagi aparat baik pusat maupun daerah. Disamping itu, dibentuk juga Unit Kerja Presiden di Bidang Pengembangan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) yang ditujukan untuk memonitor Langkah Pemerintah. Pemerintah juga telah menerbitkan Inpres Nomor 6 Tahun 2014 tentang Peningkatan Daya Saing Nasional Dalam Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Keppres Nomor 37 Tahun 2014 tentang Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang ditetapkan pada tanggal 1 September 2014. Komite Nasional ini dikoordinasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dengan


(30)

anggota yang terdiri dari Pemerintah Pusat dan Daerah, Akademisi dari berbagai

Universitas, serta para pelaku usaha125

1. Memperbaiki semua infrastruktur yang rusak, seperti jalan-jalan raya yang

berlubang dan bergelombang (sebagian hancur karena tanah longsor dalam waktu singkat.

. Pengaturan-pengaturan ini memungkinkan terbukanya kordinasi antar lembaga sehingga terbentuk hubungan yang baik dan harmonis antar lembaga sehingga dalam membuat pengaturan mengenai perdagangan luar negeri dapat bersinergi dengan baik antara satu lembaga dengan lembaga lainnya.

Pengembangan sarana dan prasarana penunjang perdagangan luar negeri pemerintah memiliki pekerjaan rumah yang harus diselesaikan sesegera mungkin dalam menghadapi MEA antara lain:

2. Membangun jalan tol atau jalan kereta api ke pelabuhan, dan memperluas

kapasitas pelabuhan seperti Tanjung Priok, Tanjung Perak dan lainnya yang selama ini menjadi pintu keluar masuk barang dalam beberapa tahun ke depan.

3. Meningkatkan akselerasi listrik dimana sangat penting untuk mempermudah

aliran logistik, dikarenakan setiap sarana dan prasarana perdagangan luar negeri sebagian besar membutuhkan listrik dengan tenaga yang tidak sedikit

sehingga dapat beroperasi dengan optimal126

125Anonim, “Persiapan Indonesia Menyambut AEC

2015,

.

(diakses pada

tanggal 2 Juni 2016 pukul 19.37)

126Anonim, “Peningkatan Daya Saing Produk dan Infrasturktur Indonesia sebagai Persiapan

Menghadapi AFTA 2015, (diakses pada tanggal 2 Juni 2016 pukul 21.06)


(31)

Kebijakan selanjutnya mengenai Perlindungan dan pengamanan kepentingan nasional dari dampak negatif perdagangan luar negeri dimana banyak sekali bentuk perlindungan dan pengamanan dalam kegiatan ekspor dan impor, salah satunya safeguard. Pengertian safeguard sendiri dapat kita artikan sebagai tindakan yang diambil pemerintah untuk memulihkan kerugian serius dan atau untuk mencegah ancaman kerugian serius dari industri dalam negeri sebagai akibatdari lonjakan impor barang sejenis atau barang yang secara langsung merupakan saingan hasil industri dalam negeri dengan tujuan agar industri dalam negeri yang mengalami kerugian serius dan atau ancaman kerugian serius tersebut

dapat melakukan penyesuaian struktural.127

1. Terjadi lonjakan jumlah barang impor yang menyebabkan produsen dalam

negeri dari barang yang sejenis atau barang yang secara langsung bersaing dengan yang diimpor menderita kerugian serius atau ancaman kegiatan serius, pemerintah berkewajiban mengambil tindakan untuk mengurangi kerugian serius atau ancaman kegiatan serius dimana dapat berupa Bea Masuk Tindakan Pengamanan.

Bentuk tindakan pengamanan dapat di lihat adanya tindakan pengamanan berbentuk tarif dimana dijelaskan dalam Undang-Undang Perdagangan bahwa:

2. Terdapat produk impor dengan harga lebih rendah daripada nilai normal yang

menyebabkan kerugian atau ancaman kerugian atau ancaman kerugian pada industri dalam negeri terkait atau menghambat berkembangnya industri dalam negeri yang terkait, pemerintah berkewajiban mengambil tindakan

127Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 84 tahun 2002 tentang Tindakan


(32)

antidumping untuk mengurangi kerugian atau ancaman kerugian dimana dapat berupa Bea Masuk Antidumping.

3. Produk impor menerima subsidi secara langsung atau tidak langsung dari

negara pengekspor yang menyebabkan kerugian atau ancaman kerugian industri dalam negeri atau menghambat perkembangan industri dalam negeri, pemerintah berkewajiban mengambil tindakan imbalan untuk menghilangkan atau mengurangi kerugian atau ancaman kerugian, dimana dapat berupa Bea

Masuk Imbalan128

Bentuk pengendalian perdagangan luar negeri dalam Undang-Undang Perdagangan dapat berupa pelarangan dan pembatasan, dimana dijelaskan terdapat suatu pembatasan terhadap ekspor dan impor untuk kepentingan nasional dengan alasan untuk melindungi keamanan nasional atau kepentingan umum dan untuk melindungi, kesehatan dan keselamatan manusia, hewan, ikan, tumbuhan dan lingkungan hidup

.

129

1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri

.

Pembatasan terhadap kegiatan ekspor dapat dilakukan dengan alasan:

2. Menjamin ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan oleh industri pengolahan

dalam negeri

3. Melindungi kelestarian sumber daya alam

4. Meningkatkan nilai tambah ekonomi bahan mentah dan/atau sumber daya

alam

128Repbulik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal

69,70,71


(33)

5. Mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditas ekspor tertentu di pasaran internasional

6. Menjaga stabilitas harga komoditas tertentu di dalam negeri.

Pembatasan dalam kegiatan impor dapat dilakukan dengan alasan:

1. Membangun, mempercepat, dan melindungi industri tertentu di dalam negeri

2. Menjaga neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan130

Bentuk pelarangan dan pembatasan terhadap ekspor dan impor dapat berupa kebijakan tarif dan kebijakan non tarif di ambil contoh dalam hal pembatasan impor gula dimana pengaturan mengenai pembatasan tersebut terdapat dalam

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor

117/M-DAG/PER/12/2015 tentang Ketentuan Impor Gula, dimana terhadap impor gula di Indonesia diwajibkan adanya pembatasan. Pembatasan terhadap impor gula ini disesuaikan dengan kebutuhan gula dalam negeri dan terdapat kriteria-kriteria khusus terhadap gula yang akan di impor masuk ke Indonesia, dimana pembatasan impor ini ditujukan untuk mengendalikan ketersediaan dan kestabilan harga gula di Indonesia

.

131

Pembatasan selanjutnya dapat di lihat dalam hal pembatasan terhadap minuman beralkohol yang masuk Indonesia dimana bertujuan untuk melindungi kepentingan nasional, seperti melindungi moral dan budaya masyarakat. Pembatasan ini dilakukan dengan cara menetapkan alokasi impor atau perencanaan jumlah impor dan pembatasan tarif yang telah diatur dalam

.

130Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 54

ayat (1) dan (2)

131Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 117/M-DAG/PER/12/2015


(34)

Permendag Nomor 20/M-DAG/PER/4/2014 tentang Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol dimana dikatakan setiap minuman beralkohol yang masuk ke Indonesia dikenai Pajak (Duty Paid).

E. Harmonisasi Kebijakan Pemerintah Mengenai Asas Kepentingan Nasional Dalam Perdagangan Luar Negeri Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan Berkaitan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

Perdagangan luar negeri merupakan suatu bentuk kegiatan dimana satu negara atau lebih melakukan kegiatan perdagangan dengan negara lain. Dimana tujuan dari perdagangan ini untuk memenuhi kebutuhan yang tidak ada pada negaranya. Secara teoritis, perdagangan luar negeri terjadi karena dua alasan utama, Pertama; negara-negara berdagang karena pada dasarnya mereka berbeda satu sama lain. Setiap negara dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan sesuatu yang relatif lebih baik. Kedua; negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai economic scale dalam produksi. Maksudnya, jika setiap negara hanya memproduksi sejumlah barang tertentu, mereka dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien jika dibandingkan kalau negara tersebut memproduksi

segala jenis barang132

132Faisal Basri dan Haris Munandar. Dasar-dasar Ekonomi Internasional : Pengenalan dan

Aplikasi Metode Kuantitatif.(Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 32. .


(35)

Pelaksanaan perdagangan internasional banyak aturan-aturan yang dipergunakan baik itu aturan yang bersifat lokal maupun yang bersifat internasional dimana seringkali pengaturan-pengaturan ini dalam prakteknya bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya. Tidak terkecuali dalam hal pelaksaanaan perdagangan di kawasan ASEAN. Di kawasan ASEAN sendiri telah di bentuk MEA yang merupakan suatu bentuk kawasan yang saling terhubung satu sama lainnya dimana terdapat pengaturan-pengaturan dalam menjalankannya.

Penelitian oleh Tham Siew Yean dan Sanchita Basu Das mengatakan;

“The ASEAN member also adopted a blueprint. However, as the deadline for establishing an AEC approaches, it is increasingly evident that ASEAN members will not be able to meet all its commitments as stipulated in the blueprint133

Indonesia yang merupakan salah satu anggota ASEAN dan telah menyepakati dan meratifikasi MEA mau tidak mau harus ikut dalam pengaturan perdagangan yang ada pada MEA, sehingga indonesia harus melakukan harmonisasi terhadap

”. Hal ini menjelaskan bahwa tidak mudah untuk mengadopsi suatu pengaturan internasional terhadap masing-masing negara. Dimana menurut penelitian tersebut dikatakan bahwa;

“As can be seen from the country studies, most of liberalization commitments under AEC face domestic conflicts in terms of implementation”.

Dapat diartikan bahwa kebijakan liberalisasi yang terdapat dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dalam penerapannya sering bertentangan dengan pengaturan lokal.

133Tham Siew Yean dan Sanchita Basu Das. “The ASEAN Economic Community and

Conflicting Domestic Interests An Overvier.” Journal of Southeast Asian Economies, Vol. 32 No.


(36)

kebijakan yang ada MEA134 agar kebijakan yang ada di dalam MEA dapat diterapkan di negara masing-masing. Dimana pengertian harmonisasi kebijakan sendiri adalah upaya untuk mencapai keselarasan antara satu kebijakan dengan kebijakan yang lain sehingga dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yaitu meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem Distribusi nasional, tertib

niaga, integrasi pasar dan kepastian berusaha135

Bentuk-bentuk harmonisasi yang telah dilakukan Indonesia dalam menghadapi MEA antara lain Kementerian Perdagangan melakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.011/2012 tanggal 17 Desember 2012 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Dalam Rangka ASEAN Trade In Goods Agreements (ATIGA), dengan melampirkan Surat Keterangan Asal (SKA) form D. Dimana dengan adanya Surat Keterangan Asal ini tarif yang dikenakan terhadap komoditi yang telah memiliki Surat Keterangan Asal (SKA) form D akan lebih rendah daripada tarif biaya komoditi pada umumnya

.

136

1. Mulai 1 Januari 2012, Kementerian Perdagangan telah membuat website

e-SKA untuk penerbitan e-SKA secara online di 86 Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal (IPSKA) dalam rangka penyederhanaan proses ekpor impor/ peningkatan pelayanan perijinan dan terkoneksi dengan Inatrade dan Indonesia National Single Window (INSW) untuk menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif serta penetapan regulasi yang berorientasi pada ekspor

.

134

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 38 ayat (3) huruf b

135Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 94 136Repbulik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.011/2012 tentang


(37)

produk yang bernilai tambah tinggi, peningkatan pengamanan pasar di negara tujuan ekspor.

2. Kementerian Perdagangan berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian membuat dan mengembangkan Indonesia Nasional Trade Repository (INTR) yang terintegrasi dengan INSW sebagai media informasi peraturan perdagangan terkait ekspor impor yang mudah di akses oleh pengusaha dan masyarakat dalam rangka persiapan ASEAN Trade Repository dan ASEAN Single Window.

3. Update database Kebijakan non-tariff penyelesaian kasus aktual yang

menghambat akses pasar eksportir Indonesia ke ASEAN (data bisa di akses di website ASEAN Secretariat).

4. Pembentukan Task Force oleh Kementrian Keuangan yang menangani

Non-Tariff Measures (NTMs) Indonesia. Kementerian Perdagangan berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk membahas penanganan NTMs/Non-Tariff Barriers (NTBs) Indonesia. Hal ini diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2014.

5. Pelaksanaan 2ndpilot project Self-Certification (SC) di ASEAN (Filipina &

Laos) per 1 Januari 2014dengan menerbitkan SKA sendiri (invoice declaration) untuk 15 Eksporter bersetifikasi. Indonesia telah menerbitkan Perpres No 29 Tahun 2013 dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 39/M-DAG/8/2013.

6. Kementerian Perdagangan selama periode tahun 2012 telah menetapkan


(38)

memiliki beberapa tujuan yaitu untuk penguatan pasar dalam negeri, memagari dan melindungi kepentingan pembangunan ekonomi nasional dari pengaruh negatif pasar global terkait aspek K3LM (Kesehatan, Keselamatan, Keamanan, Lingkungan Hidup dan moral bangsa), menjamin ketersediaan barang modal, bahan baku dan penolong yang belum sepenuhnya dapat dipenuhi dari dalam negeri, peningkatan kualitas pelayanan publik dan tertib administrasi di bidang impor, meningkatkan taraf hidup petani produsen sekaligus mendorong terciptanya kondisi perdagangan dan pasar dalam negeri yang sehat serta iklim usaha yang kondusif, transparan, efektif dan efisien, serta berkesinambungan.

7. Peningkatan daya saing ekspor nasional dan pelaksanaan tugas Pokja Ekspor

Tim Nasional Pengembangan Ekspor serta Pengembangan Investasi, Menteri Perdagangan selaku Ketua Pokja Ekspor terus menerus meningkatkan komunikasi dan fasilitasi dengan para pelaku usaha. Melalui Forum Ekspor yang merupakan sarana komunikasi antara instansi pemerintah dengan para pelaku usaha khususnya dalam upaya peningkatan ekspor, serta mempertahankan akses pasar ekspor dengan melakukan tindakan pengamanan perdagangan melalui fasilitasi penanganan kasus tuduhan dumping, subsidi dan safeguard, bantuan teknis penanganan hambatan perdagangan dan penanganan kasus penipuan perdagangan.

8. Promosi Ekspor adalah untuk mengembangkan pasar internasional dan

sekaligus sebagai upaya pencitraan produk dan jasa Indonesia, dilakukan promosi ekspor, misi dagang, dan instore promotion secara lebih profesional


(39)

dan berkualitas serta peningkatan kelembagaan ekspor dan pengembangan ekspor dan pasar komoditi serta penguatan peran perwakilan di luar negeri (Atase Perdagangan, ITPC). Saat ini Kemendag sudah memiliki Atase Perdagangan 25 negara dan ITPC 19 Negara dimana untuk ASEAN baru ada 4 Atase Perdagangan (Kuala Lumpur, Singapura, Bangkok, Manila).

9. Memperkuat jaringan distribusi nasional yang merupakan bagian dari sistem

logistik nasional, Kemendag telah melakukan revitalisasi pasar tradisional yang akan dikembangkan sebagai pasar-pasar percontohan dan pembangunan gudang pangan. Sampai saat ini sudah dilakukan revitalitasi 159 pasar tradisional, baik fisik maupun manajemen melalui Tugas Pembantuan (TP) dan 20 diantaranya merupakan pasar percontohan serta 1 (satu) unit pusat pameran produk dalam negeri, selain juga pembangunan gudang sebanyak 15 gudang (Sistem Resi Gudang - SRG) di 11 Provinsi.

10. Penguatan pasar dalam negeri, Kementerian Perdagangan melaksanakan

berbagai upaya seperti penyusunan regulasi teknis yang bertujuan meningkatkan perlindungan kepada konsumen dan menjaga kualitas barang beredar dan jasa, antara lain melalui Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) hingga tahun 2012 sebanyak 84 BPSK yang tersebar disejumlah kabupaten/kota di Indonesia dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), Peningkatan operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perlindungan Konsumen (PPNS-PK) dan tenaga Petugas Pengawas Barang Beredar dan Jasa (PPBJ), serta Peningkatan


(40)

pengawasan terhadap alat Ukur Takar Timbang dan Perlengkapannya (UTTP).

11. Bentuk perlindungan konsumen, Pemerintah mewajibkan label berbahasa

Indonesia dan penerapan SNI. Untuk mendukung hal tersebut Kementerian Perdagangan juga melakukan upaya peningkatan kepedulian masyarakat terhadap perlindungan konsumen melalui program edukasi konsumen cerdas. Penerapan standardisasi produk listrik dan elektronik melalui ASEAN Harmonised Electrical and Electronic Equipment Regulatory Regime (AHEEERR) yang saat ini sedang proses transposisi ke dalam peraturan domestik.

12. Desiminasi/sosialisasi hasil kesepakatan perundingan ASEAN dan persiapan

Indonesia menyongsong AEC 2015 kepada semua pemangku kepentingan (pemerintah, akademis, dunia usaha dan masyarakat) ke beberapa provinsi di Indonesia sejak 2008 - sekarang. Tahun 2014, Kementerian Perdagangan telah menyiapkan program desiminasi AEC ke 33 provinsi di Indonesia. Bentuk harmonisasi lainnya dapat di lihat bahwa pemerintah melakukan kerjasama perdagangan dengan negara lain dimana kerjasama perdagangan

tersebut dilakukan melalui perjanjian perdagangan internasional.137

137Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 82

Dalam melakukan perundingan perjanjian perdagangan internasional pemerintah dapat berkonsultasi dengan DPR dan wajib melaporkan kepada DPR sembilah puluh hari setelah penandatanganan perjanjian tersebut. DPR melakukan sidang untuk meninjau perumusan perjanjian tersebut, apakah menimbulkan dampak yang luas


(41)

bagi kehidupan rakyat atau malah sebaliknya. Jika DPR menilai perjanjian perdagangan tersebut tidak menimbulkan efek positif bagi masyarakat dan merugikan kepentingan nasional maka pemerintah dengan persetujuan DPR dapat

meninjau kembali ataupun membatalkan perjanjian tersebut. 138

Harmonisasi lainnya yang dilakukan pemerintah yaitu menetapkan banyak pengaturan terhadap ekspor dan impor komoditi di Indonesia yang bebas tarif guna menjalankan komitmennya terhadap kebijakan bebas tarif yang terdapat dalam pengaturan MEA, tetapi tetap memberikan perlindungan terhadap terhadap kepentingan nasional apabila terjadi keadaan yang membahayakan dan memberikan ancaman kerugian yang serius terhadap kepentingan nasional bangsa Indonesia dimana dapat kita ambil contoh dalam pembebasan tarif dalam impor kacang kedelai. Dimana berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.011/2011 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang Dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor, telah ditetapkan bea masuk terhadap impor barang berupa kacang kedelai sebesar 5% (lima persen). Selanjutnya melalui penetapan Menteri Perdagangan melalui Nomor: 1906/M-DAG/SD/9/2013, bea Masuk Atas Impor Kedelai, menjadi 0% (nol persen). Dimana perubahan ini dalam rangka menjaga stabilitas harga kacang kedelai di dalam negeri dengan tetap memperhatikan kepentingan petani dan konsumen. Apabila suatu saat pemberlakuan bebas tarif ini menimbulkan kerugian terhadap kepentingan petani dan konsumen di kemudian hari, pemberlakuan bebas tarif bea

138Kementerian Perdagangan Republik Indonesia,“INTRA (Indonesia Trade Insight) :


(42)

masuk tersebut dapat ditinjau kembali sesuai dengan kondisi dan kebutuhan nasional.

Contoh lainnya dapat di lihat dari penetapan bebas tarif terhadap produk terigu dimana dicantumkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.011/2011 yang menetapkan tarif bea masuk untuk komoditas kedelai dan tepung terigu ditetapkan nol persen, tetapi berdasarkan penyelidikan Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) membuktikan adanya kerugian yang serius yang dialami industri dalam negeri sebagai akibat lonjakan yang sangat besar terhadap impor gandum maka harus diadakan tindakan pengamanan terhadap impor gandum dimana di keluarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 23/M-DAG/PER/4/2014 tentang Pengenaan Kuota Dalam Rangka Tindakan Pengamanan Terhadap Impor Gandum, dimana dikenakan bea pengamanan sebesar 20% dari nilai impor agar lonjakan terhadap

impor tersebut dapat ditekan.139

F. Eksistensi Kebijakan Pemerintah Mengenai Asas Kepentingan Nasional dalam Perdagangan Luar Negeri menurut Undang-Undang No.7 Tahun 2014 tentang perdagangan berkaitan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dibentuk untuk mewujudkan intergrasi ekonomi ASEAN, yakni tercapainya wilayah ASEAN yang aman dengan tingkat dinamika pembangunan yang lebih tinggi dan terintegrasi, pengentasan

139Anonim, “Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Sementara Terhadap Impor

Tepung Gandum,” 21.37)


(43)

masyarakat ASEAN dari kemiskinan, serta pertumbuhan ekonomi untuk

mencapai kemakmuran yang merata dan berkelanjutan140

Upaya untuk mewujudkan aliran bebas barang telah dimulai dari Asean Free Trade Area (AFTA). AFTA yang berlaku sejak 1993, telah menghapus 99,65% dari seluruh tariff lines dibawah skema Common Effective Prefential Tariff (CEPT) untuk ASEAN 6 (Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand) dan pengurangan sekitar 98,96% tarif menjadi 0-5% untuk Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam atau yang dikenal dengan terminologi CLMV, terakhir dengan penandatanganan ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) yang mengintegrasikan semua inisiatif ASEAN yang berkaitan dengan perdagangan barang ke dalam suatu kerangka komprehensif serta menjamin sinergi dan konsistensi di antara berbagai kebijakan

.

Pasar MEA dikenal adanya pasar tunggal dan basis produksi dimana memiliki 5 elemen utama yaitu aliran bebas barang, aliran bebas jasa, aliran bebas investasi, aliran modal yang lebih bebas serta aliran bebas tenaga kerja terampil. Salah satu elemen yang sangat sering di bahas adalah mengenai aliran bebas barang.

141

140Kementerian Perdagangan Republik Indonesia,“INTRA (Indonesia Trade Insight) :

Welcome Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),” (Edisi ke- VIII, 2014), hlm. 10 141

Ibid, hlm. 11

.

Berbagai negara anggota ASEAN mulai menjalankan komitmennya terhadap kebijakan pasar tunggal ini terkhususnya dalam aliran barang dimana dapat kita lihat dari grafik berikut:


(44)

Grafik 1. Average Tariff Rates on Intra-ASEAN imports

Berdasarkan grafik diatas dapat di lihat bahwa terdapat penurunan tarif dari rata-rata keseluruhan negara di ASEAN dalam bidang impor dari tahun 2007 sampai tahun 2015 dimana dapat di lihat dari data tersebut juga mulai adanya penurunan tarif impor secara keseluruhan mendekati angka 0 yang menandakan bahwa masing-masing negara anggota ASEAN sudah mulai menghapuskan tarif impor pada perdagangan sesama anggota ASEAN.


(45)

Grafik 2. Commodity Items with Zero Tariff

Grafik diatas dapat di lihat pula dari tahun 2007 sampai tahun 2015 anggota ASEAN meningkatkan jumlah dan jenis komoditi masing-masing negara yang bebas tarif (zero tariff) dalam perdagangan di kawasan ASEAN, dapat diartikan masing-masing negara membuat kebijakan terhadap komoditinya yang ingin di impor ke negaranya maka tidak dikenakan bebas tarif. Dalam hal ini bersesuaian dengan Cetak Biru Masyarakat Ekonomi Asean.

Keadaan ini berbanding terbalik dengan kondisi di Indonesia di mana dalam pengaturan perdagangan luar negerinya masih banyak terdapat-terdapat aturan yang membatasi dan menghalangi kegiatan perdagangan luar negeri baik pembatasan tarifmaupun non-tarif dimana pembatasan ini ditujukan untuk melindungi kepentingan nasional Bangsa Indonesia.


(46)

Salah satu contoh Indonesia masih menerapkan tarif yang cukup tinggi untuk produk-produk sensitif yaitu beras dan gula dan produk yang dikecualikan (minuman beralkohol) dengan alasan untuk melindungi kepentingan nasional dan

masyarakat.142

Philip Kotler mengemukakan ada 6 bentuk konsep pemasaran produk yang salah satunya mengenai konsep berwawasan produksi dimana dijelaskan bahwa konsumen akan memilih barang atau produk yang mudah didapat dan murah harganya

Bentuk-bentuk pembatasan seperti ini dilakukan pemerintah untuk menanggulangi kerugian yang sangat besar terhadap produk-produk sensitif pangan indonesia.

Pembatasan dalam jangka pendek terhadap bahan-bahan pokok ini akan berpengaruh positif terhadap keberadaan dan kestabilan harga dari komoditas pokok ini, tetapi dalam jangka panjang akan membawa pengaruh buruk dikarenakan tidak mungkin kita selalu melakukan pembatasan terhadap produk tertentu baik itu secara tarif maupun non tarif, sementara negara ASEAN lainnya mulai menerapkan bebas tarif terhadap komoditas yang sama.

143

142Anonim, Persiapan Indonesia Menyambut AEC 2015,

. Hal menjelaskan apabila Indonesia tetap melakukan pembatasan baik pembatasan tarif maupun non-tarif dalam jangka waktu panjang maka pelaku usaha yang akan melakukan kegiatan perdagangan internasional enggan untuk melakukan kegiatan perdagangan terhadap Indonesia karena besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menjual suatu barang sehingga pelaku kegiatan usaha tersebut cenderung berpindah ke negara lain dalam menjual produknya dan memilih

Juni 2016 pukul 19.37)


(47)

negara yang tidak menerapkan pembatasan-pembatasan sehingga memberi dampak negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia sendiri kedepannya.


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian bab-bab di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perdagangan bebas arus barang dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah

kegiatan perdagangan barang yang dilakukan secara bebas tanpa hambatan baik tarif maupun non-tarif di kawasan ASEAN. Perdagangan bebas sendiri sudah dilakukan sejak adanya kesepakatan Prefential Trading Arrangement (PTA) tahun 1977 dan ASEAN Free Trade Area (AFTA) tahun 1992. Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 lebih menekankan pada pengurangan dan penghapusan tarif, maupun hambatan non-tarif, serta fasilitas perdagangan. Penghapusan tarif adalah penghapusan bea masuk bagi semua barang kecuali barang yang terdapat dalam Sensitive List dan High Sensitive List. Penghapusan hambatan non-tarif adalah penghapusan hambatan perdagangan yang diluar dari bea masuk seperti perizinan impor barang, pembatasan kuota impor dan regulasi teknis tertentu. Fasilitas perdagangan bertujuan untuk menciptakan suatu lingkungan yang konsisten, transparan dan dapat di prediksi bagi transaksi perdagangan ASEAN. Selain penghapusan hambatan tarif dan hambatan non-tarif serta fasilitas perdagangan, ASEAN juga mempunyai rencana strategis kepabeanan yang bertujuan untuk mengintegrasi struktur kepabeanan dan ASEAN Single Window yang bertujuan untuk memfasilitasi integrasi National Single Window10 negara anggota ASEAN.


(49)

2. Pengaturan mengenai Perdagangan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Dalam undang-undang Perdagangan mengatur mengenai kebijakan Perdagangan Luar Negeri. Bahwa dalam setiap kebijakan perdagangan luar negeri harus meliputi peningkatan jumlah dan jenis serta nilai tambah produk ekspor, pengharmonisasian standar dan prosedur kegiatan perdagangan dengan mitra dagang, penguatan kelembagaan di sektor perdagangan luar negeri, pengembangan sarana dan prasarana penunjang perdagangan luar negeri, pelindungan dan pengamanan kepentingan nasional dari dampak negatif perdagangan luar negeri dan pengendalian perdagangan luar negeri yang berupa perizinan, standar dan pelarangan dan pembatasan. Hal ini juga berkaitan dengan asas yang ada di dalam undang-undang ini bahwa setiap pembuatan kebijakan perdagangan harus berdasarakan asas kepentingan nasional.

3. Pasal 2 Undang-Undang Perdagangan menyebutkan bahwa setiap kebijakan

perdagangan harus disusun berdasarkan asas kepentingan nasional, yang artinya setiap kebijakan perdagangan harus mengutamakan kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat. Asas ini berlaku untuk kebijakan dalam negeri maupun kebijakan luar negeri. Kebijakan perdagangan luar negeri tersebut harus bersifat pengendalian, pembatasan dan pelarangan. Dengan masuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN perdagangan barang akan bebas, namun pengendalian atas barang bebas tersebut dilakukan dengan cara melakukan tindakan pembatasan dan pelarangan, dapat dilihat dari pembatasan impor gula. Pembatasan ini disesuaikan dengan kebutuhan dalam negeri dan bertujuan untuk ketersediaan dan kestabilan harga. Bentuk pelarangan dalam perdagangan berupa dilarangnya ekspor bahan


(50)

tambang dan mineral yang mentah, dimana harus dilaksanankan pengolahannya terlebih dahulu di dalam negeri. Dalam MEA tidak ada lagi pembatasan dan pelarangan, pengharmonisasian kebijakan perdagangan ASEAN terhadap kebijakan perdagangan luar negeri Indonesia ditujukan agar Indonesia mampu bersaing dalam MEA 2015.

B. Saran

1. Dalam menghadapai Masyarakat Ekonomi ASEAN pemerintah dan

masyarakat, hal ini yang bergerak dalam kegiatan perdagangan luar negeri agar saling bekerja sama untuk mampu bersaing di pasar bebas. Melindungi pasar dalam negeri dan mendorong kegiatan ekspor barang-barang Indonesia.

2. Guna kepentingan nasional seharusnya pemerintah membuat pengaturan

mengenai perdagangan luar negeri Indonesia yang lebih spesifik dalam setiap kegiatan perdagangan dankomoditi perdagangannya karena dengan masuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN kegiatan perdagangan akan semakin bebas, dan tidak adanya pembatasan lagi.

3. Masih banyaknya perbedaan peraturan peradagangan luar negeri antara

Indonesia dengan cetak biru Masyarakat Ekonomi ASEAN. Seperti melakukan pembatasan tarif, sedangkan negara di ASEAN lainnya tidak melakukan pembatasan tarif akan membuat ketidak stabilan ekonomi Indonesia kedepannya karena tidak dilirik oleh para pengusaha Internasional untuk melakukan kegiatan perdagangannya di Indonesia. Oleh sebab itu, pemerintah hendaknya lebih cerdik


(51)

dalam menanggapi perbedaan ini agar tidak terjadi ketidakstabilan ekonomi tersebut.


(52)

BAB II

KONSEP PERDAGANGAN BEBAS BARANG DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015

A. Masyarakat Ekonomi Asean 2015

The Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) adalah asosiasi perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand, yang di tanda tangani dengan penandatanganan deklarasi ASEAN oleh para pendiri ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Kemudian Brunei Darussalam bergabung pada tahun 1984, Vietnam pada tahun 1995, Laos dan Myanmar pada tahun 1997, dan Kamboja pada tahun 1998. Dengan visi bersama ASEAN sebagai gabungan bangsa-bangsa Asia Tenggara yang bepandangan terbuka, hidup dalam perdamaian, stabilitas dan kemakmuran, terikat bersama dalam kemitraan dalam pembangunan yang dinamis dalam masyarakat yang peduli. Para pemimpin ASEAN memutuskan untuk membentuk suatu “masyarakat ASEAN” pada tahun

2020.22

22Dirjen Kerja Sama Internasional, Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Informasi

Umum:Masyarakat Ekonomi ASEAN. (Jakarta, Dirjen Kerja Sama Internasional Kemendag RI,

2011), hlm. 3

Pada awal di bentuknya ASEAN secara intensif menyepakati berbagai kesepakatan dalam bidang ekonomi. Diawali dengan kesepakatan Prefential Tariff Arrangement (PTA) pada tahun 1977, kemudian pada tahun 1992 disepakati Common Effective Preferential Tariff – ASEANFree Trade Area (CEPT-AFTA), dan kemudian pada tahun 1995 mulai memasukkan kesepakatan dalam bidang


(53)

jasa dengan di tandatanganinya ASEANFramework Agreement on Service (AFAS). Selanjutnya pada tahun 1998 di sepakati pula kerjasama dalam bidang

investasi ASEANInvestment Area (AIA).23

Upaya pencapaian masing-masing kerangka tersebut dilakukan melalui berbagai elemen dan strategi yang tercakup di dalamnya.Pencapaian MEA melalui penciptaan pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, ditujukan sebagai upaya perluasan melalui integrasi regional untuk mencapai skala ekonomis yang optimal. Langkah-langkah integrasi tersebut (Proses liberalisasi dan penguatan internal ASEAN) menjadi strategi mencapai daya saing yang tangguh dan disisi lain akan berkontribusi positif bagi masyarakat ASEAN secara keseluruhan maupun individual negera anggota. Pembentukan MEA juga menjadikan posisi

Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community (AEC) merupakan konsep yang mulai digunakan dalam Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II), Bali, Oktober 2003. MEA adalah salah satu pilar perwujudan ASEAN vision, bersama-sama dengan ASEAN Security Community (ASC) dan ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC). MEA adalah tujuan akhir integrasi ekonomi seperti dicanangkam dalam ASEAN Vision 2020. Pembentukan MEA dilakukan melalui empat kerangka strategis, yaitu:

1. Pencapaian pasar tunggal dan basis produksi, 2. Kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi, 3. Kawasan pengembangan ekonomi yang merata, dan

4. Kawasan yang secara penuh terintegrasi dengan perekonomian global.

23 Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Menuju ASEAN Economic Community

2015,Ditjen Perdagangan Republik Indonesia. (Jakarta, Departemen Perdagangan Repbulik


(54)

ASEAN semakin kuat dalam menghadapi negosiasi internasional, baik dalam merespons meningkatnya kecenderungan kerja sama regional, maupun dalam posisi tawar ASEAN dengan mitra dialog, seperti China, Korea, Jepang, Australia-Selandia Baru, dan India.Melalui proses integrasi ekonomi maka ASEAN secara bertahap menjadi kawasan yang membebaskan perdagangan barang dan jasa sarta aliran faktor produksi (modal dan tenaga kerja), sekaligus harmonisasi peraturan-peraturan terkait lainnya. Beberapa pertimbangan yang mendasari percepatan pembentukan MEA adalah:

1. Potensi penurunan biaya produksi di ASEAN sebesar 10-20 persen untuk

barang konsumsi sebagai dampak integrasi ekonomi.

2. Meningkatkan kemampuan kawasan dengan implementasi standar dan

praktik internasional.

Langkah percepatan integrasi ASEAN menjadi penting untuk memanfaatkan

semua potensi yang ada.24Pada tahun 2007, para kepala negara sepakat untuk

mempecepaat pencapaian MEA dari tahun 2020 menjadi tahun 2015 ini diperkuat dengan di tandatanganinya Cebu Declaration on the Acceleration of Establishment of an ASEAN community by 2015. Guna memperkuat langkah percepatan integrasi ekonomi tersebut ASEAN melakukan kerja sama ekonomi dengan meletakkan sebuah kerangka hukum yang menjadi basis komitmen negara ASEAN melalui penandatanganan Piagam ASEAN (ASEAN Charter) dan AEC Blueprint (cetak biru MEA).25

24Aida S. Budiman, Rizal A. Djaafara dan Sjamsul Arifin. Masyarakat Ekonomi ASEAN

2015. (Jakarta, PT. ElexMedia Komputindo, 2008), hlm. 9-12

25Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Op.cit, hlm. 4

Bersamaan dengan penandatanganan piagam ASEAN, cetak biru yang merupakan arah panduan dan jadwal strategis tentang


(55)

waktu dan pencapaian dari masing-masing pilar. Penandatanganan Piagam ASEAN menjadi prasasti hasil evolusi dari kerja sama yang bersifat “persaudaraan” menjadi organisasi yang berlandaskan rule based framework. Dengan kejelasan visi, tujuan, perbaikan struktur organisasi, pengambilan keputusan dan mekanisme dispute settlement serta peningkatan peran dan mandat Sekretariat ASEAN. Piagam ASEAN merumuskan secara detail tujuan dan prinsip ASEAN. Tujuan yang ingin dicapai sejalan dengan tujuan MEA, yaitu:

1. Menciptakan ASEAN sebagai pasar tunggal dan kesatuan basis produksi;

2. Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pembangunan di antara negera

anggota melalui bantuan dan kerja sama yang saling menguntungkan.

Perihal prinsip kerja sama, ASEAN tetap memegang teguh prinsip yang telah dianut selama ini, yang intinya menghormati kedaulatan negara lain, tidak melakukan intervensi kebijakan dalam negara lain, serta melakukan konsultasi

secara intensif atas berbagai permasalahan regional.26

B. Konsep Perdagangan Bebas Barang dalam MEA 2015

Pasar ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi memiliki lima elemen utama yaitu:

1. Free Flow of Goods (Aliran bebas barang),27 2. Free Flow of Services (Aliran bebas jasa),28

26

Aida S. Budiman. Op.cit, hlm. 12-14

27Free Flow of Goods (Aliran bebas barang) adalah liberalisasi perdagangan barang antar

negara-negara di kawasan ASEAN dengan cara penghapusan hambatan tarif, hambatan non-tarif untuk kelancaran arus barang dan juga perlu dilaksanakannya fasilitas perdagangan yang sesuai dengan standar internasional dan kerja sama kepabeanan.


(1)

teknik penulisan skripsi ini.. Bagi penulis beliau adalah figur yang teladan, tekun dan objektif dalam mendidik mahasiswa;

9. Ibu Dr. Utary Maharany Barus, S.H., M.Hum, selaku Dosen Penasihat Akademik;

10. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas segala ilmunya selama perkuliahan;

11. Seluruh staf pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

12. Opung Boru saya, Hj. Hotanur Br. Damanik yang telah mendukung saya untuk selalu semangat kuliah dan cepat lulus;

13. Abang- abang saya, Louvti Rodney Sidabalok, Akhmad Ignace Hariman Sidabalok, dan kakak ipar saya Chitra Wulandari yang telah mendukung dan menjaga saya dengan caranya masing-masing, serta keponakan tersayang Omar Tristan Sidabalok;

14. Habibi Kurniawan Harahap yang terus menerus mendukung, membantu, mengajarkan saya dengan seluruh kesabarannya dan menemani saya untuk mengerjakan penulisan ini, disaat bersamaan ia juga sedang menyelesaikan tugas akhirnya untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum dan Sarjana Akuntansinya;

15. Bou dan Adik sepupu saya, Hamidah Sidabalok dan Nanda Regina Putri yang senantiasa menemani saya pergi kemanapun ketika saya sedang mengalami kemumetan menulis;

16. Genggong, Syarifah Meutia Zahra, Maharany Fitri, S.H, Theresia Rizka Ully Situmorang, S.H, Poppy Jovita C. Pasaribu, Pratami Ajenia, Finda Syahmina


(2)

teman terkasih yang telah menemani dan membantu saya selama kuliah di Universitas Sumatra Utara dan menerima semua kekurangan saya tanpa batas; 17. Aku sayang kalian, Redman Wijaya, Tiffany Kurniadi, Poppy Jovita C.

Pasaribu, Beatrice Inggrid F.B. Dachi, Manasye G. Arga Sibuea, Teria Sefty, Tioni R. Manurung, teman yang selalu setia menemani saya sejak di SMA SUTOMO 1 Medan;

18. Andi P. Sinuraya, Sirilus Bram V. Purba, Rizal G. Banjarnahor, M. Alfahri Yudha, Siti Rachwina Apriza, Raja RollRoyce S. Siahaan, Bahari P. Sitinjak, Feby Ratu A. Purba, Andreas J. Siregar, Sarah Citra, Dostiroy Lumban Gaol, dan grup b stambuk 2012 yang sudah mewarnai hidup selama pekuliahan; 19. Seluruh teman-teman stambuk 2012 di Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang merupakan kelompok klinis penulis, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam menyelesaikan pendidikan klinis hukum PTUN, Perdata dan Pidana;

20. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terima kasih telah memberikan dukungan, semangat, saran, ide dan nasihat serta membuat hari-hari selama di perkuliahan menjadi lebih berarti;

Penulis sadar bahwa hasil penulisan skripsi ini tidaklah sempurna.Penulis berharap pada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan jasa semua pihak yang telah membantu penulis secara tulus dan ikhlas.


(3)

Medan, Juni 2016

Penulis, Aisyah Nurul Permatasari


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...vi

ABSTRAK...ix

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Keaslian Penulisan ... 8

E. Tinjauan Kepustakaan ... 9

F. Metode Penelitian ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II KONSEP PERDAGANGAN BEBAS BARANG DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 A. Masyarakat Ekonomi ASEAN ... 18

B. Konsep Perdagangan Bebas Barang Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN ... 21


(5)

BAB III KEBIJAKAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI DALAM UNDANG- UNDANG NO. 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN

A. Ekspor dan Impor ... 45 B. Kebijakan Perdagangan Luar Negeri ... 53 C. Pengendalian Perdagangan Luar Negeri ... 58

BAB IV ASAS KEPENTINGAN NASIONAL DALAM

PERDAGANGAN LUAR NEGERI MENURUT UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN BERKAITAN DENGAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015

A. Kebijakan Pemerintah Mengenai Asas Kepentingan Nasional Dalam Perdagangan Luar Negeri menurut Undang-undang No.7 Tahun 2014 tentang Perdagangan berkaitan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 ... 66 B. Harmonisasi Kebijakan Pemerintah Mengenai Asas Kepentingan Nasional Dalam Perdagangan Luar Negeri Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan Berkaitan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 ... 74 C. Eksistensi Kebijakan Pemerintah Mengenai Asas Kepentingan Nasional dalam Perdagangan Luar Negeri menurut


(6)

Undang-Undang No.7 Tahun 2014 tentang perdagangan berkaitan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 ... 82

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 88 B. Saran ... 90