Produktivitas KPPT Surakarta Deskripsi Lokasi

commit to user B. Pembahasan Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah diperoleh penulis. Pengumpulan data diperoleh melalui teknik wawancara dengan beberapa sumber, observasi ke lapangan dan studi dokumentasi. Hasil penelitian tentang kinerja KPPT Surakarta dalam pelayanan IMB ini terfokus pada kriteria penilaian yaitu produktivitas, kualitas layanan, dan akuntabilitas serta menjelaskan mengenai hambatan yang dihadapi KPPT dalam pelayanan IMB di Kota Surakarta.

1. Produktivitas KPPT Surakarta

Produktivitas dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk melihat apakah kinerja suatu organisasi itu baik atau buruk, dalam hal ini satu ukuran produktifitas yang lebih luas dengan memasukan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting. Indikator produktivitas dalam hal ini digunakan untuk mengukur dan mengetahui output atau keluaran yang dihasilkan oleh KPPT Surakarta. Sasaran atau target yang ingin dicapai oleh KPPT Surakarta dalam pelayanan IMB tidak hanya dalam hal peningkatan pelayanan administrasi perkantoran saja, atau peningkatan sarana dan prasarana saja tetapi KPPT Surakarta juga mempunyai target tertentu selain target-target yang diprogramkan untuk kelancaran aktivitas pelayanan secara teknis, yaitu pencapaian jumlah retribusi IMB yang masuk di KPPT Surakarta. Diantaranya capaian target dari pemasukan retribusi IMB per tahun yang diperoleh melalui KPPT Surakarta dalam 2 tahun terakhir. Dan berikut ini disajikan commit to user tabel capaian retribusi IMB dari tahun 2008 dan 2009. Tabel 1.6 Rekapitulasi Setoran Retribusi IMB melalui KPPT Surakarta Periode Tahun 2008 dan 2009 No Bulan Tahun Capaian Tahun 2008 Rp Tahun 2009 Rp 1 Januari 408.338.300 188.991.600 2 Februari 365.380.200 170.283.700 3 Maret 165.525.900 120.667.500 4 April 1.241.716.023 126.644.800 5 Mei 299.857.900 173.872.500 6 Juni 124.252.900 327.187.600 7 Juli 199.112.400 306.415.600 8 Agustus 419.723.900 104.410.800 9 September 639.228.800 220.890.400 10 Oktober 157.147.900 328.448.100 11 November 524.485.600 408.707.600 12 Desember 310.980.600 825.122.000 Jumlah 4.855.750.423 3.301.642.200 Persentase 140,32 95,51 Sumber : KPPT Kota Surakarta Dari data yang terdapat dalam tabel tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah retribusi IMB yang berhasil disetor ke kas daerah melalui KPPT tahun 2008 mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebesar 40,32 dan melebihi target commit to user retribusi yang ditetapkan. Hal itu dikarenakan ada beberapa ijin IMB yang nilai retribusinya cukup besar dibayarkan pada tahun 2008, yakni Apartemen Solo Paragon, Solo Center Point, dan Kusuma Mulia serta Hotel Ibis hotel bintang 3. Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala KPPT Kota Surakarta berikut ini : “Di tahun 2008 capaian retribusi yang diperoleh KPPT terjadi peningkatan yang signifikan yakni pada pertengahan tahun 2008, karena terdapat retribusi yang masuk kesini cukup besar, mas..Diantaranya retribusi yang dibayarkan hotel berbintang 3 yaitu hotel Ibis dan Kusuma mulia. Selain itu juga pemasukan dari Apartemen Solo Paragon dan Solo Center Point”. wawancara, 26 Oktober 2010 Retribusi IMB ini merupakan penyumbang kas daerah terbesar diantara perijinan yang lain yang ada di KPPT Surakarta. Sedangkan capaian retribusi di tahun 2009 terjadi sedikit penurunan daripada tahun 2008, pada tahun 2009 persentase penurunannya sebesar 4,49 karena di tahun 2009 tidak ada pembayaran retribusi dari bangunan-bangunan yang tergolong besar seperti yang terjadi di tahun 2008. Tetapi untuk target tahunan KPPT Surakarta pada tahun 2009 sudah tercapai meskipun tidak sebesar pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat produktivitas KPPT Surakarta cukup baik dilihat dari pemasukan yang didapat dari retribusi pembayaran Izin Mendirikan Bangunan IMB setiap tahunnya. Tingkat produktivitas yang dihasilkan oleh KPPT Kota Surakarta berjalan dengan baik meskipun tidak secara keseluruhan karena adanya beberapa kendala. Seperti yang terlihat dalam pelaksanaan proses penyelesaian berkas permohonan sampai diterbitkannya SK IMB oleh KPPT Surakarta. Dan berikut ini disajikan tabel commit to user jumlah pemohon IMB dari bulan Januari - Mei 2010 : Tabel 1.1 Jumlah Pemohon IMB dan SK IMB Yang Diterbitkan KPPT Kota Surakarta Dari Bulan Januari - Mei 2010 No Bulan Jumlah Pemohon SK IMB Yang Diterbitkan 1. Januari 80 94 2. Februari 106 94 3. Maret 88 92 4. April 112 90 5. Mei 98 142 Jumlah 484 512 Sumber : KPPT Kota Surakarta 2010 Dari data yang terdapat dalam tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dari Bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2010 jumlah permohonan IMB yang telah masuk ke KPPT Surakarta dengan jumlah SK yang diterbitkan tidak seimbang atau masih terdapat selisih jumlah. Sebagai contoh saja di bulan Januari terdapat pemohon yang mengajukan berkas permohonan IMB sebanyak 80 pemohon, tetapi disini SK yang terbit mencapai 94 SK dan terdapat selisih 14 pemohon. Ini bisa terjadi karena ada sisa berkas dari bulan Desember 2009 sebanyak 14 berkas yang baru diselesaikan pada bulan Januari 2010. Begitu pula pada bulan Februari 2010 terdapat sejumlah 106 pemohon yang mengajukan berkas permohonan IMB, tapi ternyata hanya sekitar 94 SK yang terselesaikan. Sehingga sisa berkas tertumpuk di commit to user bulan berikutnya. Hal tersebut juga terjadi pada bulan-bulan berikutnya. Sehingga cenderung terdapat selisih antara jumlah pemohon dengan SK yang terbit. Mengenai hal tersebut Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala KPPT Kota Surakarta memberikan penjelasan sebagai berikut : “Permasalahannya pemohon sekian dan SK yang keluar sekian itu bukan karena kami tidak menjalankan prosedur pelayanan. Yang perlu diketahui SK itu hanya bisa keluar jika pemohon sudah membayar retribusi. Nah, SK yang tidak keluar itu karena pemohon yang belum membayar retribusi. Biasanya kendala mereka yang tidak bisa membayar itu kaget melihat nominal nilai retribusinya. IMB itu perijinan yang paling mahal retribusinya, bisa sampai 10 juta, 20 juta bahkan ada yang sampai 50 juta. Buktinya berkas-berkas permohonan yang belum dibayar kebanyakan retribusinya diatas 10 juta. Mungkin pemohon tersebut saat mengajukan IMB tidak siap dengan nominal yang harus dibayar. Mereka sudah ditagih bahkan sampai tiga kali tapi belum juga datang ke KPPT untuk membayar. Padahal syarat-syarat semua sudah kami proses sesuai prosedur lho mas, mereka tinggal bayar thok tapi ya itu kembali lagi kepada masing-masing pemohon gitu mas.” wawancara, 26 Oktober 2010 Dari wawancara dengan Kepala KPPT di atas, ternyata ada sebagian besar dari pemohon yang waktu memasukkan berkas permohonan IMB, syarat-syarat sudah lengkap dan benar semua tetapi sewaktu pemohon akan membayar retribusi mereka tidak sanggup karena nilai retribusi yang harus di bayar cukup tinggi. Karena alasan tersebut, sebagian dari mereka tidak mengurus lagi ijinnya, sehingga dari pihak KPPT pun untuk sementara juga menunda proses pencetakan IMB, sampai si pemohon melunasi biaya retribusi tersebut. Jika pemohon itu kembali lagi ke KPPT bulan berikutnya, saat itu juga KPPT melanjutkan proses pencetakan dokumen ijin. Hal inilah yang menjadikan proses kepengurusan IMB menjadi tertunda, sehingga menyebabkan penumpukan berkas permohonan dan baru diselesaikan di bulan-bulan commit to user selanjutnya, karena pihak KPPT juga menunggu pemohon untuk menyelesaikan kewajiban membayar retribusinya terlebih dahulu. Sehingga terjadinya perbedaan jumlah pemohon dengan SK IMB yang diterbitkan disetiap bulan bukan karena kinerja KPPT Surakarta yang tidak produktif, justru KPPT Surakarta sudah menjalankan semua proses sesuai dengan prosedur pelayanan yang berlaku. Selisih antara jumlah pemohon yang masuk dengan SK yang diterbitkan tersebut diantaranya disebabkan faktor adanya pemohon yang tidak sanggup membayar retribusi yang telah diberitahukan kepada pemohon lewat Surat Permohonan Pembayaran SPP, sehingga cukup banyak juga berkas permohonan yang sudah masuk ke KPPT Surakarta tidak dapat diproses lebih lanjut sampai pada diterbitkannya SK. Sebab salah satu syarat SK IMB dapat diterbitkan adalah pemohon terlebih dahulu membayar retribusi yang dibebankan kepada mereka. Selain itu Ibu Siti Khotimah, S.Sos, selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan KPPT Kota Surakarta menambahkan keterangan sebagai berikut : “Selain faktor pemohon yang tidak mau bayar kesini, ada faktor lainnya yang jadi sebab adanya selisih jumlah pemohon dan SK yang dicetak itu karena adanya pemohon yang sudah daftar ngajuin IMB kesini tetapi pas disurvey ternyata data-data yang ada diberkas permohonan dengan kondisi dilapangan tidak sesuai seperti misalnya bangunannya menyalahi GSB Garis Sempadan Bangunan lalu kami suruh mereka untuk benerin dulu terus kesini lagi dan sementara proses lebih lanjut kami tunda. Kalo sudah beres baru kami lanjutkan. Nah ternyata cukup banyak juga mas, pemohon yang tidak kembali lagi kesini untuk ngelanjutin proses sampai SK keluar. Akhirnya berkas permohonannya pun macet nggak bisa dilanjutin cuma numpuk di meja. Itulah penyebab lain mengapa bisa terjadi perbedaan jumlah tersebut, mas.” wawancara, 28 Oktober 2010 commit to user Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pemohon yang sudah memasukkan berkas permohonannya ke KPPT Surakarta dan untuk selanjutnya disurvey ke lapangan untuk menyesuaikan denah bangunan. Tetapi ternyata terdapat ketidaksesuaian antara syarat-syarat dalam berkas permohonan dengan kondisi bangunan dilapangan. Oleh pihak KPPT Surakarta pemohon tersebut diminta membenahi syarat-syarat yang belum sesuai tersebut dan untuk sementara pemrosesan berkas permohonannya ditunda dahulu. Bila syarat-syarat sudah dibenahi maka petugas KPPT Surakarta meminta mereka untuk segera kembali lagi ke KPPT untuk melanjutkan proses selanjutnya sampai pada proses pencetakan SK IMB. Namun kemudian banyak ditemui pemohon yang tidak kembali lagi untuk melanjutkan proses pelayanan IMB dengan alasannya masing-masing. Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya perbedaan antara jumlah pemohon IMB yang telah masuk ke KPPT Surakarta dengan jumlah SK IMB yang sudah diterbitkan. Dalam kesempatan yang berbeda Bp. Drs. Toto Amanto, MM selaku Kepala KPPT Surakarta menambahkan keterangan sebagai berikut : “Kendala lain juga datang pada unit teknis petugas lapangan dari DTK saat melakukan survey lapangan, mas. Sebenarnya pihak KPPT dan DTK sudah berkoordinasi dan membuat persetujuan bahwa waktu yang diberikan untuk petugas lapangan saat survey sampai menyerahkan Berita Acara Pemeriksaan BAP adalah 2-4 hari. Namun realitanya sering lebih dari 4 hari. Hal itu dikarenakan Dinas Tata Kota DTK hanya punya 2 petugas survey dalam satu kecamatan. Sehingga banyak berkas permohonan yang ngantri menunggu untuk disurvey dari pihak DTK. Sehingga berkas yang belum digarap oleh DTK, ya menumpuk dulu mas di KPPT sampai dokumen-dokumen tersebut di garap oleh DTK gitu mas. Hal inilah yang menyebabkan di KPPT sering terjadi penumpukan berkas-berkas permohonan.” wawancara, 26 Oktober 2010 commit to user Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa proses pemeriksaan lapangan masih dipegang oleh petugas dari DTK Dinas Tata Kota. Pelaksanaan pemeriksaan survey lapangan sampai saat ini belum dilaksanakan oleh KPPT Surakarta sendiri, tetapi masih dipegang oleh petugas dari Dinas Tata Kota. Meskipun dari pihak KPPT Surakarta sendiri telah bekerja dengan maksimal, tapi terkadang petugas atau pegawai dari Dinas Tata Kota DTK baru menyerahkan berita acara pemeriksaan BAP melebihi dari waktu yang telah ditentukan, yaitu 2-4 hari. Apalagi pegawai dari DTK yang bertugas melakukan survey lapangan hanya dua orang untuk satu kecamatan. Dari hasil wawancara dan pembahasan-pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa produktivitas kinerja dari KPPT Surakarta bisa dikatakan cukup baik. Hal ini dilihat dari capaian target retribusi IMB per tahun yang diperoleh melalui KPPT Surakarta dalam 2 tahun terakhir yaitu tahun 2008 dan 2009. Meskipun capaian retribusi di tahun 2009 terjadi sedikit penurunan daripada tahun 2008, karena di tahun 2009 tidak ada pembayaran retribusi dari bangunan-bangunan yang tergolong besar seperti yang terjadi di tahun 2008. Tetapi untuk target tahunan pada 2009 KPPT Surakarta sudah tercapai. Selain itu juga bisa dilihat dari proses penyelesaian berkas pemohonan sampai diterbitkannya SK IMB oleh KPPT. Meskipun ada beberapa faktor yang menyebabkan kinerja KPPT bisa menjadi tidak produktif yang berasal dari pihak eksternal dalam hal ini Dinas Tata Kota DTK sebagai petugas survey pemeriksa lapangan. Karena hanya ada dua petugas survey disetiap kecamatan. Ini sangat kurang sekali jika dibandingkan dengan jumlah berkas permohonan yang commit to user diterima oleh KPPT Surakarta setiap bulannya, dan ini menyebabkan sering terjadi penumpukan berkas permohonan karena proses pengurusan selanjutnya juga masih menunggu kerja dari Dinas Tata Kota DTK sendiri. Hal inilah yang menyebabkan KPPT “menunggu” untuk melanjutkan proses sampai penerbitan IMB. Faktor lain juga datang dari pihak pemohon IMB sendiri, seperti tidak lengkapnya berkas permohonan dan ada juga pemohon yang tidak menyelesaikan pembayaran retribusi, padahal sebenarnya IMB tersebut tinggal dicetak. commit to user

2. Kualitas layanan KPPT Surakarta