commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ruang lingkup pelayanan publik meliputi berbagai macam aspek kehidupan masyarakat yang sangat luas dan kompleks. Kinerja organisasi yang baik sangat
berpengaruh terhadap pelayanan publik yang mengutamakan kepuasaan pelanggan masyarakat. Namun, selama ini birokrasi di Indonesia belum mampu menunjukkan
kondisi prima sesuai dengan harapan masyarakat. Kondisi tersebut merupakan salah satu ketidakberhasilan kinerja birokrasi dalam upaya menuju Good Governance.
Good Governance itu sendiri mempunyai arti sebagai suatu cara mengatur pemerintahan yang baik dengan memberikan pelayanan publik secara efisien,
memiliki sistem pengadilan yang dapat diandalkan dan memiliki akuntabilitas publik UNDP,1997:5. Karakteristik Good Governance mencakup 1 partisipasi; 2 aturan
hukum; 3 transparansi; 4 responsiveness; 5 berorientasi consensus; 6 efektivitas dan efisiensi; 8 visi strategis; 9 akuntabilitas UNDP,1997:7. Sosok
governance suatu negara dikatakan good atau bad dapat dilihat dari kemampuan suatu pemerintahan dalam melaksanakan prinsip-prinsip tersebut.
Organisasi publik merupakan penyelenggara pemerintahan dan pelayan bagi warga negara. Peran organisasi publik sangat sentral dalam sistem pemerintahan yang
berhubungan langsung dengan masyarakat. Sehingga terciptanya suatu kinerja yang tinggi dalam organisasi publik perlu diupayakan agar penyelenggaraan pemerintahan
commit to user
dapat berjalan secara efektif, efisien dan responsif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang semakin kompleks.
Karakteristik negatif tentang birokrasi di Indonesia seperti yang dikemukakan Jay M Shafritz dan E. W Russel 1997 seperti inefisiensi, kaku, prosedural, lamban,
berbelit-belit dan korup terlanjur melekat dalam persepsi masyarakat tentang birokrasi yang ada di Indonesia. Meskipun setiap instansi pemerintah telah
mengadakan perbaikan dan peningkatan yang signifikan setiap tahunnya, namun masih dirasa kurang. Peningkatan kinerja menjadi salah satu faktor utama untuk
memperbaiki kondisi birokrasi di Indonesia. Adanya evaluasi kinerja dalam suatu organisasi menunjukkan bahwa suatu organisasi itu mulai berusaha untuk
mengupayakan peningkatan kinerja yang optimal. Oleh karenanya penilaian terhadap kinerja suatu organisasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bagi
organisasi, karena dapat dipakai sebagai ukuran penilaian keberhasilan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu bahkan penilaian tersebut juga dapat
dijadikan sebagai input bagi perbaikan atau peningkatan kinerja pada organisasi selanjutnya.
Salah satunya adalah evaluasi kinerja terhadap Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu KPPT Kota Surakarta. Sama halnya dengan instansi publik yang lain,
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu KPPT Kota Surakarta juga berusaha untuk memberikan pelayanan yang prima bagi masyarakat, yang mana didukung oleh faktor
kinerja yang baik.
commit to user
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu KPPT Kota Surakarta adalah sebuah unit baru yang dibentuk dengan dilatarbelakangi oleh dua hal, yang pertama adalah
adanya keluhan-keluhan baik dari masyarakat umum maupun dari kalangan dunia usaha mengenai penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah
yang terkesan berbelit-belit, tidak transparan, dan membutuhkan waktu yang lama. Yang kedua adalah pemberlakuan otonomi daerah yang berdasarkan UU No.32
Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang telah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk mengelola penyelenggaraan pemerintahan di
daerahnya masing-masing, termasuk dalam bidang penyelenggaraan pelayanan publik. Penerapan otonomi daerah dan dukungan kuat dari pemerintah pusat, serta
tuntutan dari masyarakat, khususnya masyarakat Surakarta untuk menyelenggarakan pelayanan publik yang lebih baik dan berkualitas, telah memberi dorongan kepada
Pemerintah Kota Surakarta untuk mendirikan suatu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu KPPT melalui pola pelayanan satu pintu one stop service dengan
berdasar kemudahan pemberian pelayanan. Program one stop service merupakan kegiatan penyelenggaraan perijinan dan non perijinan yang proses pengelolaannya
dimulai dari tahap permohonan sampai terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat, sistem pelayanan cepat, memiliki kepastian waktu dan biaya, kejelasan
informasi atau prosedur dan terbebas dari pungutan liar pungli jika berhubungan dengan pemerintah. http:www.depkominfo.go.id
commit to user
Hal tersebut juga sejalan dengan inisiatif Walikota Surakarta yakni Ir. Joko Widodo untuk mengoperasikan Pelayanan Satu Pintu One Stop Service terhadap
masalah perijinan dan pelayanan publik lewat Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu KPPT Kota Surakarta. http:www.surakarta.go.id
Harapan kami, one stop service ini akan meningkatkan iklim usaha di Solo, terutama masuknya investasi. Dengan demikian, peredaran uang akan tinggi
dan bisa mendukung tumbuh kembangnya iklim berusaha di Solo, kata Wali Kota saat pencanangan one stop service di kompleks Balai Kota.
http:www.suaramerdeka.com. Penerapan pelayanan satu pintu tersebut kemudian tidak hanya dijadikan
sebagai sebuah program saja namun sesuai dengan Perda Kota Surakarta No. 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, dengan
perubahan Unit Pelayanan Terpadu UPT menjadi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu KPPT pada tanggal 31 Desember 2008. Sistem terpadu yang diterapkan
oleh KPPT Surakarta yaitu permohonan ijin yang lebih dari 1 satu, maka persyaratan hanya 1 berkas dan akan selesai semua perijinannya secara bersamaan 6
enam hari sejak permohonan diajukan lengkap. Program ini mempunyai arti percepatan penyelesaian perijinan, jaminan kepastian, pembayaran biaya retribusi
yang fleksibel, dan proses perijinan yang transparan. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu KPPT Kota Surakarta sangat beragam, didalamnya terdapat berbagai jenis pelayanan bidang perizinan dan non perizinan, di antaranya adalah :
commit to user
1. Izin Pemanfaatan Ruang IPR
2. Penggantian Biaya Cetak Peta
3. Izin Mendirikan Bangunan IMB
4. Izin Lokasi
5. Izin Usaha Perdagangan IUP
6. Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol IUP-MB
7. Izin Usaha Industri IUI
8. Tanda Daftar Gudang TDG
9. Tanda Daftar Perusahaan TDP
10. Tanda Pendaftaran Waralaba TPW
11. Izin Usaha Pusat Perbelanjaan IUPP
12. Izin Usaha Toko Modern IUTM
13. Izin Gangguan Tempat Usaha HO
14. Izin Usaha Jasa Konstruksi IUJK
15. Izin Pemasangan Reklame
16. Izin Jasa Biro Perjalanan Wisata
17. Izin Jasa Pemandu Wisata
18. Izin Impresariat
19. Izin Jasa Informasi Pariwisata
20. Izin Jasa Konvensi
21. Izin Hotel
22. Izin Pondok Wisata
23. Izin Restoran
24. Izin Rumah Makan
25. Izin Gedung Pertemuan Umum
26. Izin Usaha Agen Jasa Angkutan
27. Izin Usaha Sekolah Mengemudi
28. Izin Usaha Bengkel Umum
29. Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta PKMS
30. Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta BPMKS
Sumber: KPPT Kota Surakarta
commit to user
Dari sekian banyak jenis pelayanan bidang perizinan yang ada di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu KPPT Kota Surakarta di atas, penulis tertarik untuk
meneliti proses penyelenggaraan pelayanan Izin Mendirikan Bangunan IMB. Pertama, karena IMB sangat penting dalam pengembangan pembangunan
terutama dalam penataan bangunan dan lingkungan, hal ini penting agar sejalan dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota RUTRK, tetapi dalam kenyataannya
masih banyak juga bangunan di Kota Surakarta ini yang belum memiliki IMB. Hal itu disebabkan adanya anggapan selama ini dalam masyarakat bahwa untuk mengurus
Izin Mendirikan Bangunan IMB diperlukan banyak sekali persyaratan yang harus dipenuhi oleh para pemohon serta proses pengurusannya memerlukan waktu yang
lama karena harus melalui beberapa prosedur dan tata cara kepengurusan yang panjang.
Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Kepala SD Cokroaminoto Pasar Kliwon Bp. Asmuni sebagai berikut :
“Pengurusan IMB mulai dari memasukan syarat-syarat administrasi sampai keluar IMB ternyata tidak secepat yang diperkirakan sebelumnya.
Sebelumnya diberitakan bahwa sejumlah sekolah penerima Dana Alokasi Khusus DAK mengeluhkan lambatnya pengurusan Izin Mendirikan
Bangunan IMB, dan dikhawatirkan lambatnya pengurusan IMB ini bisa mengganjal proses pencairan DAK termin kedua. Pasalnya pelampiran Izin
Mendirikan Bangunan menjadi salah satu syarat kelengkapan dari SPJ Dana Alokasi Khusus DAK termin pertama yang harus segera diajukan sekolah”.
Harian Joglosemar, Rabu 18 November 2009
commit to user
Kedua, penulis menemukan data dari Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu KPPT Kota Surakarta bahwa dari bulan Januari sampai bulan Mei 2010 ternyata
terdapat perbedaan jumlah pemohon IMB dengan SK IMB yang dikeluarkan oleh KPPT Kota Surakarta setiap bulannya. Dan dari SK IMB yang diterbitkan itu ternyata
hampir 80 penyelesaian pelayanan Izin Mendirikan Bangunan IMB di KPPT Kota Surakarta tidak sesuai dengan standar waktu yang telah ditetapkan oleh Walikota
Surakarta yaitu 6 hari. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
commit to user
Dari data pada tabel 1.1 bisa kita lihat bahwa jumlah pemohon IMB setiap bulan dengan SK IMB yang diterbitkan ternyata tidak sama. Misalnya saja seperti
yang terjadi pada bulan Februari, jumlah pemohon IMB ada 106 orang, tapi SK IMB yang terbit hanya 94 SK IMB. Sama halnya dengan bulan-bulan berikutnya terjadi
ketidaksesuaian antara jumlah pemohon dengan SK IMB yang diterbitkan. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa penumpukan berkas permohonan, sehingga
proses pengurusan perijinannya diakumulasikan pada bulan-bulan berikutnya. Hal ini sesuai seperti yang di ungkapkan oleh Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala
KPPT Kota Surakarta berikut ini : “Kalo mas lihat memang angka-angka yang ada pada data tersebut tidak
sesuai, hal ini terjadi karena ada beberapa penumpukan berkas permohonan disetiap bulannya. Ini disebabkan karena syarat-syarat yang terdapat diberkas
para pemohon IMB tersebut dinyatakan kurang lengkap, sehingga kami KPPT menunda dulu untuk melanjutkan proses pengurusannya sampai
berkas permohonan tersebut dilengkapi syarat-syaratnya gitu mas’. wawancara, 15 Januari 2011
Dari pernyataan diatas terungkap bahwa penumpukan berkas ini terjadi karena ada sebagian sisa berkas permohonan IMB yang belum dikerjakan oleh KPPT
Surakarta dikarenakan beberapa dari berkas permohonan tersebut ada syarat-syarat yang belum sesuai atau bisa dikatakan belum lengkap. Oleh karena itu KPPT
sementara menunda dulu proses pengurusan permohonan IMB tersebut, sampai berkas permohonan tersebut dilengkapi. Karena itulah banyak ditemukan berkas
permohonan yang hanya menumpuk saja di KPPT. Selanjutnya setelah berkas-berkas permohonan tersebut dilengkapi barulah KPPT Surakarta melanjutkan proses
pengurusan IMB tersebut sampai dicetaknya SK IMB. Kemudian data pada tabel 1.1
commit to user
dari jumlah 512 SK IMB yang diterbitkan mulai dari bulan Januari sampai bulan Mei 2010 hanya 101 pemohon yang proses pengurusan IMB-nya sesuai dengan jangka
waktu yang telah ditentukan yakni 6 hari. Sedangkan sisanya yaitu 411 pemohon yang proses penyelesaian IMB-nya lebih dari 6 hari terlambat. Ini menunjukkan
bahwa waktu penyelesaian pelayanan IMB di KPPT Kota Surakarta sebagian besar tidak sesuai dengan standar waktu pelayanan yang telah ditetapkan oleh Walikota
Surakarta.
B. Perumusan Masalah