Implementasi Kebijakan IMPLEMENTASI STANDAR PROSEDUR OPERASI PENGATURAN DAN PELAYANAN PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI BERDASARKAN KEPUTUSAN KEPALABADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2005

a. Proses pembentukan kebijakan publik berangkat dari realitas yang ada di dalam masyarakat. b. Dalam melakukan penerapan hukum membutuhkan kebijakan publik sebagai sarana yang mampu mengaktualisasikan dan mengkontekstualisasikan hukum tersebut dengan kebutuhan dan kondisi riil yang ada di masyarakat, sebab jika responsifitas aturan masyarakat hanya sepenuhnya diserahkan pada hukum semata, maka bukan tidak mungkin pada saatnya akan terjadi pemaksaan – pemaksaan hukum yang tidak sejalan dengan cita – cita hukum itu sendiri yang ingin menyejahterakan masyarakat. c. Hubungan hukum dan kebijakan publik dalam hal evaluasi dapat dilakukan dengan evaluasi peradilan administrasi dan evaluasi kebijakan publik. Hubungan hukum dan kebijakan publik adalah saling memperkuat satu dengan yang lain.Sebuah produk hukum tanpa adanya proses kebijakan publik didalamnya maka produk hukum itu akan kehilangan makna substansinya.Sebaliknya sebuah proses kebijakan publik tanpa adanya legitimasi hukum akan lemah pada tatanan operasionalnya.

3. Implementasi Kebijakan

Menurut Ripley dan Franklin dalam Budi Winarno, 2008: 145 berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang – undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan benefit, atau suatu jenis keluaran yang nyata tangible output.Istilah implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan – tujuan program dan hasil – hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah.Implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan - tujuan program dan hasil – hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah.Implementasi mencangkup banyak macam kegiatan sebagai berikut: Pertama, badan – badan pelaksana yang ditugasi oleh undang – undang dengan tanggung jawab menjalankan program harus mendapatkan sumber – sumber yang dibutuhkan agar implementasi berjalan lancar.Kedua, badan – badan pelaksana mengembangkan bahasa anggaran dasar menjadi arahan – arahan konkret, regulasi, serta rencana – rencana dan desain program. Ketiga, badan – badan pelaksana harus mengorganisasikan kegiatan – kegiatan mereka dengan menciptakan unit – unit birokrasi dan rutinitas untuk mengatasi beban kerja.Pandangan Grindle dalam Budi Winarno, 2008:146 mengenai implementasi dengan mengatakan bahwa secara umum , tugas implementasi adalah membentuk suatu kaitan linkage yang memudahkan tujuan – tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah. Pendapat van Meter dan van Horn dalam Budi Winarno,2008: 146 mereka membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan – tindakan yang dilakukan oleh individu – individu atau kelompok –kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan – tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan – keputusan kebijakan sebelumnya. Menurut Budi Winarno 2008:181, bahwa perintah – perintah implementasi mungkin diteruskan secara cermat,jelas dan konsisten, tetapi jika para pelaksana kekurangan sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan – kebijakan, maka implementasi inipun cenderung tidak efektif.Sumber-sumber dapat merupakan faktor yang penting dalam melaksanakan kebijakan publik. Sumber- sumber yang penting meliputi: staf yang memadai serta keahlian – keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas – tugas mereka, infomasi, wewenang dan fasilitas – fasilitas yang diperlukan untuk menerjemahkan usul – usul di atas kertas guna melaksanakan pelayanan – pelayanan publik. Dari beberapa pendapat mengenai implementasi kebijakan, dapat diartikan implementasi kebijakan merupakan pelaksanaan terhadap suatu aturan atau ketentuan – ketentuan yang telah ditetapkan oleh pihak yang berwenang dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran suatu program yang telah ditetapkan. 4. Teori Bekerjanya Hukum Menurut Robert B. Seidman dalam Esmi Warassih, 2005: 11 menyatakan bahwa tindakan apapun yang akan diambil baik oleh pemegang peran, lembaga – lembaga pelaksana maupun pembuat Undang – undang selalu berada dalam lingkup kompleksitas kekuatan – kekuatan sosial, budaya, ekonomi dan politik,dan lain sebagainya.Seluruh kekuatan – kekuatan sosial itu selalu ikut bekerja dalam setiap upaya untuk memfungsikan peraturan – peraturan yang berlaku,menerapkan sanksi – sanksinya, dan dalam seluruh aktivitas lembaga – lembaga pelaksanaannya. Berbicara masalah hukum pada dasarnya membicarakan fungsi hukum di dalam masyarakat.Kebijakan dalam bidang hukum akan berimplikasi kepada masalah politik yang sarat dengan diskriminasi terhadap kelompok lain.Untuk memahami bagaimana fungsi hukum itu, ada baiknya dipahami terlebih dulu bidang pekerjaan hukum. Menurut Soerjono Soekanto 1993: 5 untuk memahami bagaimana fungsi hukum itu,tidak dapat lepas dari aspek penegakan hukum,yakni pelaksanaan suatu kebijakan atau suatu komitmen yang bersangkutan dengan 5 faktor pokok yaitu: a. Faktor hukumnya sendiri yang merupakan dasar kebijakan. b. Faktor penegak hukum,yakni pihak –pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. d. Faktor masyarakat,yakni lingkungan dimana hukum berlaku atau diterapkan. e. Faktor budaya,yakni sebagai hasil karya,cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidupnya. Kelima faktor tersebut saling berkaitan erat, karena merupakan esensi dari penegakan hukum dan merupakan tolok ukur dari efektifitas penegakan hukum. Menurut Esmi Warassih 2005:15,bahwa suatu peraturan dibuat atau dikeluarkan tentunya berisi harapan – harapan yang hendaknya dilakukan oleh subyek hukum sebagai pemegang peran.Namun bekerjanya harapan itu tidak ditentukan hanya oleh kehadiran peraturan itu sendiri, melainkan juga oleh beberapa faktor lain. Faktor – faktor yang turut menentukan bagaimana respon yang akan diberikan oleh pemegang peran, antara lain 1.sanksi-sanksi yang terdapat di dalamnya,2.aktivitas dari lembaga pelaksana hukum, dan 3.seluruh kekuatan – kekuatan sosial,politik dan lain – lainnya yang bekerja atas diri pemegang peranan itu. Pengertian hukum sebagai suatu sistem norma yang dikemukakan oleh Lon L. Fuller dalam Esmi Warassih 2005:31 yang berpendapat bahwa untuk mengenal hukum sebagai sistem maka harus dicermati adanya 8 delapan azas atau principles of legality , yang meliputi: 1. Sistem hukum harus mengandung peraturan – peraturan artinya ia tidak boleh mengandung sekedar keputusan – keputusan yang bersifat ad hoc. 2. Peraturan – peraturan yang telah dibuat itu harus diumumkan. 3. Peraturan tidak boleh berlaku surut. 4. Peraturan – peraturan disusun dalam rumusan yang bisa dimengerti. 5. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan – peraturan yang bertentangan satu sama lain. 6. Peraturan – peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi apa yang dapat dilakukan. 7. Peraturan tidak boleh sering dirubah – rubah. 8. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan pelaksanaan sehari – hari. Beberapa pengertian hukum diatas pada dasarnya hukum mempunyai banyak fungsi dalam usahanya untuk mencapai tujuan – tujuan yang telah ditetapkan.Oleh karena itu sebagai hukum positif harus dipahami suatu sistem norma.Pemahaman ini untuk menghindari terjadinya pertentangan antara norma hukum yang lebih tinggi dengan norma hukum yang lebih rendah kedudukannya. Menurut Paul dan Dias dalam Esmi Warassih , 2005:105 ,mengajukan 5 lima syarat yang harus dipenuhi untuk mengefektifkan sistem hukum,yaitu: 1. Mudah tidaknya makna aturan – aturan hukum itu untuk ditangkap dan dipahami; 2. Luas tidaknya kalangan di dalam masyarakat yang mengetahui isi aturan – aturan hukum yang bersangkutan; 3. Effisien dan effektif tidaknya mobilisasi aturan – aturan hukum; 4. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak hanya mudah dijangkau dan dimasuki oleh setiap warga masyarakat,melainkan juga harus cukup effektif dalam menyelesaikan sengketa – sengketa; 5. Adanya anggapan dan pengakuan yang merata di kalangan warga masyarakat bahwa aturan – aturan dan pranata – pranata hukum itu memang sesungguhnya berdaya kemampuan yang efektif.

5. Kebijakan Pengaturan Pertanahan di Indonesia