Prosedur Memperoleh Tanah Negara

kali. Sertipikat tanah yang dimiliki oleh seseorang dimaksudkan untuk menjamin kepastian hak atas tanah, baik dari segi fisik tanah dalam arti luas dan letak tanah, segi tata ruang tanah dalam arti kesesuaian perencanaan dan peruntukkan penggunaan tanah, maupun dari segi hukum, karena dengan adanya sertipikat tanah maka diperoleh adanya kepastian hak dan kepastian hukum atas tanah yang dikuasai oleh seseorang maupun badan hukum. Dalam proses sertifikasi hak atas tanah memerlukan adanya prosedur,waktu dan biaya.Proses sertifikasi tanah untuk pendaftaran tanah pertama kali dibagi menjadi dua jenis prosedur, yang didasarkan pada status tanah, yaitu tanah negara dan tanah adat perseorangan.Tanah negara adalah bidang tanah diatasnya tidak melekat sesuatu hak dan atau bidang tanah yang diatasnya melekat bekas hak.Sedangkan tanah adat perseorangan adalah sebagian dari bidang tanah yang dikuasai oleh sekelompok masyarakat adat secara turun temurun dan oleh karena hubungan emosional ataupun hubungan ekonomi telah diakui secara komunal oleh masyarakat adat itu sendiri menjadi hak milik dari seseorang anggota masyarakat adat. Perbedaan dalam prosedur kedua status tanah terletak pada penggunaan lembaga pengumuman pada tanah adat, sedangkan pada tanah negara tidak menggunakan pengumuman.Pada tanah adat tidak dipungut uang pemasukan ke kas negara, namun dipungut bea perolehan hak atas tanah bila telah memenuhi ketentuan pemungutan bea perolehan hak atas tanah yang berlaku di daerah setempat.Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut:

1. Prosedur Memperoleh Tanah Negara

a. Pengajuan permohonan dilengkapi dengan berkas – berkas sebagai berikut: 1.Identitas Pemohon 2. Surat Pernyataan Penguasaan dan Pemilikan Tanah 3. Surat Pernyataan Tanah – Tanah Yang Telah Dipunyai 4. Surat Keterangan dari DesaKelurahan 5.Peta Bidang Tanah yang dimohon. b. Jika berkas sudah lengkap maka membayar biaya proses pengukuran dan biaya pemeriksaan bidang tanah oleh Panitia A.Panitia A diatur berdasarkan ketentuan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2007 tentang Panitia Pemeriksaan Tanah.Panitia Pemeriksaan Tanah A dalam melaksanakan tugasnya terdiri dari: 1. Tugas di lapangan antara lain: - Mengadakan penelitian dan peninjauan fisik atas tanah yang dimohon mengenai penguasaan,penggunaankeadaan tanah dan batas – batas tanah. - Mengumpulkan keteranganpenjelasan dari pemohon dan pemilik tanah yang berbatasan atau kuasanya serta meneliti ada tidaknya keberatan dari pihak lain. - Meneliti kepentingan umum. - Meneliti kesesuaian penggunaan tanah yang dimohon dengan Rencana Tata Ruang Wilayah setempat. 2. Tugas di Kantor Pertanahan antara lain: - Mengadakan pemeriksaan terhadap kelengkapan berkas permohonan pemberian Hak Milik,Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas tanah negara. - Mengadakan penelitian mengenai data status tanah,riwayat tanah dan hubungan hukum antara tanah yang dimohon dengan pemohon serta kepentingan lainnya. - Melakukan sidang berdasarkan data fisik dan data yuridis hasil penelitian dan peninjauan fisik di lapangan termasuk data pendukung lainnya oleh semua anggota Panitia A. - Menentukan status tanah dan kepemilikan tanah. - Memberikan pendapat dan pertimbangan atas permohonan tersebut yang dituangkan dalam Risalah Pemeriksaan Tanah A dan ditandatangani oleh semua anggota. 3. Pelaksanaan pengukuran bidang tanah yang dimohon menghasilkan Surat Ukur tanah yang berisi mengenai luas,letak bidang tanah.Dalam pengukuran bidang tanah ini harus disaksikan dan disetujui oleh tetangga yang berbatasan. 4. Pemeriksaan Panitia A menghasilkan Risalah panitia A sebagai bahan pertimbangan Kepala Kantor Pertanahan untuk memberikan atau menolak memberikan sesuatu hak atas tanah yang dimohon.Panitia A terdiri dari komponen Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah sebagai Ketua dan anggotanya terdiri dari Seksi Survei,Pengukuran dan Pemetaan, Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan dan Kepala DesaKelurahan.Panitia A ini bertugas untuk memeriksa mengenai Subyek dan Obyek bidang tanah, kesesuaian dari aspek penguasaan dan pemilikan tanahnya, aspek tata guna tanahnya. 5. Berdasarkan dari Risalah Pemeriksaan dari Panitia A maka diajukan kepada kepala kantor pertanahan atau pejabat yang berwenang untuk dapat dikabulkan atau ditolak memberikan hak dengan melalui Surat Keputusan Pemberian atau penolakan pemberian hak atas tanah. 6. Berdasarkan Surat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah, maka kepada pemohon diharapkan untuk membayar Uang Pemasukan kepada Negara. 7.Kemudian Surat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah tersebut didaftarkan dan diproses yang selanjutnya diterbitkan Sertipikat Hak Atas Tanah. 8. Sertipikat yang sudah terbit diserahkan kepada pemohon. Tahapan prosedur dalam rangka permohonan tanah Negara dapat dilihat dalam lampiran 4 yaitu Skema Pengajuan Permohonan Tanah Negara. Untuk penerbitan sertipikat hak atas tanah yang berasal dari permohonan tanah negara di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: TABEL 3 Penerbitan Sertipikat Permohonan Tanah Negara Nomor Tahun Tanah Negara Bidang Jumlah 1. 2006 4 4 2. 2007 2 2 3. 2008 - - Jumlah 6 6 Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi Bahwa dari tabel diatas dapat dilihat penerbitan sertipikat hak atas tanah yang berasal dari permohonan tanah negara jumlahnya sangat kecil, karena hal ini disebabkan tanah negara di Wilayah Kabupaten Ngawi jumlahnya relatif kecil dan sangat terbatas. 2. Prosedur Memperoleh Sertipikat Tanah Bekas Milik Adat. Tanah bekas milik adat yang pada tanggal 24 September 1960 pemiliknya berstatus sebagai warga negara Indonesia.Tanah bekas milik adat adalah hak atas tanah yang lahir berdasarkan proses adat setempat misalnya hak yasan,hak andarbeni dan sebagainya yang sejak tanggal 24 September 1960 dikonversi menjadi hak milik namun belum terdaftar. Jenis tanah bekas milik adat dibagi menjadi 2,meliputi: 1. Tanah bekas milik adat yang mempunyai surat tanda bukti pemilikan atas nama pemegang hak pada waktu berlakunya Undang – Undang Pokok Agraria dan apabila kemudian hal itu beralih,bukti peralihan hak berturut – turut sampai ketangan pemegang hak pada waktu dilakukan pembukuan. a. Tanah bekas milik adat yang tidak mempunyai tanda bukti pemilikan atau yang kurang lengkap. Tata Cara Memperoleh Sertipikat Tanah Bekas Milik Adat di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi dengan berdasarkan Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Jo.Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 sebagai berikut: Persyaratan meliputi: 1. Bagi Tanah Bekas Milik Adat Yang Mempunyai Surat Tanda Bukti Pemilikan, meliputi: a. Asli tanda bukti pemilikan tanah yang dimohon,antara lain Pethok,girik,Kekitir,Pipil Verponding Indonesia sebelum berlakunya Undang – Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 dan lain – lain. b. Surat perolehan tanah tersebut didapat secara berurut jual beli,warisan,hibah dan lain – lain. c. Surat Keterangan Kepala DesaLurah tentang riwayat tanah tersebut. d. Surat Pernyataan tidak dalam sengketa dari pemilik. e. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk KTP pemohon jual beli,warisan,hibah. f. Bukti Pelunasan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan SPPT – PBB tahun terakhir. g. Bukti pelunasan Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan BPHTB apabila perolehan tanah setelah tanggal 1 Januari 1998. h. Bukti Pelunasan Pajak Penghasilan PPH i. Bukti lain yang diperlukan. 2. Bagi Tanah Bekas Milik Adat yang Tidak Mempunyai Surat tanda Bukti Pemilikan, meliputi: a. Surat Pernyataan bahwa pemohon telah menguasai secara nyata tanah yang bersangkutan selama 20 tahun atau lebih secara berturut – turut atau telah memperoleh penguasaan itu dari pihak atau pihak – pihak lain yang telah menguasainya sehingga waktu penguasaan pemohon dan pendahulunya tersebut berjumlah 20 tahun atau lebih. b. Surat perolehan tanah. c. Surat Pernyataan bahwa penguasaan tanah itu telah dilakukan dengan itikad baik. d. Surat Pernyataan bahwa penguasaan itu tidak pernah diganggu gugat diakui dan dibenarkan oleh masyarakat hukum adat atau desakelurahan yang bersangkutan. e. Surat Pernyataan bahwa tanah tersebut sekarang tidak dalam sengketa. f. Surat Pernyataan, apabila pernyataan tersebut memuat hal- hal yang tidak sesuai dengan kenyataan, penandatanganan bersedia dituntut dimuka hakim secara pidana maupun perdata apabila memberikan keterangan palsu. g. Surat keterangan dari kepala desalurah dan sekurang – kurangnya 2 dua orang saksi yang kesaksiannya dapat dipercaya, karena fungsinya sebagai ketua adat setempat atau penduduk yang sudah lama bertempat tinggal di desalurah letak tanah yang bersangkutan, dan tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pemohon sampai derajat kedua baik dalam kekerabatan vertikal maupun horizontal. h. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk KTP pemohon. i. Bukti Pelunasan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan SPPT – PBB tahun terakhir. j. Bukti pelunasan Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan BPHTB apabila perolehan tanah setelah tanggal 1 Januari 1998. k. Bukti Pelunasan Pajak Penghasilan PPH l. Bukti lain yang diperlukan. 3. Prosedurnya meliputi: a. Pemilikahli warisnya atau pembeli tanah tersebut mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Pertanahan tempat letak tanah melalui loket dengan mengisi formulir.Penegasan Pengakuan Hak. b. Membayar biaya: 1. Pengukuran dan pemetaan 2. Pemeriksaan tanah biaya terpampang di Kantor Pertanahan c. Pemeriksaan data fisik meliputi penetapan dan pemasangan tanda batas, pengukuran dan pemetaan oleh petugas yang ditunjuk. d. Penelitian data yuridis bidang tanah,apabila bukti – bukti tertulis tidak lengkap maka penelitian dilanjutkan oleh Panitia A yang bertugas: 1. Meneliti data yuridis bidang tanah yan tidak dilengkapi dengan alat bukti tertulis mengenai pemilikan tanah secara lengkap. 2. Melakukan pemeriksaan lapangan untuk menentukan kebenaran alat bukti yang diajukan oleh pemohon. 3.Mencatat sanggahan keberatan dan hasil penyelesaiannya. 4. Membuat kesimpulan mengenai data yuridis bidang tanah yang bersangkutan. e. Daftar data yuridis dan data fisik bidang tanah dan peta bidang tanah yang bersangkutan diumumkan di Kantor Pertanahan dan kantor DesaKelurahan letak tanah selama 60 enam puluh hari berturut – turut. f. Setelah jangka waktu pengumuman berakhir dan tidak ada pihak yang mengajukan keberatan terhadap isi pengumuman maka data fisik dan data yuridis yang diumumkan tersebut disahkan oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam suatu berita acara. g. Selanjutnya dilakukan pendaftaran pembukuan hak atas tanah yang bersangkutan, lalu menerbitkan sertipikat hak milik tanah dimaksud. Tahapan prosedur pengajuan tanah yang berasal dari tanah adat dengan melalui pendaftaran tanah pertama kali dapat dilihat dalam lampiran 5 yaitu Skema Pelayanan Pengajuan Tanah Adat. Untuk penerbitan sertipikat hak atas tanah yang berasal dari pengajuan permohonan sertipikat dari tanah adat dengan melalui pendaftaran pertama kali di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: TABEL 4 Penerbitan Sertipikat Berdasarkan Permohonan Pengajuan Tanah Adat Nomor Tahun Tanah AdatYasan Bidang Jumlah Bidang 1. 2006 3.092 3.092 2. 2007 4.570 4.570 3. 2008 1.468 1.468 Jumlah 9.130 9.130 Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi Bahwa dari tabel diatas dapat dilihat penerbitan sertipikat tanah yang berasal dari tanah adatyasan dengan melalui pendaftaran tanah pertama kali di Wilayah Kabupaten Ngawi pada tahun 2008 mengalami penurunan jumlahnya, hal ini disebabkan karena pengajuan permohonan pendaftaran tanah pertama kali yang diajukan oleh masyarakat memang kecil jumlahnya.Pada umumnya masyarakat dalam pengajuan pendaftaran tanah pertama kali ini selalu menunggu adanya proyek – proyek yang berasal pemerintah, misalnya Proyek Operasi Nasional Agraria, ajudikasi dan proyek pemerintah lainnya yang membutuhkan biaya yang sangat kecil. 3. Pelaksanaan Standar Prosedur Operasi Pengaturan Dan Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali – Sporadik di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi Untuk menjamin kepastian hukum hak atas tanah perlu dilakukannya pendaftaran hak atas tanah.Pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yaitu Pendaftaran Tanah Secara Sistematik dan Pendaftaran Tanah Secara Sporadik. Pendaftaran tanah secara Sistematik menurut ketentuan pasal 1 angka 10 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang yang dilakukan serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desakelurahan.Pendaftaran tanah secara Sistematik diselenggarakan atas prakarsa Pemerintah berdasarkan pada suatu rencana kerja jangka panjang dan tahunan serta dilaksanakan di wilayah – wilayah yang ditetapkan oleh Menteri Negara Kepala Badan Pertanahan Nasional. Pendaftaran tanah secara Sporadik merupakan salah satu cara yang dipergunakan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah disamping pendaftaran tanah secara Sistematik.Menurut ketentuan pasal 1 angka 12 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah disebutkan pendaftaran tanah secara Sporadik ialah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian suatu desakelurahan secara individual atau massal. Proses pendaftaran tanah secara Sporadik dibedakan lagi menjadi 2 dua yaitu melalui rutin dan lewat massal swadaya, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pendaftaran tanah secara Sporadik Rutin merupakan proses pendaftaran tanah atas inisiatif sendiri pemilik tanah. Oleh karena itu atas inisiatif sendiri, maka biaya pendaftaran tanahnya lebih mahal jika dibandingkan dengan pendaftaran tanah secara sistematik.Mahalnya biaya pendaftaran tanah secara Sporadik karena digunakan untuk membiayai seluruh proses pendaftaran tanah yang meliputi: a. Pengumpulan dan pengolahan data fisik yaitu: 1. Pengukuran tanah dan pemetaan. 2. Pembuatan peta dasar pendaftaran. 3. Penetapan batas bidang – bidang tanah. 4. Pengukuran dan pemetaan bidang – bidang tanah dan pembuatan peta pendaftaran. 5. Pembuatan daftar tanah. 6. Pembuatan surat ukur. b. Pembuktian hak dan pembukuannya,meliputi: 1. Pembuktian hak baru. 2. Pembuktian hak lama. 3. Penerbitan sertipikat. 4. Penyajian data fisik dan data yuridis. 5. Penyimpanan daftar umum dan dokumen. Pendaftaran tanah secara sporadik relatif lebih mahal dibandingkan dengan pendaftaran tanah secara sistematik yang disubsidi oleh Pemerintah. 2. Pendaftaran tanah secara Sporadik Massal Swadaya SMS, bahwa pendaftaran tanah secara Sporadik Massal Swadaya SMS ini dilaksanakan jika ada usulan dari masyarakat secara massal bersama – sama yang membentuk kelompok itu minimal terdiri dari 20 orang yang ingin mengajukan permohonan pendaftaran tanah ke Kantor Pertanahan KabupatenKota. Di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi untuk pendaftaran tanah pertama kali ini, juga dilaksanakan dengan melalui pendaftaran tanah secara Sporadik Rutin dan pendaftaran tanah secara Sporadik Massal Swadaya SMS, yaitu:

a. Pelaksanaan Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan

Pendaftaran Tanah Pertama Kali secara Sporadik di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi gambaran umumnya sebagai berikut: Dasar Hukum: 1. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang – Undang Pokok Agraria UUPA. 2. Undang – Undang Nomor 21 tahun 1997 jis Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah BPHTB. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. 4. Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 300- 1084 tanggal 2 Mei 2005 tentang Biaya Operasional Lapang Pemeriksaan Tanah dan Transpot. Persyaratan, meliputi: a. Surat Permohonan dan Surat Kuasa, jika permohonan dikuasakan. b. Identitas diri para pemilik tanahpemohon dan atau kuasanya untuk perorangan, fotocopy Kartu Tanda Penduduk KTP dan Kartu Keluarga KK yang masih berlaku atau utuk Badan Hukum: fotocopy Akta Pendirian Perseroan dan Perubahan. c. Bukti tertulis yang membuktikan adanya hak yang bersangkutan, yaitu: 1. Surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Swapraja yang bersangkutan; 2. Sertipikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria PMA Nomor 91959; 3. Surat keputusan pemberian hak milik dari Pejabat yang berwenang, baik sebelum ataupun sejak berlakunya Undang – Undang Pokok Agraria UUPA, yang tidak disertai kewajiban untuk mendaftarkan hak yang diberikan,tetapi telah dipenuhi semua kewajiban yang disebut didalamnya; 4. Petuk pajak bumilandrente,girik,pipil.kekitir dan Verponding Indonesia sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961; 5. Akta pemindahan hak yang dibuat dibawah tangan yang dibubuhi tanda kesaksian oleh Kepala AdatKepala DesaKelurahan yang dibuat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dengan disertai alas hak yang dialihkan; 6. Akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT, yang tanahnya belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan; 7. Akta ikrar wakafakta pengganti ikrar wakafsurat ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak mulai dilaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 dengan disertai alas hak yang diwakafkan; 8. Risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang,yang tanahnya belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan; 9. Surat penunjukkan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang diambil oleh Pemerintah Daerah; 10. Surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dengan disertai alas hak yang dialihkan; 11. Lain – lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sebagaimana dimaksud dalam pasal II,VI dan VII Ketentuan – ketentuan Konversi Undang – Undang Pokok Agraria; 12. Surat – surat bukti kepemilikan lainnya yang terbit dan berlaku sebelum diberlakukannya Undang – Undang Pokok Agraria. d.Bukti lainnya, apabila tidak ada surat bukti kepemilikan berupa Surat Pernyataan Penguasaan Fisik lebih dari 20 tahun secara terus – menerus dan Surat Keterangan Kepala Desa Lurah disaksikan 2 orang tetua adaptpenduduk setempat. e. Surat pernyataan telah memasang tanda batas. f. Fotocopy SPPT- PBB tahun berjalan. g. Fotocopy Surat Keputusan Ijin Lokasi dan Sket Lokasi apabila pemohon oleh Badan Hukum. Persyaratan tanda batas,bentuk dan ukuran luas di bawah 10 Ha,meliputi: a. Pipa besi, panjang 100 Cm dan bergaris tangan 5 Cm; b. Pipa paralon diisi beton,panjang 100 Cm dn bergaris tengah 7,5 Cm; c. Kayu besi,, kayu jati atau kayu lainnya yang kuat, panjang 100 Cm dan bergaris tengah 7,5 Cm; d. Tugu dari batu atau batako dilapisi semen 0,20 M x 0,20 tinggi 0,40 M; e. Atau tugu dari beton, batu kali atau granit 0,10 M2 tinggi 0,5 M2; f. Tembok atau pagar besibetonkayu. Biaya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002. Jangka waktu penyelesaiannya 120 hari kerja.Kantor Pertanahan Kab.Ngawi,2007:1-2.

b. Pelaksanaan Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan

Pendaftaran Tanah Pertama Kali Konversi secara Sporadik di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi gambaran umumnya sebagai berikut: Dasar Hukum: 1.Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang – Undang Pokok Agraria UUPA. 2. Undang – Undang Nomor 21 tahun 1997 jis Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah BPHTB. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. 4. Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 300- 1084 tanggal 2 Mei 2005 tentang Biaya Operasional Lapang Pemeriksaan Tanah dan Transpot. Persyaratan, meliputi: a. Surat Permohonan dan Surat Kuasa, jika permohonan dikuasakan. b. Identitas diri para pemilik tanahpemohon dan atau kuasanya untuk perorangan, fotocopy Kartu Tanda Penduduk KTP dan Kartu Keluarga KK yang masih berlaku atau untuk Badan Hukum: fotocopy Akta Pendirian Perseroan dan Perubahan. c. Bukti tertulis yang membuktikan adanya hak yang bersangkutan, yaitu: 1. Surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Swapraja yang bersangkutan; 2. Sertipikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria PMA Nomor 91959; 3. Surat keputusan pemberian hak milik dari Pejabat yang berwenang, baik sebelum ataupun sejak berlakunya Undang – Undang Pokok Agraria UUPA, yang tidak disertai kewajiban untuk mendaftarkan hak yang diberikan,tetapi telah dipenuhi semua kewajiban yang disebut didalamnya; 4. Petuk pajak bumilandrente,girik,pipil.kekitir dan Verponding Indonesia sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961; 5. Akta pemindahan hak yang dibuat dibawah tangan yang dibubuhi tanda kesaksian oleh Kepala AdatKepala DesaKelurahan yang dibuat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dengan disertai alas hak yang dialihkan; 6. Akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT, yang tanahnya belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan; 7. Akta ikrar wakafakta pengganti ikrar wakafsurat ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak mulai dilaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 dengan disertai alas hak yang diwakafkan; 8. Risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang,yang tanahnya belum dibukukan dengan disertai als hak yang dialihkan; 9. Surat penunjukkan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang diambil oleh Pemerintah Daerah; 10. Surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dengan disertai alas hak yang dialihkan; 11. Lain – lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sebagaimana dimaksud dalam pasal II,VI dan VII Ketentuan – ketentuan Konversi Undang – Undang Pokok Agraria; 12. Surat – surat bukti kepemilikan lainnya yang terbit dan berlaku sebelum diberlakukannya Undang – Undang Pokok Agraria. d. Bukti lainnya, apabila tidak ada surat bukti kepemilikan berupa Surat Pernyataan Penguasaan Fisik lebih dari 20 tahun secara terus – menerus dan Surat Keterangan Kepala Desa Lurah disaksikan 2 orang tetua adaptpenduduk setempat. e. Surat pernyataan telah memasang tanda batas. f. Fotocopy SPPT- PBB tahun berjalan. g. Fotocopy Surat Keputusan Ijin Lokasi dan Sket Lokasi apabila pemohon oleh Badan Hukum. Persyaratan tanda batas,bentuk dan ukuran luas di bawah 10 Ha,meliputi: a. Pipa besi, panjang 100 Cm dan bergaris tangan 5 Cm; b. Pipa paralon diisi beton,panjang 100 Cm dn bergaris tengah 7,5 Cm; c. Kayu besi,, kayu jati atau kayu lainnya yang kuat, panjang 100 Cm dan bergaris tengah 7,5 Cm; d. Tugu dari batu atau batako dilapisi semen 0,20 M x 0,20 tinggi 0,40 M; e. Atau tugu dari beton, batu kali atau granit 0,10 M2 tinggi 0,5 M2; f. Tembok atau pagar besibetonkayu. Biaya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002. Jangka waktu penyelesaiannya 120 hari kerja.Kantor Pertanahan Kab. Ngawi,2007:1-2 Pelaksanaan Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali Konversi secara Sporadik di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, namun untuk pendaftaran tanah pertama kali yang berdasarkan konversi saat ini jarang terjadi di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi.Menurut hasil wawancara penulis dengan Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah yaitu Slamet,SH didampingi Plt.Kepala Sub Seksi Pendaftaran Hak yaitu Agus JokoWiyono,SH bahwa pada saat ini pendaftaran tanah pertama kali yang melalui pendaftaran secara konversi jarang terjadi dan hampir tidak pernah terejadi karena pada umumnya masyarakat melaksanakan pendaftaran tanahnya dengan melalui pengakuan hak.Menurut Slamet,SH selaku Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah pada Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi bahwa saat ini tanah – tanah yang ada di Wilayah Kabupaten Ngawi umumnya merupakan tanah adat yang kepemilikannya dan penguasaannya sudah jatuh pada ahli waris,sehingga hal ini menyebabkan untuk pendaftaran tanah secara konversi jarang terjadi dan kebanyakan melalui pendaftaran tanahnya melalui pengakuan hak.Pendapat ini juga dikuatkan oleh hasil wawancara penulis dengan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi Bapak Drs. Joko Suprapto, mengatakan bahwa pada saat ini pengajuan permohonan pendaftaran tanah pertama kali yang melalui konversi sangat jarang terjadi dan pada umumnya pendaftaran tanahnya melalui pengakuan hak.Hal ini terjadi karena tanahnya sudah jatuh ke tangan para ahli waris atau sudah berpindah tangan ke pihak lain, dengan melalui jual beli sehingga bukti kepemilikannya juga berubah maka proses pendaftaran tanahnya dilaksanakan dengan pendaftaran tanah melalui pengakuan hak. Untuk pelaksanaan pendaftaran tanah pertama kali dengan melalui konversi prosedurnya telah ditentukan dalam Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi.

4. Pelaksanaan Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan