merupakan faktor yang penting dalam melaksanakan kebijakan publik. Sumber- sumber yang penting meliputi: staf yang memadai serta keahlian – keahlian yang
baik untuk melaksanakan tugas – tugas mereka, infomasi, wewenang dan fasilitas – fasilitas yang diperlukan untuk menerjemahkan usul – usul di atas kertas guna
melaksanakan pelayanan – pelayanan publik. Dari beberapa pendapat mengenai implementasi kebijakan, dapat diartikan
implementasi kebijakan merupakan pelaksanaan terhadap suatu aturan atau ketentuan – ketentuan yang telah ditetapkan oleh pihak yang berwenang dalam usaha mencapai
tujuan dan sasaran suatu program yang telah ditetapkan.
4. Teori Bekerjanya Hukum
Menurut Robert B. Seidman dalam Esmi Warassih, 2005: 11 menyatakan bahwa tindakan apapun yang akan diambil baik oleh pemegang peran, lembaga –
lembaga pelaksana maupun pembuat Undang – undang selalu berada dalam lingkup kompleksitas kekuatan – kekuatan sosial, budaya, ekonomi dan politik,dan lain
sebagainya.Seluruh kekuatan – kekuatan sosial itu selalu ikut bekerja dalam setiap upaya untuk memfungsikan peraturan – peraturan yang berlaku,menerapkan sanksi –
sanksinya, dan dalam seluruh aktivitas lembaga – lembaga pelaksanaannya. Berbicara masalah hukum pada dasarnya membicarakan fungsi hukum di
dalam masyarakat.Kebijakan dalam bidang hukum akan berimplikasi kepada masalah politik yang sarat dengan diskriminasi terhadap kelompok lain.Untuk
memahami bagaimana fungsi hukum itu, ada baiknya dipahami terlebih dulu bidang pekerjaan hukum.
Menurut Soerjono Soekanto 1993: 5 untuk memahami bagaimana fungsi hukum itu,tidak dapat lepas dari aspek penegakan hukum,yakni pelaksanaan suatu
kebijakan atau suatu komitmen yang bersangkutan dengan 5 faktor pokok yaitu:
f. Faktor hukumnya sendiri yang merupakan dasar kebijakan.
g. Faktor penegak hukum,yakni pihak –pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum.
h. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. i.
Faktor masyarakat,yakni lingkungan dimana hukum berlaku atau diterapkan. j.
Faktor budaya,yakni sebagai hasil karya,cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidupnya.
Kelima faktor tersebut saling berkaitan erat, karena merupakan esensi dari penegakan hukum dan merupakan tolok ukur dari efektifitas penegakan hukum.
Menurut Esmi Warassih 2005:15,bahwa suatu peraturan dibuat atau dikeluarkan tentunya berisi harapan – harapan yang hendaknya dilakukan oleh
subyek hukum sebagai pemegang peran.Namun bekerjanya harapan itu tidak ditentukan hanya oleh kehadiran peraturan itu sendiri, melainkan juga oleh beberapa
faktor lain. Faktor – faktor yang turut menentukan bagaimana respon yang akan diberikan oleh pemegang peran, antara lain 1.sanksi-sanksi yang terdapat di
dalamnya,2.aktivitas dari lembaga pelaksana hukum, dan 3.seluruh kekuatan – kekuatan sosial,politik dan lain – lainnya yang bekerja atas diri pemegang peranan
itu.
Pengertian hukum sebagai suatu sistem norma yang dikemukakan oleh Lon L. Fuller dalam Esmi Warassih 2005:31 yang berpendapat bahwa untuk mengenal
hukum sebagai sistem maka harus dicermati adanya 8 delapan azas atau principles of legality , yang meliputi:
1. Sistem hukum harus mengandung peraturan – peraturan artinya ia tidak boleh mengandung sekedar keputusan – keputusan yang bersifat ad hoc.
2. Peraturan – peraturan yang telah dibuat itu harus diumumkan. 3. Peraturan tidak boleh berlaku surut.
4. Peraturan – peraturan disusun dalam rumusan yang bisa dimengerti.
5. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan – peraturan yang bertentangan satu sama lain.
6. Peraturan – peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi apa yang dapat dilakukan.
7. Peraturan tidak boleh sering dirubah – rubah. 8. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan pelaksanaan
sehari – hari.
Beberapa pengertian hukum diatas pada dasarnya hukum mempunyai banyak
fungsi dalam usahanya untuk mencapai tujuan – tujuan yang telah ditetapkan.Oleh karena itu sebagai hukum positif harus dipahami suatu sistem norma.Pemahaman ini
untuk menghindari terjadinya pertentangan antara norma hukum yang lebih tinggi dengan norma hukum yang lebih rendah kedudukannya.
Menurut Paul dan Dias dalam Esmi Warassih , 2005:105 ,mengajukan 5 lima syarat yang harus dipenuhi untuk mengefektifkan sistem hukum,yaitu:
1. Mudah tidaknya makna aturan – aturan hukum itu untuk ditangkap dan dipahami;
2. Luas tidaknya kalangan di dalam masyarakat yang mengetahui isi aturan – aturan hukum yang bersangkutan;
3. Effisien dan effektif tidaknya mobilisasi aturan – aturan hukum; 4. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak hanya mudah dijangkau
dan dimasuki oleh setiap warga masyarakat,melainkan juga harus cukup effektif dalam menyelesaikan sengketa – sengketa;
5. Adanya anggapan dan pengakuan yang merata di kalangan warga masyarakat bahwa aturan – aturan dan pranata – pranata hukum itu memang sesungguhnya
berdaya kemampuan yang efektif.
5. Kebijakan Pengaturan Pertanahan di Indonesia