atau corporation.
70
Korporasi dapat diartikan sebagai suatu gabungan orang yang dalam pergaulan hukum bertindak bersama-sama sebagai subjek hukum tersendiri
atau suatu personifikasi yang menjalankan kegiatannya umumnya di bidang perekonomian dengan mempunyai hak dan kewajiban yang melekat padanya, dan
terpisah dari hak dan kewajiban tiap-tiap anggotanya.
3. Pengertian Pembakaran Lahan Perkebunan
Sebelum mengkaji lebih jauh mengenai pembakaran lahan perkebunan, penting kiranya untuk memberikan pemahaman awal mengenai apakah yang
dimaksud dengan pembakaran dan lahan itu sendiri. 1 Pembakaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pembakaran adalah proses, cara,
perbuatan membakar. Pembakaran semak belukar atau padang rumput yang kering untuk keperluan pertanaman rumput baru atau untuk memudahkan
pengolahan tanah.
71
Dalam konteks pembakaran hutan dan lahan, Purbowaseso menyatakan bahwa pembakaran merupakan penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan
diakibatkan oleh faktor kesengajaan manusia oleh beberapa kegiatan, seperti kegiatan ladang, perkebunan, hutan tanaman industri, penyiapan lahan untuk
ternak sapi, dan sebagainya. Faktor kebakaran hutan dan lahan karena kesengajaan ini merupakan faktor utama dan 90 kebakaran hutan dan lahan
yang terjadi saat ini.
70
Mahrus Ali, op.cit, hlm. 2.
71
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, http:kbbi.web.idbakar, diakses pada tanggal 5 April 2016.
Universitas Sumatera Utara
2 Lahan land Menurut Food and Agriculture Organization FAO:
72
Lahan adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang mempunyai sifat-sifat agak tetap atau
pengulangan sifat-sifat dari biosfer secara vertikal di atas maupun di bawah wilayahtersebut termasuk atmosfer, tanah geologi, geomorfologi, hidrologi,
vegetasi, dan binatang yang merupakan hasil aktivitas manusia di masa lampau maupun masa sekarang, dan perluasan sifat-sifat tersebut mempunyai pengaruh
terhadap penggunaanlahan oleh manusia disaat sekarang maupun dimasa yang akan datang.
Menurut Sitanala Arsyad lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya
sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan.
73
Pendapat ini sejalan dengan yang dikemukakan Purwowidodo, bahwa lahan adalah suatu lingkungan
fisik mencakup iklim, relief tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai batas- batas tertentuakan mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan.
74
Jika merujuk pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku, ada beberapa ketentuan yang memberikan pengertian lahan. Contohnya Peraturan
Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 Tentang Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa, memberikan pengertian bahwa
“Lahan adalah suatu wilayah daratan yang ciri-cirinya merangkum semua tanda pengenal biosfer,
atmosfer, tanah, geologi, timbulan relief, hidrologi, populasi tumbuhan, dan
72
Yuniarto, T dan Woro, S. Evaluasi Sumberdaya Lahan-Kesesuaian Lahan, Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM, 1991, hlm. 1.
73
Sitanala Arsyad, Konservasi Tanah dan Air, Bogor: IPB Press, 1989, hlm. 207.
74
Purwowidodo, Teknologi Mulsa, Jakarta: Dewarucci Press, 1983, hlm. 68.
Universitas Sumatera Utara
hewan, serta hasil kegiatan manusia massa lalu dan massa kini, yang bersifat mantap atau mendaur”.
75
Selanjutnya Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang
berkaitan dengan Hutan dan Lahan: “Lahan adalah suatu hamparan ekosistem
daratan yang peruntukannya untuk usaha danatau kegiatan ladang danatau kebun bagi ma
syarakat”.
76
Pengertian lahan perkebunan itu sendiri berdasarkan pasal 1 angka 7 UU No. 39 Tahun 2014 adalah “bidang tanah yang digunakan untuk usaha
perkebunan”. Lebih lengkapnya, menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, lahan perkebunan merupakan lahan usaha pertanian yang luas,
biasanya terletak di daerah tropis atau sub tropis, yang digunakan untuk menghasilkan komoditas perdagangan pertanian dalam skala besar dipasarkan
ke tempat yang jauh, bukan untuk konsumsi lokal.
77
Bahwa pada perkembangannya istilah “lahan” sering disandingkan dengan
istilah “hutan”, menjadikan penting kiranya untuk diluruskan, bahwa pengertian hutan dan lahan tentunya berbeda. Hutan menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
75
Pasal 1 Angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa.
76
Pasal 1 Angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan Hutan dan Lahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4078, pengertian ini juga sejalan dengan pengertian pada Pasal 1
Angka 2 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun 2010 tentang Mekanisme Pencegahan Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan
Kebakaran Hutan danatau Lahan.
77
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, op.cit, diakses pada tanggal 30 Maret 2016.
Universitas Sumatera Utara
Perusakan Hutan
78
selanjutnya disebut UU No. 18 Tahun 2013 dijelaskan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam komunitas alam lingkungannya yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan yang lainnya. Perbedaannya dengan
lahan perkebunan selain dari segi peruntukan kegiatannya, juga terdapat pada alas hak penggunaannya, di mana lahan perkebunan pada dasarnya hak atas tanahnya
dapat berupa hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, danatau hak pakai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
79
, sedangkan terhadap penggunaan hutan cenderung menggunakan alas hak pakai, di
mana pemanfaatan dan pengelolaan dilakukan terhadap tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah dengan alas hak pengelolaan, dengan cara
pemberian wewenang dari pejabat pemerintah yang berwenang untuk itu, dalam bentuk izin penggunaan kawasan hutan.
Tulisan ini sendiri pada dasarnya mengambil fokus penelitian mengenai pembakaran lahan perkebunan, yang merupakan cara membuka danatau
mengolah lahan perkebunan yang dilarang untuk dilakukan oleh setiap pelaku usaha perkebunan.
80
Pembakaran lahan perkebunan tersebut merupakan perbuatan yang dilarang karena dapat mengakibatkan bencana kebakaran, yang telah
menimbulkan kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup, baik nasional
78
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5432.
79
Perhatikan Penjelasan Pasal 11 UU No. 39 Tahun 2014.
80
Lihat pasal 56 UU No. 39 Tahun 2014
Universitas Sumatera Utara
maupun lintas batas negara, yang mengakibatkan kerugian ekologi, ekonomi, sosial dan budaya.
81
F. Metode Penelitian