bantuan kepada negara anggota termasuk pelacakan, pembekuan, dan penyitaan assets yang terkait teroris dan mempromosikan kerjasama yang erat antara entitas
penegak hukum dan institusi keuangan.
35
Serta menjalin kerja sama dengan entitas yang terkait semisal Interpol serta pembentukan pasukan anti terorisme di
masing-masing negara ASEAN. Namun demikian, ASEANAPOL ini ternyata bukan bagian dari struktur organisasi ASEAN. Penggunaan nama ASEAN disini
adalah untuk menunjukkan cakupan kawasan yang menjadi ruang lingkup pekerjaan ASEANAPOL. ASEANAPOL ini hirau dengan keamanan regional di
kawasan Asia Tenggara yang juga merupakan joint partnership dengan pemerintah AS. Tidak hanya dalam urusan terorisme namun juga dalam urusan
trans national organized crime. Selain itu operasionalisasi kontra terorisme oleh ASEANAPOL juga meliputi pembekuan asset dan perjanjian ekstradisi teroris.
b. Pelatihan Bersama
Pernah dilaksanakan sebagai follow up dari The ARF Inter-Sessional Meeting on Counter Terorrism and Transnational Crime yang disetujui di Sabah
pada tahun 2003. Melalui konsensus ini, AS menyediakan dukungan teknis bagi beberapa negara ASEAN untuk melakukan pelatihan bersama seperti pasca
ledakan, investigasi forensik, pelatihan pasukan respon cepat, keamanan perbatasan, pengembangan software, dan cyberterrorism, selain itu, pelatihan
pengamanan penerbanagan dan lokakarya kesiapan mengahadapi senjata kimia, biologi, dan nuklir oleh kelompok teroris pun dilakuan antara AS dengan
Singapura serta Australia. Oleh karena itu, apa yang saat ini terjadi di Asia Tenggara sejak tahun 2001 sampai dengan sekarang dapat dikatakan selaras
35
http:www.policylaundering.orgkeyplayersASEAN-aseanapol.html
86
Universitas Sumatera Utara
dengan kepentingan AS dalam konteks Global War on Terror. ASEAN menyediakan landasan kebijakannya tetapi dalam konteks operasional dan strategi
kontra terorisme, semuanya diserahkan kepada masing-masing negara anggota ASEAN itu sendiri apakah dengan atau tanpa bantuan AS.
36
Setelah lebih tiga dekade terbentuknya ASEANAPOL yang berdiri pada tahun 1981, Polri kembali menjadi tuan rumah pertemuan para Kepala Kepolisian
se-ASEAN “The 35
th
ASEANAPOL Conference” yang dilaksanakan pada tanggal 3 s.d 7 Agustus 2015 di Hotel Borobudur, Jakarta, Indonesia. Polri telah 5 kali
menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan Konferensi ASEANAPOL ini. Konferensi ASEANAPOL ke-35 dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden RI,
Bapak Muhammad Jusuf Kalla pada tanggal 4 Agustus 2015 pukul 09:00 WIB.
Dalam sambutannya menyampaikan lima penekanan yaitu :
• Perlunya penguatan tekad dan komitmen serta kerjasama yang baik
dari para penegak hukum di kawasan ASEAN dalam mengantisipasi berbagai jenis kejahatan transnasional, seperti narkoba, human
trafficking, terorisme dan kejahatan lainnya dalam rangka tercapainya keamanan dan stabilitas di kawasan
• Persiapkan secara matang ASEAN Community 2015 agar tidak
menimbulkan kegamangan terhadap pelaku usaha dan masyarakat ASEAN pada umumnya demi terwujudnya kemakmuran bersama
masyarakat ASEAN •
2 dua poin penting yang dibahas dalam konferensi ini, adalah
36
Yani, M yanyan, Keharmonisan kerjasama kontra terorisme negara-negara anggota ASEAN dalam kerangka ASEAN Security Community. 2012. www.jurnal.unpad.ac.id Diakses pada
tanggal 27 Juni 2016
87
Universitas Sumatera Utara
peningkatan kerja sama di bidang operasional dan peningkatan kapasitas personel
• pentingnya meningkatkan dan menjaga stabilitas keamanan kawasan
ASEAN •
perlunya penyusunan instrument hukum regional bersama yang mengikat dan mampu memberikan serta menjamin stabilitas
keamanan kawasan, termasuk dalam mengatasi berbagai jenis kejahatan transnasional.
37
37
http:www.interpol.go.ididkejahatan-transnasionalterrorisme
88
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN
Isu terorisme merupakan sebuah isu yang cukup serius dewasa ini. Isu ini mulai mengkhawtirkan karena tidak hanya dilakukan oleh satu kelompok namun
juga memiliki jaringan yang luas dan bersifat transnasional, oleh sebab itu kerja sama regioanal pun sangat diperlukan dalam isu ini. penanganan dan
pencegahannya juga harus dilakukan secara maksimal agar ke depan persoalan terorisme tidak lagi menjadi penghambat bagi stabilitas keamanan dan kemajuan
Negara-negara anggota ASEAN. ASEAN Political-Security Community adalah sebuah sub dari komunitas ASEAN 2015 yang memiliki tujuan untuk membentuk
sebuah kawasan Asia Tenggara yang aman, damai, demokratis, serta harmonis. Yang menjadi tujuan utama dari terbentuknya Komunitas ASEAN yang trerdiri
dari tiga pilar yakni ASEAN Political-Security Community,ASEAN Economic Community dan ASEAN Socio-Cultural Community, adalah agar terciptanya
Negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang tadinya hanya sekedar bersifat kerjasama atau kooperatif menjadi inegratif.
Diberlakukannya kerjasama ASEAN Convention On Counter Terrorism ACCT merupakan sebuah langkah preventif yang sangat baik bagi Negara-
negara di kawasan Asia Tenggara dalam menghadapi isu terorisme. Dalam konvensi ini seluruh Negara yang tergabung di dalam ASEAN telah menyepakati
23 pasal yang ada di dalam konvensi ini. upaya kerjasama penanggulangan terorisme seperti yang termuat dalam ACCT adalah sebagai berikut :
89
Universitas Sumatera Utara
1. Mengambil langkah yang diperlukan untuk mencegah tindakan teroris,
termasuk pemberian peringatan dini kepada pihak lain melalui pertukaran informasi;
2. Mencegah orang-orang yang membiayai, merencanakan,
memfasilitasi, atau melakukan tindakan teroris menggunakan wilayah mereka masing-masing untuk keperluan yang bertentangan dengan
pihak lain dan atau warga Negara dari pihak lainnya; 3.
Mencegah dan memberangus pembiayaan dari tindakan teroris; 4.
Mencegah gerakan teroris atau kelompok teroris oleh pengawasan perbatasan yang efektif dan kontrol pada penerbitan kartu identitas
dan dokumen perjalanan, dan melalui langkah-langkah untuk mencegah pemalsuan, penipuan atau pemalsuan penggunaan dokumen
kertas da dokumen perjalanan; 5.
Meningkatkan kapasitas termasuk pelatihan dan kerjasama teknis dan penyelenggaraan pertemuan regional;
6. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam upaya
mengatasi terorisme, serta dialog seagama dan antar agamakeyakinan dan dialog antar peradaban;
7. Meningkatkan kerja sama lintas batas;
8. Meningkatkan pertukaran intelijen dan berbagi informasi;
9. Meningkatkan kerjasama yang ada dengan pengembangan database
regional atas badan ASEAN yang relevan ASEAN;
90
Universitas Sumatera Utara
10. Memperkuat kemampuan dan kesiapan untuk menangani kimia,
biologi, radiological, nuklir CBRN terorisme, cyber terorisme dan segala bentuk baru terorisme;
11. Melakukan penelitian dan pengembangan pada langkah-langkah untuk
menghalau terorisme; 12.
Mendorong penggunaan video conference atau teleconference fasilitas untuk proses pengadilan, dimana tempat, dan
13. Memastikan bahwa setiap orang yang berpartisipasi dalam pebiayaan,
perencanaan, perispan atau tindakan criminal teroris atau dalam mendukung tindakan teroris atau dalam mendukung tindakan teroris
yang dibawa ke pengadilan.
Dalam hal upaya penanganan terorisme pemerintah Indonesia melakukan kerja sama regional ASEAN dengan menandatangani ASEAN Convention on
Counter Terrorism pada KTT ke-12 di Cebu Filipina, serta meratifikasi konvensi ACCT ke dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 2012 dan juga Undang-Undang
Nomor 9 tahun tentang Pendanaan Terorisme. Tak hanya sampai disitu dalam upaya penanganan atau kontra terorisme yang dilakukan pemerintah.
Pada tahun 2010 melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2010,Pemerintah membentuk Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
BNPT yang kepalanya dapat mengikuti rapat kabinet sehingga BNPT dapat disejajarkan dengan Kementerian. BNPT membawahi tiga Deputi, Deputi pertama
bertanggung jawab atas pencegahan, perlindungan, dan deradikalisasi. Deputi kedua bertanggung jawab atas operasi dan peningkatan kapabilitas, dan deputi
91
Universitas Sumatera Utara
ketiga bertanggung jawab atas kerjasama internasional. Kemudian Detasemen Khusus Densus 88 merupakan Detasemen khusus
dari Kepolisian Republik Indonesia dalam rangka upaya untuk pemberantasan terorisme berada di bawah deputi operasi dan kapabilitas, namun tetap berada di
bawah Komando Kapolri. Pada bulan April 2013, Kapolri mendirikan Direktorat atau Unit Anti Terorisme di bawah Markas Besar Polri. Direktorat Anti-Terorisme
yang dibentuk ditugasi untuk mengembangkan starategi dan kebijakan serta mengontrol berbagai unit operasional di Indonesia. Unit Operasional yang
dibentuk oleh Direktorat tersebutlah yang menjadi inti dari Detasemen 88.
92
Universitas Sumatera Utara
SARAN
Terkait dengan upaya penanganan terorisme melalui ACCT oleh pemerintah Indonesia, penulis memiliki beberapa saran yang diantara adalah, Yang pertama,
dalam kerja sama pengawasan dokumen-dokumen perjalanan ataupun kependudukan, pemerintah harus mampu mengoptimalkan E-KTP, agar
memudahkan Pemerintah Indonesia dalam mengawasi orang-orang yang merupakan kelompok teroris. Masih sering terjadi KTP ganda di kalangan
masyarakat menunjukkan bahwa pemerintah masih lemah dalam pengawasan dalam mengatur dan menyimpan data base kependudukan, ini menjadi
kesempatan yang dimanfaatkan kelompok teroris untuk memudahkan aksinya. Yang kedua, dalam pengawasan perbatasan TNI harus difasilitasi sarana prasarana
dan alutsista yang mumpuni dalam melakukan tugas pengawasan territorial. Yang ketiga, tokoh-tokoh agama sangat dibutuhkan dalam upaya kontra teroris, melalui
dialog-dialog antar dan sesame umat beragama dapat memberikan pandangan yang benar bahwa terorisme bukan merupakan tindakan yang dibenarkan oleh
agama apapun. Peran tokoh tersebut menjadi sangat penting dalam upaya pemerintah melakukan kontra radikalisasi dan proses deradikalisasi bagi mantan
narapidana terorisme dan pada akhinya berguna untuk persatuan dan kesatuan bangsa.
93
Universitas Sumatera Utara
BAB II 2.1 Pembentukan ASEAN Dan Latar Belakang Sejarahnya
Pada era perang dingin kawasan Asia Tenggara telah menjadi ajang persaingan ideologi antar kepentingan kekuatan-kekuatan adidaya dunia pada saat
itu. Hal itu disebabkan nilai strategis yang dimiliki kawasan Asia Tenggara secara geopolitik dan geo-ekonomi. Perang Vietnam antara Vietnam Utara yang
didukung kekuatan Blok Komunis pimpinan Uni Soviet dan Vietnam Selatan yang didukung kekuatan blok barat pimpinan Amerika Serikat merupakan salah
satu bukti persaingan diatas. Persaingan dua blok ideologi tersebut melibatkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang menjadi basis kekuatan militer
Blok Komunis dan Barat. Blok komunis menempatkan pangkalan militernya di Vietnam, sedangkan Blok Barat di bawah pimpinan Amerika menempatkan
pangkalan militernya di Filipina. Gejolak yang terjadi di Kawasan Asia Tenggara tidak hanya terjadi karena
persaingan di bidang ideology antara kekuatan Barat dan kekuatan Timur. Konflik militer di kawasan Asia Tenggara yang melibatkan tiga Negara yaitu Laos,
Kamboja, dan Vietnam. Dan konflik bilateral seperti konflik antara Indonesia dan Malaysia, Kamboja dan Vietnam serta konflik internal seperti di Kamboja,
Thailand, dan Indonesia telah memperkeruh suasana di kawasan ini. Situasi persaingan, pegaruh ideologi dan kekuatan militer yang dapat
melibatkan Negara-negara di kawasan Asia Tenggara ke dalam kkonflik bersenjata yang mengganggu stabilitas kawasan mendorong para pemimpin
Negara-negara di kawasan Asia Tengara untuk menciptakan suasana aman dan
19
Universitas Sumatera Utara
damai. Dengan kondisi aman dan damai memungkinkan terbentuknya suatu kerja sama yang dapat meredakan sikap saling curiga di antara Negara anggota serta
mendorong usaha pembangunan bersama di kawasan. Sebelum terbentuknya ASEAN setidaknya ada beberapa organisasi
antarnegara di wilayah ini seperti South East Asia Treaty Organization SEATO, dibentuk tahun 1954. Association of Southeast Asia ASA dibentuk tahun 1961
dan Malaysia-Philipina-Indonesia
Maphilindo, dibentuk tahun 1963. Organisasi-organisasi tersebut tidak dapat bertahan lama karena berbagai sebab
antara lain pertentangan ideologi dan sengketa territorial antara Negara anggotanya sendiri. Dengan kegagalan-kegagalan tersebut diatas para pemimpin
di kawasan terdorong untuk membentuk suatu organisasi kerja sama yang lebih baik. Selanjutnya, Menteri Luar Negeri Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura,
dan Thailand melakukan berbagai pertemuan konsultatif secara intens sehingga disepakati suatu rancangan Deklarasi Bersama Joint Declaration yang isinya
mencakup, antara lain, kesadaran perlunya meningkatkan saling pengertian untuk hidup bertetangga secara baik dan membina kerja sama di antara Negara-negara di
kawasan yang terikat oleh pertalian sejarah dan budaya. Pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand, lima Wakil Negara
Pemerintahan Negara-negara Asia Tenggara, yaitu Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik, Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Pertahanan dan
Menteri Pembangunan Nasional Malaysia Tun Abdul Razak. Menteri Luar Negeri Filipina Narciso Ramos, Menteri Luar Negeri Singapura S. Rajaratnam,
dan Menteri Luar Negeri Thailand Thanat Khoman menindaklanjutin Deklarasi Bersama dengan melakukan pertemuan dan penandatanganan Deklarasi ASEAN
20
Universitas Sumatera Utara
The ASEAN Declaration atau yang dikenal dengan Deklarasi Bangkok. Isi Dekalarasi Bangkok itu adalah sebagai berikut :
1. mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan social dan perkembangan
kebudayaan di kawasan Asia Tenggara; 2.
meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional; 3.
meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, social, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi;
4. memelihara kerja sama yang erat di tengah-tengah organisasi regional dan
internasional yang ada; 5.
peningkatan kerja sama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan penelitian di kawasan Asia Tenggara.
Dengan ditandatanganinya Deklarasi Bangkok tersebut, suatu organisasi kawasan yang diberi nama Perhimpuanan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara
Association of Southeast Asian NationASEAN telah resmi berdiri. Pada awalnya organisasi ini bertujuan untuk menggalang kerja sama antarnegara anggota dalam
rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi, mendorong perdamaian dan stabilitas wilayah, serta membentuk kerja sama dalam berbagai bidang
kepentingan bersama. Pada perkembangan berikutnya organisasi ini membuat berbagai agenda yang signifikan di bidang politik seperti Deklarasi Kawasan
Damai, Bebas, dan Netral Zone of Peace, freedom, and Neutrality Declaration ZOPFAN yang ditandtangani tahun 1971. Kemudian, pada tahun 1976 lima
Negara anggota ASEAN itu juga menyepakati Traktat Persahabatan dan Kerja Sama Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia TAC yang menjadi
landasan bagi Negara-negara ASEAN untuk hidup berdampingan secara damai.
21
Universitas Sumatera Utara
Searah dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai tersebut, lima Negara di luar Negara pemrakarsa berkeinginan menggabungkan diri dalam organisasi
ini, yaitu sebagai berikut : a.
Brunei Darussalam resmi menjadi anggota ke-6 ASEAN pada tanggal 7 Januari 1984 dalam Sidang Khusus Menteri-menteri Luar Negeri ASEAN
ASEAN Ministerial Meeting AMM di Jakarta, Indonesia. b.
Vietnam resmi menjadi anggota ke-7 ASEAN pada pertemuan para Menteri Luar Negeri ASEAN ke-28 di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam, 29-
30 Juli 1995. c.
Laos dan Myanmar resmi menjadi anggota ke-8 dan ke-9 ASEAN pada pertemuan para menteri Luar Negeri ASEAN ke-30 di Subang Jaya,
Malaysia, 23-28 Juli 1997, d.
Kamboja resmi menjadi anggota ke-10 ASEAN dalam upacara Khusus Penerimaan pada tanggal 30 April 1999 di Hanoi, Vietnam.
Berkenaan dengan keanggtaan ASEAN, Timor Leste yang secara geografis terletak di wilayah Asia Tenggara secara resmi telah mendaftarkan diri sebagai
anggota ASEAN pada tahun 2011. Ihwal keanggotaan Timor Leste tersebut masih dalam pembahasan kesepuluh Negara anggota ASEAN.
2.2 Transformasi ASEAN menuju Komunitas ASEAN 2015