Badan-badan sektoral Pilar Komunitas Politik-Keamanan

7 peratifikasian Traktat tentang Bantuan Hukum terkait Masalah- Masalah Kriminalitas Treaty on Mutual Legal Assistance in Criminal MattersMLAT Terkait dengan Cetak Biru APSC, beberapa isu yang saat ini dalam pembahasan adalah: 1 penandatanganan konsep Protokol Ketiga tentang Amandemen Traktat Persahabatan dan Kerja Sama Third Protocol to amend the Treaty of Amity and CooperationTAC dan rencana aksesi Uni Eropa, Kanada, dan Turki terhadap TAC; 2 penyelesaian masalah-masalah hukum yang tertunda pending legal issues dalam Piagam ASEAN; 3 persiapan Konsep Kesepahaman tentang kegiatan SEANWFZ Memorandum on Activities Under the SEANWFZ untuk Konferensi Kaji Ulang PBB tentang Traktat Non-Proliferasi Nuklir UN Review Conference on Nuclear Non-Profeliration Treaty; 4 pembahasan Laut Cina Selatan dan Deklarasi mengenai Aturan Para Pihak Laut Cina Selatan Declaration on the Conduct of Parties to the South China SeaDOC; dan 5 Program Kerja ASEAN tentang Kejahatan Lintas Negara ASEAN Work Programme on Transnational Crime; dan menjadikan MLAT sebagai Perjanjian ASEAN.

2.3.1 Badan-badan sektoral Pilar Komunitas Politik-Keamanan

Mekanisme koordinasi badan-badan sektoral ASEAN yang menangani Komunitas Politik-Keamanan ASEAN dilakukan melalui ASEAN Security Community Coordinating Conference ASCCO. Tugas utamanya ASCCO adalah mengoordinasikan langkah bersama untuk mencapai Komunitas Politik- 31 Universitas Sumatera Utara Keamanan ASEAN 2015. ASCCO juga melakukan review dua tahunan terhadap implementasi dari Cetak Biru APSC, melalui Biennial Review yang dilaksanakan oleh Sekretariat ASEAN. Badan-badan sektoral dalam Pilar Politik-Keamanan adalah sebagai berikut. 1 Pertemuan Para Menteri Luar Negeri ASEAN Pertemuan Para Menteri Luar Negeri ASEAN ASEAN Foreign Ministers MeetingAMM diadakan setiap tahun sekali dan pertama kali dilakukan pada tahun 1967. AMM mendiskusikan berbagai isu regional yang menjadi kepentingan bersama, seperti pengembangan konektivitas ASEAN ASEAN Conectivity, tindak lanjut cetak biru Komunitas ASEAN, serta tindak lanjut instrument-instrumen hukum dari Piagam ASEAN. Hubungan kerja sama ASEAN dengan mitra wicara, seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, Rusia, Selandia Baru, Dewan Kerja Sama Negara-Negara Teluk Gulf Cooperation CouncilGGC, dan Southern Common Market, juga merupakan salah satu topic penting yang dibahas dalam pertemuan AMM. Adapun isu internasional yang dibahas antara lain, meliputi perkembangan isu di Timur Tengah dan Semenanjung Korea, serta hal-hal lain yang memerlukan tindka lanjut Konferensi ke-15 Para Pihak Konferensi Kerangka Kerja PBB tentang perubahan iklim COP-15 United Nations Framework Convention on Climate ChangeUNFCCC di Kopenhagen dan peran ASEAN di Forum G-20. Selain pertemuan rutin yang dilaksanakan setiapsetahun sekali, Para Menteri Luar Negeri ASEAN juga melakukan pertemuan dalam kerangka retreat 32 Universitas Sumatera Utara AMM retreat, informal dan khusus IAMM dan special AMM. AMM retreat umumnya dilaksanakan di awal tahun dan dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Negara anggota ASEAN yang sedang menjabat sebagai ketua ASEAN. Pertemuan itu mengawali masa keketuan Negara anggota ASEAN yang sedang menjabat sebagai Ketua ASEAN untuk menindaklanjuti hasil dan kesepakatan KTT serta untuk mengimplementasikan visi dan misi keketuaan sepanjang masa keketuannya. Adapun pertemuan informal para Menteri Luar Negeri ASEAN IAMM umumnya dilaksanakan berdasarkan isu khusus yang perlu mendapatkan perhatian bersama oleh Negara anggota ASEAN diluar dari pertemuan regular yang dilakukan oleh para Menteri Luar Negeri ASEAN seperti IAMM di Jakarta 22 Februari 2011, mengenai konflik Kamboja-Thailand dan Special ASEAN_Japan Ministers Meeting, 9 April 2011 pada saat terjadinya gempa dan tsunami di Jepang. 2 Komisi Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara Komisi Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara atau Commision for the Siutheast Asia Nuclear weapons free Zone SEANFWZ Commision atau merupakan pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri ASEAN yang bertujuan untuk mengawasi implementasi SEANWFZ serta kepatuhan terhadap pelaksanaan Traktat SEANWFZ. SEANFWZ Commision bertemu setidaknya dua kali dlam setahun, yaitu di sela-sela rangkaian pertemua ASEAN Ministerial Meeting AMM dan di sela-sela rangkaian KTT ASEAN. SEANWFZ 33 Universitas Sumatera Utara Commision bertemu pertama kali pada pertemuan AMM ke-32 bulan Juli 1999 di Singapura. Dalam pelaksanan tugasnya, SEANWFZ Commision dibantu oleh sebuah Komite EKsekutif yang terdiri dari para Pejabat Senior yang bertugas untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjamin ketatan tehadap traktat, termasuk konsultasi dengan IAEA dan badan-nadan lain terkait. SEANWFZ merupakan sebuah traktat yang bertujuan untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas kawasan dan untuk mendukung upaya tercapainya suatu pelucutan dan pelarangan senjata nuklir secara umum dan menyuluruh. Traktat SEANWFZ disertai dengan sebuah Protokol yang merupakan sebuah instrumen legal mengenai komitmen Negara ASEAN dalam upayanya untuk memperoleh jaminan dari Negara pemilik senjata Nuklir Nuclear Weapon States NWS bahwa mereka akan menghormati traktat SEANWFZ 3 Pertemuan Para Menteri Pertahanan ASEAN Pertemuan Para Menteri Pertahanan ASEAN ASEAN Defence Ministers MeetingADMM merupakan pertemuan tertinggi ASEAN di bidang pertahanan. Pertemuan ADMM diselenggarakan setahun sekali, pertemuan itu disertai dengan ADMM Retreat pada tahun yang sama. ADMM itu bertujuan untuk mendorong perdamaian dan stabilitas kawasan, mempromosikan kerja sama pertahanan dan keamanan, memberikan arahan pada pertemuan pejabat senior pertahanan, meningkatkan saling percaya dan transparansi dalam kaitan isu pertahanan dan kemanan, serta memberikan sumbangan 34 Universitas Sumatera Utara terhadap perwujudan Komunitas Politik Keamanan ASEAN. Ide pembentukan mekanisme kerja sama antar Menteri-Pertahanan ASEAN baru memperoleh dukungan seluruh Anggota Negara ASEAN ketika Indoneia sebagai ketua ASEAN pada tahun 2003 menyampaikan pentingnya pembentukan ADMM sebagai salah satu wadah bagi pertukaran pandangan dan penciptaan kerja sama yang konkret di bidang pertahanan dan keamanan. Penolakan ASEAN atas sebuah mekanisme kerja sama pertahanan sebelumnya didasarkan pada kekhawatiran bahwa mekanisme tersebut dapat membawa ASEAN menjadi suatu pakta pertahananmiliter. Barulah pada pertemuan tingkat menteri Luar Negeri ke-38 di Vientine, Laos, Juli 2005, ASEAN menyepakati pembentukan ADMM menjadi bagian penting di dalam pembentukan Komunitas- Politik Keamanan ASEAN. Sebagai gambaran, beberapa area kerja sama yang telah diimplementasikan di dalam kerangka ADMM, antara lain, melipti hal-hal berikut. 1. pembentukan Joint Coordinating Committee JCC untuk mengoordinasikan penggunaan alat militer dalam misi bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana. JCC dibentuk pada The 2 nd Workshop on the Use of ASEAN Military ASSETS and Capacities in Humanitarian Assistance and Disaster Relief yang diselenggarakan pada tanggal 29 Maret 2011 di Jakarta, Indonesia. 35 Universitas Sumatera Utara 2. Penyelenggaraan Workshop on ASEAN Defence Establihsment and CSOs Cooperation on Non-Traditional Security yang menghasilkan rekomendasi untuk memperkuat jejaring kerja sama dalam menanggulangi ancaman keamanan nontradisional. 3. Penyelenggaraan ASEAN Defence Industry Collaboration ADIC Working Group untuk menyiapkan pembentukan ADIC Consultative Group yang kemudian akan melakukan pemetaan industry pertahanan ASEAN. 4. Pertemuan ASEAN Peacekeeping Centres Network untuk meningkatkan jejaring antar-Pusat Pemeliharaan Perdamaian di ASEAN. Selain pertemuan ADMM, terdapat sebuah mekanisme ADMM-Plus yang merupakan kerja sama antar-Menteri Pertahanan ASEAN dengan delapan Negara mitra wicara ASEAN, yaitu Amerika Serikat, Australia, Repuclik Rakyat Tiongkok RRT, Jepang, Korea, Selandia Baru, India, dan Rusia. Pertemuan ADMM-Plus dialakukan setiap tiga tahun sekali. Pertemuan pertama ADMM-Plus diselenggarakan pada tanggal 20 Oktober 2010, di Hanoi, Vietnam. Mekanisme ADMM- Plus itu merupakan tindak lanjut kesepakatan pertemuan kedua ADMM di Singapura tahun 2007. Pertemuan kedua ADMM-Plus direncanakan diselenggarakan di Brunei Darussalam pada tanggal 9 Oktober 2013. Mengingat Para Menteri Pertahanan ADMM-Plus hanya bertemu setiap tiga tahun sekali, pengaturan operasional kerja sama ADMM- 36 Universitas Sumatera Utara Plus yang konkret diserahkan pada tingkat ASEAN Defence Senior Officials Meeting Plus ADSOM-Plus. ADSOM-Plus diberi otoritas oleh ADMM-Plus untuk membentuk Experts Working Group EWG. Cakupan kerja sama dalam ADMM-Plus EWG adalah Maritime Security, Peacekeeping operations, Humanitarian Assistance and Disaster Relief, Military Medicine dan Counter Terrorism. Salah satu tugas utama ADM-Plus EWG adalah menyusun dan mengimplementsikan program kerja guna mendukung kerja sama yang telah disepakati di dalam kerangka ADMM-Plus. Selama pertemua ADSOM-Plus WG tanggal 12 Desember 2010 di Da Lat, Vietnam, telah disepakati Co-Chair untuk masing-masing EWG; Counter Terrorism RI dan AS, Peacekeeping Operations Filipina dan Selandia Baru, Military Medicine SIngapura dan Jepang, Humanitarian Assistance and Disaster Relief Vietnam dan RRT, dan Maritime Security Malaysia dan Autralia. 4 Pertemuan Para Menteri bidang Hukum ASEAN Pertemuan Para Menteri ASEAN Bidang Hukum ASEAN Law Minister MeetingALAWMM merupakan pertemuan para Menteri Hukum dan Jaksa Agung Negara-negara ASEAN yang diadakan 1 kali setiap 36 bulan. ALAWMM dibentuk pada tanggal 12 April 1986 di Bali, Indonesia melalui suatu ASEAN Ministreal Understanding on the Organizational Arrangement for Cooperation in the Legal Field. Pertemuan ALAWMM terakhir diadakan pada tanggal 4-5 November 37 Universitas Sumatera Utara 2011 di Phnom Penh, Kamboja. Pembentukan ALAWMM didasarkan kepada adanya keragaman system hukum yang ada di kawasan Asia Tenggara dan untuk itu harus dilakukan kerja sama di bidang hukum, terutama menyangkut permasalahan yang menjadi keprihatinan bersama. Kerja sama di bidang hukum ini meliputi tiga aspek sebagai berikut; a. pertukaran bahan mengenai masalah hukum exchange of legal materials; b. kerja sama di bidang peradilan judicial cooperation; c. pendidikan dan riset di bidang hukum legal education and legal research Adapun beberapa dokumen yang telah dihasilkan oleh ALWMM adalah sebagi berkut: a. ASEAN Legal Information authority ALIA merupakan institusi nasional yang menangani isu hukum dan dapat dihubungi pada masing-masing Negara anggota ASEAN. ALIA bertanggung jawab untuk memfasilitasi pertukaran informasi hukum antarnegara anggota ASEAN. b. ASEAN Legal Information Network System LINKS merupakan jejaring yang berisi database dokumen-dokumen hukum masing-masing Negara anggota ASEAN. c. ASEAN Government Law Directory merupakan dokumen yang berisi struktur pemerintahan Negara-negara anggota ASEAN, institusi-institusi yang menangani isu hukum di masing-masing 38 Universitas Sumatera Utara Negara anggota ASEAN, dan paparan singkat mengenai perand an tanggung jawab masing-masing institusi tersebut. 5 Pertemuan Para Menteri mengenai Kejahatan Lintas-Negara ASEAN Pertemuan Para Menteri yang menagani Kejahatan Lintas- Negara ASEAN ASEAN Ministerial Meeting on Transnational CrimeAMMTC merupakan mekanisme kerja sama ASEAN dalam penanggulangan kejahatan lintas Negara. AMMTC pertama kali diselenggarakan pada tahun 1997 dan selanjutnya diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Dalam mekanisme AMMTC, setiap Negara anggota ASEAN diwakili oleh menteri atau pejabat yang bertanggung jawab di bidang kejahatan lintas Negara. Pertemuan AMMTC yang kedelapan dilaksanakan di Bali, 9-13 Oktober 2011, sedangkan AMMTC kesembilan akan dilaksanakan di Laos tahun 2013. Untuk mengimplementasikan keputusan-keputusan di tingkat AMMTC, terdapat mekanisme Senior Officials Meeting on Transnational Crime SOMTC yang diselenggarakan setiap tahun sekali. Dalam AMMTC, Indonesia diwakili oleh Kepala Kepolisian RI Kapolri, sementara pada SOMTC, Indonesia diwakili oleh Kepala Badan Reserse dan Kriminal Kabareskrim, Polri. Pertemuan SOMTC kesebelas dilaksanakan di Singapura pada Bulan Juli 2011, sedangkan SOMTC keduabelas diselenggarakan di Thailand pada bulan 16-21 September 2012. Sebagai acuan bagi kerja sama penanggulangan kejahatan lintas Negara, ASEAN telah memiliki Plan 39 Universitas Sumatera Utara of Action to Combat Transnational Crime 1999 dan Work Program to Implement the ASEAN Plan of Action to Combat Transnational Crime 2010-2012. Program-Program dalam PoA tersebut antara lain mencakup kerja sama dalam hal pertukaran informasi, penegakan hukum, pelatihan, penguatan kapasitas kelembagaan, dan kerja sama dengan Negara-negara di luar kawasan. 6 Forum Regional ASEAN Forum Regional ASEAN ASEAN Regional ForumARF merupakan forum utama bagi dialog isu-isu politik dan keamanan di kawasan Asia Pasifik. Pembentukan ARF disepakati pada 26 th ASEAN Minitreal Meeting and Post Ministreal ConferenceAMM-PMC, tanggal 23-25 Juli 1993 di Singapura. Pertemuan pertama ARF diadakan dalam rangkaian 27 th AMMPMC1 st ARF di Bangkok, Thailand pada tahun 1994 ARF diikuti oleh 26 negara dan 1 entitas Uni Eropa terdiri atas sepuluh Negara anggota ASEAN, sepuluh mitra wicara ASEAN Australia, Kanada, RRT, India, Jepang, Selandia Baru, Rusia, Republik Korea, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan tujuh Negara lain di kawasan Bangladesh, Republik Rakyat Demokratik KkoreaKorea Utara, Mongolia, Pakistan, Papua Nugini, Sri Lanka, Timur Leste. Penyebutan keanggotaan dalam pertemuan ARF bukan Negara anggota member state meleainkan peserta. Pembahasan isu-isu di ARF menggunakan tiga tahapan, yaitu 1 Promotion of Confidence Building Measure CBM, 2 40 Universitas Sumatera Utara Development of Preventive Diplomacy mechanisms PD dan 3 Development of Conflict Resolution mechanisms. Tahapan-tahapan itu memungkinkan para peserta ARF membahas berbagai isu politik dan keamanan secara konstruktif, at peace comfortable to all. ARF memiliki 4 prioritas cakupan kerja sama yaitu penanggulangan bencana, kontra terorisme dan kejahatan lintas Negara, keamanan maritim, serta nonproliferasi dan pelucutan senjata. ARF tidak hanya melibatkan Track 1 pemerintah dalam setiap kegiatannya. Peran Track 2 nonpemerintah dimanfaatkan ARF dalam menidentifikasi dan mengkaji permasalahan politik dan keamanan di kawasan sangat penting. Pada 23 Juli 2009 dipertemuan keenam belas ARF, Phuket, Thailand, para menlu ARF menyetujui ARF Vision Statement 2020 yang merupakan komitmen ARF untuk meningkatkan keamanan, perdamaian dan harmoni di kawasan. Langkah-langkah implementasi Vision Statement tersebut kemudian dijabarkan di dalam Hanoi Plan of Action yang telah disahkan dalam pertemuan ketujuh belas ARF pada tanggal 23 Juli 2010 di Hanoi, Vietnam. Masa keketuaan Indonesia untuk ASEAN tahun 2011 menandai perkembangan ARF dari tahapan Confidence Building Measure CBM ke Preventive Diplomacy PD. ARF Work Plan on Preventive Diplomacy menjadi pedoman bagi ARF dalam tahapan baru ini. Saat ini ARF telah menuntaskan seluruh work plan dalam empat cakupan kerja sama. 41 Universitas Sumatera Utara Berbagai kegiatan ARF dalam empat cakupan kerja sama tersenut telah memberikan dampak nyata bagi pengembangan rasa saling percaya di antara Negara-negara di kawasan. Salah satu kegiatan besar ARF yang menunjukkan keberhasilan itu adalah penyelenggaraan ARF Disaster Relief Exercise ARF Direx di Manado, 14-19 Maret 2011. Kegiatan itu melibatkan 4.334 orang dari 25 negara dan 6 International Non-Governmental Organizatition NGO. Latihsn tersebut menguji prosedur penanggulangan bencana yang melibatkan bantuan asing, termasuk pengerahan personel dan asset militer. Signifikasi isu-isu non-tradisional sebagai area kerja sama yang potensial di kawasan, seperti penanggulangan bencana, kejahatan lintas Negara, misi pemiliharaan perdamaian amkin mendapatkan perhatian dalam pembahasan di ARF. Keunikan yang dimiliki ARF dengan 27 peserta yang berpengaruh di dunia internasional saat ini diarahkan untuk memberikan kontribusi bagi penyelesaian berbagai isu-isu seperti tersebut diatas.

2.3.2 Perkembangan isu-isu dalam Pilar Komunitas Politik Keamanan