Undang-Undang No. 5 Tahun 2012 Upaya penanganan Terorisme dalam ACCT oleh Pemerintah Indonesia

perjanjian ekstradisi yang telah ada diantara Para Pihak sebelum berlakunya Konvensi ini. Para Pihak sepakat untuk memasukkan kejahatan-kejahatan tersebut sebagai kejahatan yang dapat diekstradisi dalam setiap perjanjian ekstradisi yang akan dibentuk di antara mereka. Apabila suatu Pihak, yang melakukan ektradisi mensyaratkan adanya suatu perjanjian, menerima suatu permintaan ekstradisi dari pihak lain yang dengannya tidak memiliki perjanjian ekstradisi, pihak yang di minta dapat, bila diperlukan, atas pilihannya, dan selaras dengan peraturan perundang-undangan domestiknya, mempertimbangkan untuk menjadikan Konvensi ini sebagai suatu dasar hukum bagi ekstradisi atas kejahatan-kejahatan yang tercakupi dalam Pasal II Konvensi ini.

3.4.1 Undang-Undang No. 5 Tahun 2012

Kebijakan keamanan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia atas upaya penanganan terorisme adalah Undang-undang No. 5 Tahun 2012. Undang- undang ini merupakan ratifikasi terhadap ASEAN Convention on Counter Terrorism Konvensi ASEAN tentang pemberantasan terorisme. Terorisme yang digolongkan sebagai kejahatan luar biasa atau extraordinary crime membutuhkan pola penanganan dengan mendayagunakan cara-cara luar biasa extraordinary measure. Mengingat kategori terorisme yang luar biasa yang tidak dapat ditangani dengan cara-cara biasa, maka Indonesia sebagai salah satu negara di ASEAN yang wilayahnya memiliki potensi tinggi terhadap serangan teroris, meyakini bahwa dengan adanya peraturan yang mengikat dalam kerangka kerjasama di ASEAN . maka pemberantasan terorisme di kawasan Asia Tenggara 77 Universitas Sumatera Utara dapat dilakukan denagn cara kerja sama kemanan regional yaitu melalui konvensi ACCT. Ratifikasi ACCT menjadi Undang-Undang No. 5 tahun 2012 diyakini oleh pemerintah Indonesia bahwa kerjasama keamanan dengan negara-negara tetangga untuk menangani sebuah masalah bersama-sama seperti isu terorisme yang mengancam keamanan sebuah negara dan keamanan regional memang tidak dapat dihindari. Ratifikasi ACCT menjadi Undang-undang No. 5 Tahun 2012 juga diikuti dengan pandangan pemerintah Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN lainnya bahwa tindakan terorisme tidak boleh dihubungkan dengan agama, kewarganegaraan, peradaban, dan kelompok etnis manapun, menghormati kedaulatan masing-masing negara, kesetaraan, integritas wilayah dan identitas nasional, tidak campur tangan urusan dalam negeri, menghormati yuridiksi kewilayahan, adanya bantuan hukum timbal balik, ekstradisi, dan menyelesaikan perselisihan secara damai. Dalam ACCT juga terdapat program rehabilitasi bagi tersangka terorisme untuk kembali ke dalam lingkungan masyarakat, melalui program rehabilitasi ini diharapkan dapat menyelesaikan akar masalah terorisme, dengan cara perlakuan adil dan manusiawi serta penghormatan terhadap hak asasi manusia dalam proses penanganannya. 28

3.4.2 Undang-Undang No. 9 Tahun 2013