2. Asam lemak tak jenuh
Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan rangkap pada rantai karbonnya. Misalnya asam oleat, asam linoleat, asam
linolenat dan asam-asam lemak lainnya. Asam lemak dapat diperoleh dengan menghidrolisis lemak atau minyak
dengan suatu basa saponifikasi menghasilkan sabun garam alkali kemudian dilanjutkan dengan penambahan suatu asam David, 1989.
2.4 Ester
Ester adalah suatu senyawa yang mengandung gugus –COOR, R dapat berupa alkil maupun aril. Ester dapat dibentuk dengan reaksi langsung antara
suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol yang disebut reaksi esterifikasi. Fessenden dan Fessenden, 1984.
Interesterifikasi adalah suatu reaksi pertukaran gugus asil yang terdapat dalam molekul trigliserida sehingga menghasilkan bentuk trigliserida yang baru
Solomons, 1988. Transesterifikasi adalah suatu reaksi antara ester dengan alkohol asam atau
ester yang lain Solomons, 1988.
2.5 Metil Ester Asam Lemak
Metil ester asam lemak dapat diperoleh dengan melakukan reaksi secara esterifikasi dan interesterifikasi. Pada reaksi esterifikasi, asam lemak bebas yang
terbentuk dari proses penyabunan dan hidrolisa minyaklemak yang direaksikan secara esterifikasi dengan metanol dan membentuk metil ester asam lemak.
Universitas Sumatera Utara
Proses terjadinya reaksi esterifikasi dengan katalis asam sangat lambat dimana asam dan alkohol selama beberapa jam dan kedalamnya telah
ditambahkan sedikit asam sulfat yang berfungsi sebagai katalis sehingga terjadi reaksi kesetimbangan membentuk senyawa ester. Untuk lebih meningkatkan hasil
reaksi esterifikasi maka digunakan asam karboksilat atau alkohol yang berlebihan Solomons, 1988.
2.6 Metil Ester Sulfonat
Metil ester sulfonat MES merupakan surfaktan anionik yang bermuatan negatif pada gugus hidrofiliknya atau bagian aktif permukaan yang dibuat melalui
sulfonasi menggunakan bahan baku dari minyak nabati. MES memiliki beberapa kelebihan dibandingkan surfaktan lainnya, yaitu antara lain kemampuan
penyabunan yang baik; terutama yang berasal dari C
16
dan C
18
dari minyak kelapa, toleransi yang baik terhadap kesadahan air, bersinergi baik dengan sabun
sebagai zat aditif sabun, daya larut dalam air yang baik, lembut dan tidak iritasi
pada kulit, dan memiliki karakteristik biodegradasi yang baik Hui, 1996.
Salah satu proses untuk menghasilkan surfaktan adalah proses sulfonasi terhadap metil ester menghasilkan metil ester sulfonat MES. Proses Sulfonasi
terjadi dengan mereaksikan pereaksi pensulfonasi gas SO
3
, H
2
SO
4
berasap, NaHSO
3
dengan metil ester asam lemak. Disebut sulfonasi karena proses ini melibatkan penambahan gugus sulfon pada senyawa organik Nightingale, 1987;
Schwuger dan Lewandowski, 1995. MES yang dihasilkan pada proses sulfonasi masih mengandung produk-
produk samping yang dapat mengurangi kinerja surfaktan sehingga memerlukan
Universitas Sumatera Utara
proses pemurnian. Proses produksi MES dilakukan dengan mereaksikan metil ester dan gas SO
3
dalam failing film reactor pada suhu 80-90
o
C Hidayati, 2008. Proses sulfonasi ini akan menghasilkan produk berwarna gelap, sehingga
dibutuhkan proses pemurnian meliputi pemucatan dan netralisasi. Untuk mengurangi warna gelap tersebut, pada tahap pemucatan ditambahkan larutan
H
2
O
2
dan metanol, yang dilanjutkan dengan proses netralisasi dengan menambahkan larutan alkali KOH atau NaOH, setelah melewati tahap
netralisasi, produk yang berbentuk cairan dikeringkan sehingga produk akhir yang dihasilkan berbentuk pasta, serpihan, atau granula Schwuger dan Lewandowski,
1995.
Gambar 2.6.1 Reaksi pembentukan MES
2.7 Sabun dan Detergen 2.7.1 Sabun