cairan berwarna jernih kental dan pada asam oleat berwarna kuning, dinetralisasi yang membentuk busa pada penambahan air dan pengocokan, merupakan lapisan
surfaktan MES yang mengandung air dari penguaraian H
2
O
2
dan NaOH dan mengandung sisa metanol. Setelah dikeringkan dengan penguapan diperoleh
surfaktan MES padat. Lapisan bawah merupakan sisa metil ester asam lemak yang tidak tersulfonasi. Lapisan metil ester yang tidak tersulfonasi menunjukkkan
adanya kekurangan dalam pengerjaan, dimana jumlah gas SO
3
sebagai pereaksi pensulfonasi yang bereaksi dengan metil ester tidak terpenuhi untuk mensulfonasi
seluruh metil ester asam lemak. Foster 2001 dan Schwuger Lewandowski 1995, menyatakan bahwa
untuk mendapatkan hasil yang baik dari reaksi sulfonasi antara lain: suhu reaksi, pH netralisasi, lama penetralan, dan suhu selama penetralan merupakan faktor
utama yang harus dikendalikan selama penetralan.
4.7 Analisis Spektrometri FT-IR Metil Ester Sulfonat Asam Stearat
Spektrum FT-IR pada gambar 4.7.1 menunjukkan puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 1741,72 cm
-1
merupakan serapan khas dari gugus karbonil C=O dari ester dan didukung dengan puncak serapan C-O-C pada
daerah bilangan gelombang 1172,72 cm
-1
. Pada daerah bilangan gelombang 2848,86 cm
-1
dan 2918,30 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi sretching dari C-H sp
3
yang didukung vibrasi bending C-H sp
3
pada bilangan gelombang 1381,03 cm
-1
Silverstein, 1981.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7.1 Spektrum FT-IR MES dari asam stearat
Pada spektrum diatas daerah bilangan gelombang 3464,15 cm
-1
yang menunjukkan adanya gugus –OH hidroksil, dimana gugus tersebut diduga
berasal dari molekul air yang tidak terpisah secara sempurna pada proses pengeringan.
4.8 Analisis Spektrometri FT-IR Metil Ester Sulfonat Asam Oleat
Untuk mengetahui reaksi berjalan sesuai yang diharapkan garam MES yang terbentuk diidentifikasi dengan spektrofotometer FT-IR dengan spektrum
pada gambar 4.8.1 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8.1 Spektrum FT-IR dari MES asam oleat
Spektrum FT-IR pada bilangan gelombang 3001,95 cm
-1
merupakan puncak serapan untuk C-H sp
2
dari gugus -CH=CH- puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 1740,01 cm
-1
merupakan serapan khas dari gugus karbonil C=O dari ester yang didukung dengan puncak serapan C-O-C pada daerah
bilangan gelombang 1172,19 cm
-1
sehingga dapat disimpulkan adanya gugus ester. Puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 2925,24 cm
-1
dan 2854,28 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi sretching dari C-H sp
3
yang didukung vibrasi bending C-H sp
3
pada bilangan gelombang 1376,83 cm
-1
Silverstein, 1981. Pada spektrum tidak ada lagi gugus C=C dari ikatan rangkap metil ester
sulfonat asam oleat, karena reaksi sulfonasi memutus ikatan rangkap dari metil
Universitas Sumatera Utara
ester asam oleat dengan masuknya gugus sulfonat yang terikat pada atom C
9
dan C
10
gambar 4.6.2 halaman 35. Pada spektrum diatas juga menunjukkan vibrasi yang lebar broad spectrum pada daerah bilangan gelombang 3464,04 cm
-1
yang menunjukkan adanya gugus -OH hidroksil, dimana gugus tersebut diduga
berasal dari molekul air yang tidak terpisah secara sempurna pada proses pengeringan.
Naughton 1973, menyatakan bahwa gugus hidroksil, ikatan rangkap dan gugus ester merupakan gugus-gugus reaktif dalam reaksi atau modifikasi untuk
pembuatan berbagai produk industri. Ikatan rangkap dapat disulfonasi membentuk produk sulfonat.
4.9 Analisis MES Asam Stearat dan MES Asam Oleat Terhadap adanya Gugus Sulfonat Dengan Beberapa Pereaksi
Analisis terhadap MES asam stearat dan MES asam oleat dengan menggunakan BaCl
2
, Aqua Brom, KMnO
4
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.9.1 Hasil Analisis Gugus sulfonat terhadap MES asam stearat dan MES
asam oleat No
Pengujian MES Asam Stearat
MES Asam Oleat 1
Bentuk Cair
Serbuk 2
Warna kuning
Putih 3
Dengan BaCl
2
Endapan putih Endapan putih
4 Test bromin
Positif Positif
5 Test baeyer
Positif Positif
Universitas Sumatera Utara
4.10 Penentuan Nilai HLB dan Tegangan Permukaan