GAMBARAN UMUM DPRD PADANG LAWAS PERIODE 2009-2014 PENGAWASAN DPRD PADANG LAWAS TERHADAP PELAKSANAAN APBD TAHUN 2010

satu kursi. Dapem IV Kec. Sosa enam kursi, yang diperoleh Partai Demokrat, PDIP, Golkar, PDK, Patriot dan PPP, masing-masing 1 satu kursi. Dapem V Kec. Hutaraja Tinggi lima kursi, yang diperoleh Partai Demokrat, Golkar, PKPB, PDIP dan Republikan, masing-masing 1 satu kursi. Pada pemetaan daerah potensial di Sumatera Utara, yang dilakukan pemerintah Provinsi, Kabupaten Padang Lawas termasuk daerah yang memiliki potensi yang luar biasa. Di sektor pertania A.4. Potensi Daerah dan Aktifitas Ekonomi Masyarakat Kabupaten Padang Lawas memiliki potensi sumber daya alam SDA yang cukup berlimpah. Di sektor perkebunan sawit, karet, kopi, kakao, dll, pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan dan pertambangan minyak bumi, emas, batubara, bahan galian non-logam, dll Sehingga sebagian besar penduduk bekerja dan mendapatkan kehidupan dari sektor perkebunan, pertanian, peternakan dan perikanan. Di sektor pertambangan belum tergali dengan baik.

B. GAMBARAN UMUM DPRD PADANG LAWAS PERIODE 2009-2014

DPRD Padang Lawas adalah merupakan representasi sekaligus menjadi media penyambung aspirasi dan kepentingan rakyat Padang Lawas. Sesuai dengan undang-undang yang mengatur batasan jumlah anggota dewan dengan rasio jumlah penduduk, maka DPRD Padang Lawas berjumlah 30 kursi. Berdasarkan hasil Pemilu 2009 yang lalu, 30 kursi DPRD Padang Lawas diisi 13 tiga belas partai politik. Masing-masing; Partai Demokrat 5 kursi, Golkar 5 kursi, PKPB 3 kursi, PDIP 3 kursi, PPP 3 kursi, PDK 2 kursi, PKB 2 kursi, Patriot 2 kursi, PBB, PKPI, Republikan, Gerindra dan Hanura, masing-masing 1 satu kursi. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan perolehan kursi dan suara, maka DPRD Padang Lawas dipimpin H.Rido Harahap, SE selaku Ketua dari Partai Demokrat, H.Syahwil Nasution, Wakil Ketua dari Golkar, H.Ammar Makruf, Wakil Ketua dari PKPB. Kemudian dibagi menjadi tujuh fraksi berdasarkan tatib yang disepakati pada Bab VIII pasal 12 dan pasal 13, yaitu Fraksi Demokrat yang berjumlah 5 orang, Fraksi Golkar berjumlah 5 orang, Fraksi PKPB, PDIP, PPP, masing-masing berjumlah 3 orang, Fraksi Nasional Bersatu berjumlah tujuh orang, Fraksi Palas Bersatu berjumlah 4 orang.

C. PENGAWASAN DPRD PADANG LAWAS TERHADAP PELAKSANAAN APBD TAHUN 2010

Sebagaimana diuraikan pada paparan sebelumnya, bahwa yang dimaksudkan pengawasan adalah segenap proses kegiatan DPRD dalam mengawasi realisasi APBD dan segenap pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan. Artinya, peran dan fungsi pengawasan yang dilakukan tidak sekedar memenuhi agenda seremonial atau pengawasan bersifat administratif saja, tetapi pengawasan DPRD yang memanfaatkan kekuatan legitimasi politik bahkan yuridis yang dimiliki untuk mewujudkan keinginan rakyat serta dalam rangka untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan anggaran maupun penyalahgunaan wewenang yang merugikan keuangan negara. Oleh karena itu, terwujud tidaknya harapan rakyat melalui pelaksanaan APBD sangat bergantung pada sejauh mana jalannya pengawasan DPRD. Begitu juga dengan APBD yang merupakan keuangan negara harus dikelola secara profesional, terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Universitas Sumatera Utara DPRD Padang Lawas dalam menjalankan tugas dan fungsinya, termasuk dalam hal pengawasan secara operasional berlandaskan pada tata tertib DPRD Nomor 17 tahun 2010 sebagai turunan dari undang-undang atau peraturan tentang kedudukan DPRD. Dalam tata tertib DPRD Padang Lawas tersebut kembali ditegaskan tentang fungsi DPRD pada Bab III pasal 4 ayat 1 yaitu legislasi, anggaran dan pengawasan. Di mana dalam pasal 4 ayat 4 bahwa fungsi pengawasan diwujudkan dalam mengawasi pelaksanaan peraturan daerah dan APBD. Selanjutnya pada ayat 5 di pasal yang sama mengatakan bahwa ketiga fungsi yang dijalankan dewan adalah representasi rakyat di daerah. Begitu juga dengan tugas dan wewenang DPRD dijelaskan pada Bab IV pasal 5 ayat a sampai k . Demikian seterusnya pada Bab-bab berikutnya menjelaskan tentang bagaimana pelaksanaan hak dan kewajiban anggota DPRD, alat kelengkapan dewan, fraksi, serta tugas-tugas badan maupun unsur-unsur yang ada di DPRD dan juga tentang penjelasan APBD. Ini merupakan mekanisme dan acuan DPRD Padang Lawas dalam menjalankan fungsinya, khususnya fungsi pengawasan. Dari hasil penelitian tentang realisasi fungsi pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap pelaksanaan APBD tahun 2010, selanjutnya akan diuraikan. Namun perlu kiranya sekilas menyajikan bagaimana kondisi proses perencanaan dan penyusunan R-APBD Padang Lawas dan peran DPRD di dalamnya. Hal ini penting, karena kondisi perencanaan tentu akan mempengaruhi kinerja pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap pelaksanaan APBD tahun 2010. Hingga DPRD melakukan evaluasi terhadap Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati tahun 2010. Karena sesungguhnya, kembali ditegaskan, pengawasan itu meliputi sistematika pengelolaan APBD, dimana dalam unit-unit atau tahapan-tahapan pengelolaan APBD sangat bergantung satu Universitas Sumatera Utara sama lain. Dan pada pokoknya controlling atau pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma, standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, kata Admosudirdjo dalam Febriani, 2005:11. Di samping itu, tentu akan menambah pisau kendali lebih terinci dalam mengukur pengawasan yang dijalankan DPRD Padang Lawas terhadap pelaksanaan APBD tahun 2010 yang dilihat sejak proses penyusunan hingga evaluasi LKPJ Kepala Daerah. Namun yang lebih pokok adalah uraian bagaimana jalannya pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap pelaksanaan APBD tahun 2010. Meliputi jalannya tugas dan tanggungjawab alat kelengkapan yang ada di DPRD Padang Lawas dalam menjalankan fungsi pengawasan. Baik menyangkut pengawasan langsung terhadap program atau proyek realisasi APBD di lapangan, termasuk bagaimana kondisi proyek pembangunan fisik dan non-fisik, belanja langsung maupun tidak langsung, serta bagaimana penatausahaan yang dilakukan eksekutif dalam pengelolaan APBD. Kunjungan kerja. Jaring aspirasi masyarakat, baik saat reses maupun tidak, seperti saat adanya aksi demonstrasi dengan tuntutannya atau dari dialog-dialog yang melibatkan unsur DPRD Padang Lawas. Kemudian menyangkut evaluasi yang dilakukan DPRD Padang Lawas terhadap Laporan Keterangan Pertanggungjawaban LKPJ Bupati. C.1. Peran dan Pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap Perencanaan APBD tahun 2010 Sesuai dengan hakekatnya, bahwa APBD bersumber dari rakyat. APBD ditujukan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat. Maka sudah sepantasnya perencanaan APBD melibatkan rakyat itu sendiri. Karena tentu rakyat yang paling Universitas Sumatera Utara tahu apa yang menjadi kebutuhan dan kepentingannya. Hal ini juga dalam rangka mengeliminir siklus korupsi yang kerap terjadi sejak perencanaan APBD. Dan dalam siklus perencanaan ini tentu harus memperhatikan Permendagri No.25 tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan APBD tahun 2010 di samping peraturan-peraturan lainnya. Sebagaimana yang lumrah terjadi dalam sejarah administrasi pemerintahan di Indonesia, bahwa dalam perencanaan APBD Padang Lawas tahun 2010 juga jauh dari harapan dalam rangka mewujudkan perencanaan yang benar-benar menyerap aspirasi rakyat. Apa yang diharapkan pasal 2 Permendagri No.25 tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan APBD tahun 2010 sepertinya tidak tergambar dengan baik dalam perencanaan APBD Padang Lawas tahun 2010, yang meliputi : a. Tantangan dan prioritas pembangunan tahun 2010 b. Pokok-pokok kebijakan penyusunan APBD c. Teknis penyusunan APBD; dan d. Hal-hal khusus Pedoman yang bertujuan dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan secara nasional maka keterpaduan dan sinkronisasi, kebijakan programkegiatan antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah perlu lebih ditingkatkan. Keterpaduan dan sinkronisasi dilakukan melalui upaya penyamaan persepsi terhadap tantangan, prioritas dan langkah kebijakan pembangunan yang menjadi perhatian bersama guna tercapainya tujuan pembangunan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Selanjutnya, masalah keterlibatan masyarakat Padang Lawas masih minim dalam perencanaan APBD. Informasi forum-forum perencanaan belum Universitas Sumatera Utara terpublikasikan secara luas, seperti forum musyawarah perencanaan pembangunan Musrenbang baik di tingkat desa maupun di tingkat kecamatan dan kabupaten. Bahkan Musrenbang di tingkat desa dan kecamatan tidak dilaksanakan. Sehingga kepentingan dan kebutuhan masyarakat di Desa dan Kecamatan tidak terakomodasi secara aspiratif dalam perencanaan APBD Padang Lawas, di mana perencanaan yang dilakukan pemerintah masih terkesan acak karena tidak memberikan partisipasi seluas-luasnya bagi rakyat. Begitu juga dalam forum SKPD Padang Lawas, juga tidak melibatkan unsur-unsur sektor dan delegasi Musrenbang. Dengan demikian, tergambar bahwa kemauan pemerintah dalam melibatkan masyarakat di setiap ritme pembangunan, terutama sejak perencanaan APBD, masih rendah. Padahal dalam Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 139 ayat 1 cukup tegas memberikan kebebasan yang luas bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi baik lisan maupun tulisan dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan perda peraturan daerah. Bahwa penyerapan aspirasi melalui perencanaan APBD merupakan kegiatan yang terpadu nantinya saat dilakukannya pembahasan perda APBD Padang Lawas. Terkait pelaksanaan Musrenbang di Padang Lawas, bahwa hanya Musrenbang di tingkat Kabupaten yang melibatkan unsur masyarakat, itupun sangat terbatas. Undangan Musrenbang Kabupaten hanya ditujukan kepada tokoh-tokoh masyarakat dengan jumlah yang sangat terbatas serta tidak diberikan peran yang sesuai dalam menyampaikan aspirasinya. Artinya, dalam pelaksanaan Musrenbang banyak tidak mengacu pada Permendagri No.54 tahun 2010 tentang Tatacara Musrenbang. Kenyataan ini sejalan dengan paparan H.Tongku Paruhum Hasibuan dan Universitas Sumatera Utara H. Mawardi Hasibuan, Imran Joni Hasibuan, serta Raja Parlindungan Nasution ST, selaku tokoh masyarakat dan tokoh pemuda Padang Lawas. Bahwa Musrenbang dilakukan sangat tidak representatif. Dimana undangan atau sosialisasi pelaksanaan Musrenbang sering terlambat. Bahwa pemerintah Padang Lawas melibatkan masyarakat dalam Musrenbang hanya sekedar untuk memenuhi sarat formal, sementara tujuan substansinya ditinggalkan. Kondisi ini juga menggambarkan bahwa pemerintah Padang Lawas tidak memiliki mekanisme perencanaan APBD yang membuka ruang keterlibatan luas masyarakat. Belum adanya manajemen informasi dan dokumentasi usulan perencanaan. Proses perencanaan dan penyusunan anggaran masih terpisah. Kemudian, tidak sinkronnya antara pendekatan politik, teknokratis, bottom up, top down dan partisipatif dalam merencakan APBD sebagai perwujudan rencana pembangunan secara konfeherenship untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Parahnya, seharusnya perencanaan APBD Padang Lawas adalah merupakan integrasi dari Visi-misi BupatiWakil Bupati yang diperdakan sehingga menjadi visi-misi daerah, namun ternyata tidak, visi-misi BupatiWakil Bupati belum diperdakan dan belum disosialisasikan sebelum penetapannya, contohnya lewat seminar, dialog, kajian. Seharusnya perencanaan APBD merupakan integrasi RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, ternyata hingga hasil penelitian ini disusun RPJMD Padang Lawas belum ada. Padahal sesuai dengan aturan bahwa RPJMD harus dibuat paling lambat 3 tiga bulan setelah Pasangan BupatiWakil Bupati terpilih dilantik, sebagaimana ditegaskan pada pasal 30 PP No.58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Dan sekarang pemerintahan defenitif Padang Lawas sudah jalan tiga tahun, namun Universitas Sumatera Utara RPJMD belum ada. Suatu yang fatal dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan. Berarti, Renstra-SKPD yang seharusnya juga memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang bersifat indikatif sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing, tidak terintegrasi dengan kuat dan sesuai dengan dasar yang ditetapkan. Karena penyusunan Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud tersebut berpedoman pada RPJMD, penegasan kedua pointer terakhir dituangkan pada pasal 31 dalam peraturan yang sama. Bila kondisi ini dihubungkan dengan fungsi pengawasan DPRD Padang Lawas dalam pelaksanan perencanaan APBD tahun 2010 dapat disimpulkan masih lemah. DPRD seharusnya hadir dan berperan serius di setiap tahapan- tahapan yang menjaring aspirasi rakyat. Sesuai dengan tugas pengawasannya, seyogianya DPRD ikut memastikan jalannya mekanisme dan tercapainya substansi perencanaan APBD. Sayangnya RPJMD Padang Lawas baru dibahas pada 23 Mei 2011, padahal Kabupaten Padang Lawas sudah berusia 4 empat tahun dan DPRD menyurati dan melakukan pemanggilan lebih serius baru di bulan April-Mei 2011 surat udangan rapat RPJMD terlampir. Perda-perda yang seharusnya bersinergi dengan APBD pada akhirnya dalam rencana APBD tahun 2010 sama sekali tidak terintegrasi dengan baik, karena Perda tentang itu sendiri belum ada. Juga seharusnya DPRD berada di garis depan dalam mewujudkan forum perencanaan anggaran yang representatif, dengan cara mengajak secara sungguh- sungguh partisipasi atau keterlibatan masyarakat secara luas. Dan ini merupakan pendidikan politik yang efektif dalam rangka menjalankan tugas pengawasan secara bersama-sama, sehingga mengeliminir terjadinya penyalahgunaan dalam Universitas Sumatera Utara berbagai bentuk, sejak pelaksanaan perencanaan APBD Padang Lawas. C.2. Peran dan Pengawasan DPRD terhadap Penyusunan APBD Padang Lawas Proses penyusunan dapat dilihat dalam dua proses, yakni proses yang terjadi di eksekutif dan proses yang terjadi di legislatif. 1. Proses yang terjadi di eksekutif Proses penyusunan APBD secara keseluruhan berada di tangan Sekretaris Daerah selaku koordinator anggaran yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan penyusunan APBD. Sedangkan proses penyusunan belanja rutin disusun oleh bagian keuangan Pemerintah Daerah, proses penyusunan penerimaan dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah dan proses penyusunan belanja pembangunan disusun oleh Bappeda bagian penyusunan program dan bagian keuangan. Dan dalam penyusunan APBD tentu banyak bergantung pada undang-undang serta peraturan yang berlaku. Misalnya sebagaimana yang disampaikan sebelumnya, ada Peraturan Menteri Dalam Negeri Permendagri No.25 tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan APBD tahun 2010. Permendagri ini merupakan acuan penting agar tercapainya sasaran dan target yang diharapkan baik di daerah maupun secara nasional. 2. Proses di legislatif Di DPRD, proses penyusunan APBD dilakukan berdasarkan tata tertib DPRD. Di bawah ini akan diuraikan alur penyusunan APBD ditingkat Dewan dan bagaimana peran dan fungsi pengawasan DPRD Padang Lawas berjalan di dalamnya, sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Setiap tahun menjelang berlakunya tahun anggaran baru, Bupati wajib menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan lampiran selengkapnya dengan nota keuangan kepada DPRD. Ternyata Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD tahun 2010 Padang Lawas, lampiran, serta nota keuangan APBD disampaikan ke DPRD Padang Lawas sangat terlambat. Yang seharusnya sesuai dengan tatib dewan Padang Lawas, R-APBD dan nota keuangan diserahkan ke DPRD 4 empat bulan sebelum habis masa anggaran 2009. Sementara ranperda, lampiran serta nota keuangan APBD disampaikan baru bulan Januari 2010, sehingga mengalami keterlambatan pembahasan di DPRD yang tentu mempengaruhi optimalisasi target dalam pembahasan dan pelaksanaan APBD tahun 2010. Namun meski mengalami keterlambatan, tetapi upaya DPRD untuk mengantisipasi keterlambatan relatif rendah. Hal ini dibuktikan tidak adanya surat peringatan atau tekanan secara institusi sebelumnya kepada eksekutif agar segera menyampaikan R-APBD. b. Pimpinan DPRD menyerahkan nota keuangan dan Rancangan Peraturan Daerah tentang R-APBD kepada Panitia Anggaran untuk memperoleh pendapatnya. Pendapat panitia anggaran seharusnya disampaikan sekilas dalam sajian penelitian ini, namun sayangnya saat dilakukan penelitian keberadaan berkas pandangan atau hasil pembahasan panitia anggaran terhadap R-APBD tidak jelas keberadaannya. Dan telah berulangkali diperiksa di bagian risalah juga tidak ditemukan. Hal ini menunjukkan tidak rapinya pengarsipan dan dokumentasi di sekretariat dewan Padang Lawas. Sementara dari pihak panitia anggaranpun tidak ada melakukan pengontrolan terhadap berkas-berkas yang Universitas Sumatera Utara menyangkut kinerja dewan. Wajar, pengawasan yang optimalpun tidak mungkin terwujud bila pengarsipan dan dokumentasi tidak beres. c. Pendapat panitia anggaran diserahkan ke komisi-komisi sebagai bahan pembahasan. Kemudian komisi-komisi melakukan pembahasan R-APBD tersebut. Sama halnya dengan berkas pendapat panitia anggaran seharusnya disampaikan sekilas dalam sajian penelitian ini, namun sayangnya saat dilakukan penelitian keberadaan berkas pandangan atau hasil pembahasan komisi-komisi terhadap R-APBD juga tidak jelas keberadaannya. Dan telah berulangkali diperiksa di bagian risalah juga tidak ditemukan. d. Setelah dari komisi-komisi diputuskan secara bersama antara DPRD dengan eksekutif dalam Rapat Paripurna. e. Pengambilan keputusan dalam rapat paripurna DPRD tentang RAPBD didahului dengan : • Pendapat akhir fraksi-fraksi Secara garis besar dari dokumen yang ada, semua fraksi menyampaikan pandangan akhir fraksi dan memiliki catatan masing-masing. Substansi yang disampaikan dalam pandangan akhir fraksi terhadap RAPBD tahun 2010 di antaranya memang cukup kelihatan. Seperti yang disampaikan fraksi PPP tentang skala prioritas daerah, baik menyangkut pembangunan, pemerintahan dan kemasyarakatan. Tentang peningkatan etos kerja aparatur eksekutif dan upaya peningkatan pendapatan. Fraksi PDIP dalam pandangannya, mengingatkan fungsi penting anggaran dan agar mengoptimalkan penggunaan anggaran daripada peningkatan pendapatan, mengingatkan pentingnya system pengelolaan Universitas Sumatera Utara keuangan daerah yang transparan, efisien, efektif dan akuntabel. Meningkatkan pelayanan di semua sektor, baik pendidikan, infrastruktur, kesehatan dan administrasi di pemerintahan dan mendorong kemandirian daerah. Fraksi PKPB dalam pandangannya, selain menyampaikan sekilas tentang hal yang umum, fraksi ini juga menyinggung masalah formasi CPNS tahun 2010. Fraksi Nasional Bersatu sesuai isi pandangannya kelihatan hanya sekedar memenuhi sarat formal dalam penyampaian pandangan akhir fraksinya. Tidak ada yang lain dari fraksi yang lain dan tidak ada yang substantif dari pandangan yang disampaikan, bahkan nuansa asal-asalan cukup kelihatan. Fraksi Palas Bersatu disamping sekilas menyampaikan hal-hal yang umum, tapi menyampaikan dan menegaskan bentuk-bentuk yang konkrit terkait dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat kecamatan dan desa. Contohnya, pembangunan di desa-desa di wilayah Barumun Tengah. Begitu juga dengan hal yang detail lainnya, seperti mengingatkan pertanggungjawaban biaya makan-minum aparatur eksekutif, perjalanan dinas, dan honorer. Sedangkan pandangan fraksi-fraksi yang lainnya, tidak jauh berbeda. Semua hampir bersifat normatif, hanya sekitar tiga fraksi yang pandangannya lebih menyentuh substansi dan semangat penyelenggaraan otonomi daerah yang baik. Dapat diberikan beberapa catatan dari pandangan fraksi-fraksi di DPRD Padang Lawas terhadap R-APBD tahun 2010, sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Substansi yang seharusnya disampaikan dalam pandangan akhir fraksi, namun ternyata tidak merata disampaikan semua fraksi. Prihatinnya, ada fraksi yang hanya sekedar memenuhi sarat formal alias asal ada. 2. Isi yang disampaikan pada umumnya relatif mengedepankan nuansa instan atau nuansa kerja pragmatis, yakni tanpa kajian yang baik, aktual dan representatif. Hal ini juga membuktikan tidak adanya persiapan yang matang dan lobi politik antar fraksi untuk menyamakan pandangan dan semangat dalam rangka perbaikan dan optimalisasi untuk pelaksanaan anggaran APBD tahun 2010. 3. Kadar penekanan yang kuat dari teks dan konteks yang disampaikan agar eksekutif merasa ‘terkepung’ dengan ‘harapan dan tuntutan’ dewan, hampir tidak ada. 4. Sedikitnya nuansa evaluasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan tahun sebelumnya untuk diperbaiki atau dimasukkan dalam APBD tahun 2010. Termasuk bagaimana mendorong upaya serius pemerintah untuk benar-benar melakukan pemerataan pembangunan, terutama di daerah yang sama sekali masih jauh dari sentuhan pembangunan yang menyangkut infrastruktur dasar, mengingat kondisi sarana-prasarana di beberapa wilayah di Padang lawas masih memprihatinkan. Serta, agar lebih maksimal menggali potensi-potensi di beberapa sektor yang belum terjamah. • Kesimpulan rapat oleh Pimpinan rapat f. Pemberian kesempatan kepada Bupati untuk memberikan sambutan. Universitas Sumatera Utara C.3. Pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap Pelaksanaan APBD tahun 2010 Sebagaimana dipaparkan sebelumnya, dalam menjalankan tugas pengawasannya, DPRD mengacu kepada tata terib yang telah ditetapkan serta undang-undang yang mengatur kedudukan dewan. Selanjutnya dalam operasionalnya pengawasan ini dijalankan alat kelengkapan dewan sebagaimana disinggung pada uraian sebelumnya. DPRD Padang Lawas telah membentuk Badan Kelengkapan Dewan dan Mitra Kerja Eksekutif dengan Komisi di DPRD, tentang mitra kerja ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Bupati Padang Lawas. Piranti ini bertujuan untuk efektifitas kinerja dewan dalam menjalankan tugas dan fungsi, khususnya fungsi pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap Pelaksanaan APBD. Melakukan kunjungan langsung ke lapangan atau dalam agenda kunjungan kerja. Jaring aspirasi masyarakat, baik saat reses maupun tidak. Kemudian evaluasi DPRD Padang Lawas terhadap Laporan Keterangan Pertanggungjawaban LKPJ Bupati, adalah merupakan wujud pengawasan DPRD Padang Lawas. Sebagaimana yang diharapkan, bahwa fungsi pengawasan yang dilakukan tentu tidak sekedar memenuhi agenda seremonial atau pengawasan bersifat administratif saja, tetapi pengawasan DPRD yang memanfaatkan kekuatan legitimasi politik bahkan yuridis yang dimiliki dalam rangka mewujudkan keinginan rakyat serta untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan anggaran maupun penyalahgunaan wewenang yang merugikan keuangan negara. Universitas Sumatera Utara a. Pengawasan Langsung terhadap Program atau Proyek Realisasi APBD tahun 2010 di Lapangan dan Peran Alat Kelengkapan Dewan 1. Alat Kelengkapan Dewan Padang Lawas Kelengkapan Dewan DPRD Padang Lawas terdiri dari : a.Pimpinan Satu orang Ketua dan dua orang Wakil Ketua b.Badan Musyawarah Bamus Berjumlah 15 orang, Bamus dipimpin pimpinan dewan sendiri, sekretaris Bamus adalah sekretaris dewan, dan anggotanya mewakili fraksi-fraksi. c.Komisi Terdiri dari tiga komisi yaitu, Komisi A. Bidang Politik dan Pemerintahan, Komisi B. Bidang Perekonomian dan Keuangan, dan Komisi C. Bidang Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat. d.Badan Legislasi Daerah e.Badan Anggaran f.Badang Kehormatan Daftar Pimpinan dan Anggota beserta Alat Kelengkapan Dewan DPRD Kabupaten Padang Lawas terlampir. Bahwa formasi alat kelengkapan dewan ini disusun dan ditetapkan adalah untuk optimalnya kerja-kerja dewan. Keterwakilan unsur dewan untuk berpartisipasi aktif dalam mengemban amanah rakyat sesuai dengan bidang masing-masing. Terlebih-lebih dalam mengawasi pelaksanaan APBD. Soal pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap APBD tahun 2010 sehubungan dengan fungsi alat kelengkapan dewan, kenyataan di lapangan ternyata belum berjalan optimal sesuai yang diharapkan. Misalnya: Universitas Sumatera Utara 1. Terkait dengan tugas pimpinan dewan: a.Rencana kerja pimpinan dewan belum terbentuk b.Keterampilan dan penguasaan pimpinan sebagai juru bicara dewan masih kurang mantap di beberapa bidang tertentu, termasuk dalam menyahuti aspirasi, baik saat dialog maupun saat adanya demonstrasi c.Nuansa kolektif kolegial belum berjalan maksimal 2. Terkait tugas badan musyawarah a.agenda sidang yang belum berjalan dengan baik, masih seringnya rapat dewan ditunda dan dibatalkan b.perkiraan dalam penyelesaian suatu masalah dan jangka waktu penyelesaian ranperda masih sering meleset. 3. Terkait tugas komisi Hal ini melingkupi pengawasan terhadap pelaksanaan perda dan APBD tahun 2010 sesuai dengan ruang lingkup tugas masing-masing, dan akan dijelaskan lebih lanjut di bagian lain. Namun sekilas menyajikan pendapat masyarakat terkait dengan pengawasan komisi-komisi di DPRD Padang Lawas terhadap pelaksanaan APBD 2010, masyarakat berpendapat pengwasan DPRD pada APBD tahun 2010 kurang baik. Hal ini ditandai dengan beruntunnya persoalan-persoalan yang terjadi menyangkut pelaksanaan APBD tahun 2010. Termasuk daya serap APBD yang rendah. 4. Terkait tugas badan legislasi daerah a. Rencana kerja dan kegiatan balegda belum terbentuk b.Rancangan program legislasi yang memuat daftar urutan dan prioritas rancangan perda untuk setiap tahun anggaran tidak berjalan dengan baik. Universitas Sumatera Utara 5. Terkait tugas badan anggaran Masih kurang optimalnya saran yang disampaikan kepada kepala daerah tentang rancangan perda APBD tahun 2010, tentang perubahan P-APBD dan pertanggungjawaban APBD. Hal ini ditandai keterlambatan dan kurang maksimalnya pembahasan-pembahasan tentang RAPBD, P-APBD, dan terlebih-lebih LKPJ tahun 2010. Dan diyakini ternyata PAD maupun realisasi anggaran jauh dari target. Miliaran rupiah juga kembali ke kas daerah dan negara. Persoalan ini tentu dipengaruhi Visi-misi, RPJMD yang belum jelas, sehingga melemahkan realisasi anggaran dalam APBD 2010. 6. Terkait tugas badan kehormatan dewan Masih terdapatnya anggota dewan yang kehadiran dan keaktifannya sudah melewati ambang batas kewajaran, namun tidak ada peringatan dan sanksi yang tegas dari BK. Padahal ini sudah menyangkut disiplin atau kepatuhan terhadap moral, etika dan tata tertib dewan yang mempengaruhi martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas DPRD. Dari hasil penelitian tersebut, baik terkait jalannya tugas dan tanggungjawab badan kelengkapan dewan Padang Lawas, dimana terdapat persoalan-persoalan serius yang merupakan bagian yang sangat mempengaruhi optimalnya pengawasan. Demikian halnya dengan agenda dan rumusan Pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap Pelaksanaan APBD tahun 2010, bahwa ternyata tidak terformat dengan baik. Akibat tidak adanya mekanisme tersendiri tentang pelaksanaan fungsi pengawasan, perencanaan agenda pengawasan, akhirnya tahapan-tahapan pengawasan tidak terbentuk secara teratur. Pada akhirnya pengawasan DPRD Padang Lawas tidak terukur dan akuntabel. Misalnya penentuan tahapan-tahapan pengawasan yang dibagi ke dalam beberapa Universitas Sumatera Utara tahap selama satu tahun pengawasan pelaksanaan APBD tahun 2010, untuk memudahkan kerja-kerja pengawasan serta agar lebih terfokus. Menyiapkan alat analisis dan kendali dalam melakukan perbandingan harga atau capaian substantif dalam pelaksanaan proyek atau program di lapangan. Merencanakan dan melaksanakan keterlibatan tim ahli dalam melakukan pengawasan di lapangan. Merencanakan dan melaksanakan keterlibatan masyarakat luas untuk sama-sama melakukan pengawasan di lapangan. Untuk diketahui, dalam R-APBD Padang Lawas tahun 2010 dengan rincian sebagai berikut : Pendapatan Rp.362.737.756.612 Belanja a.tidak langsung Rp 142.251.442.418 b.tidak langsung Rp.248.616.314.194 Pembiayaan a.Penerimaan Rp. 20.000.000.000 b.Pengeluaran Rp.- Devisit Rp. 8.130.000.000 Parahnya lagi, saat dilakukan penelitian melalui wawancara, hingga saat sekarang ini fraksi-fraksi di DPRD Padang Lawas belum menerima Buku APBD yang disahkan. Sebagaimana pengakuan Erwin Pane SH, dari fraksi PPP. Padahal ini wajib diberikan pemerintah eksekutif kepada DPRD dan bahkan kepada publik sebagai bentuk transparansi dan keterbukaan publik sebagaimana diatur dalam Undang-undang No.14 tahun 2008. Namun bila ini benar adanya, fraksi belum mendapat buku APBD yang disahkan, berarti DPRD Padang Lawas benar- benar diabaikan pemerintah dan membuktikan lemahnya upaya dewan dalam menyelesaikan suatu persoalan. Universitas Sumatera Utara Sementara kenyataan di lapangan banyak program atau proyek APBD tahun 2010 yang pelaksanaannya tidak baik, bahkan sebagian di antaranya kategori amburadul dan gagal total. Pengeluaran yang patut dipertanyakan, baik pengeluaran rutin yang terdiri dari belanja aparatur pegawai dan pengeluaran pembangunan yang terdiri dari belanja modal investasi non pegawai yang mencakup beberapa sektor. Belanja rutin, misalnya biaya perjalanan dinas di lingkungan kantor Bupati dan Sekretariat Daerah, sekitar 4 M, diduga banyak masalah. Belanja langsung, misalnya belanja pengadaan meubiler kecamatan senilai Rp. 1.050.000.000,-, juga diduga kuat terjadi mark-up pembengkakan dan tidak didistribusikan ke kecamatan-kecamatan dengan baik. Biaya perawatan jalan sekitar Rp.800.000.000,- tidak jelas pelaksanaannya. Biaya penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD senilai 2 M juga tidak jelas dikemanakan, karena sepanjang tahun 2010 sama sekali tidak ada pembahasan RPJPD. Begitu juga dengan program MTQ tahun 2010 yang dianggarkan sebesar 1,4 M, sementara berdasarkan informasi yang beredar masih dilakukan ‘pungutan’ terhadap guru-guru PNS dengan jumlah yang bervariasi, antara Rp.15.000 – 50.000 yang peruntukannya untuk kebutuhan penyelenggaraan MTQ tahun 2010 di Lapangan Mahato, Sosa. Sama halnya dengan Dana Bantuan Operasional Sekolah BOS tahun 2010 juga terjadi penyalahgunaan. Belanja pembangunan belanja modal investasi seperti bantuan sosial, belanja gedung dan bangunan diyakini juga diselimuti banyak persoalan yang berbau korupsi. Dan kenyataan yang paling nyata disaksikan dan dirasakan masyarakat adalah amburadulnya pembangunan Jalan Jembatan. Seperti Jalan Sibuhuan - Hapung senilai sekitar Rp.800.000.000,-, Pembangunan Jembatan Aek Barumun Desa Sidondong, Barumun Tengah, senilai Rp.1.100.000.000, gred 5, Universitas Sumatera Utara Pembangunan Jembatan Aek Nanggulon Namenek Desa Gn.Matinggi, senilai Rp.950.000.000,-gred 4, Pembangunan Jembatan GantungRambin Desa Sabarimba, senilai 900.000.000, gred 4, Pembangunan Jembatan GantungRambin Desa, Sosa, senilai 750.000.000, gred 4 tidak jelas alias diduga fiktif, Pembangunan Jembatan GantungRambin Deas handio, Sosa, 700.000.000,- gred 4, Peningkatan Jalan Srimalo, Barumun, 200.000.000, gred 2, Peningkatan Jalan Sisupak – Pasar Latong lingkar luar, 800.000.000,- Pembangunan Jalan Jembatan Sp.Kemiri – Siborna, 650.000.000,-. Pengawasan bidang keciptakaryaan, 250.000.000, gred 2. Begitu juga dengan pembangunan Irigasi, pasar, dan Jaringan. Kemudian rencana kegiatan bidang pertanian dan ketahanan pangan Padang Lawas, seperti pembangunan kantor balai pertanian Kecamatan Batang Lubu Sutam, pembangunan Rumah Kompos Desa Batu Gaja, Kec. Sosa, pembangunan Rumah Kompos Desa Paringgonan Kec. Ulu Barumun, rehab jaringan irigasi Desa Padang Garugur Jae, Kec.Barumun Tengah, rehab saluran irigasi Desa Pagaranbira Jae, Kec.Sosopan. Semuanya dilakukan tanpa perencanaan yang matang dan tanpa pelaksanaan yang serius. Selanjutnya terkait polemik atau kasus proyek pembangunan prasarana pemerintahan dengan sistem Multi Years tahun jamak tahun berjalan 2010 senilai sekitar 216 M, juga sarat korupsi. Dan sebelumnya telah terkuak di permukaan dalam proyek ini terjadi korupsi senilai 6,7 M. Di samping itu, proyek Multi Years ini masih dalam masalah besar, yakni cacat demi hukum karena tidak sesuai mekanisme dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Banyaknya proyek APBD tahun 2010 yang proses tendernya asal-asalan alias telah diformat dan ditentukan lebih dahulu pemenangnya dan ini telah menjadi rahasia umum. Proyek yang seharusnya ditenderkan, tapi malah dilakukan penunjukan langsung. Universitas Sumatera Utara Begitu juga dengan implementasi di lapangan banyak yang mengalami resistensi, penolakan, dan berbagai masalah lainnya dari warga yang bersinggungan langsung dengan proyek tersebut. Contohnya, proyek pelebaran jalan di sekitar Ibukota Sibuhuan, akibat tidak ada sosialisasi yang baik maka proyek tidak berlanjut alias tertunda. Di bidang Kehutanan, perambahan hutan telah berulang kali terjadi di Padang Lawas. Seperti di Kec. Sosopan, Kec. Aek Nabara Barumun, Sosa dan Batang Lubu Sutam. Dana reboisasi sekitar 5 M, diduga dikorupsi karena tidak jelasnya letak titik-titik reboisasi yang dilakukan Dinas Kehutanan. Namun pengawasan di bidang kehutanan relatif lebih baik daripada pengawasan di bidang lain. Meski penyelesaian persoalan ini juga lebih dimotori masyarakat dan pers, namun partisipasi dewan Padang Lawas cukup terasa dalam penuntasan kasus- kasus peramabahan hutan tersebut. Di bidang pemerintahan, Sekretaris Daerah masih rangkap jabatan yang sekaligus sebagai Plt.Kadis Pendapatan, tentu ini cukup mengganggu efektifitas dan efisiensi serta akuntabilitas tugas dan tanggungjawab. Kemudian, pengangkatan pejabat eselon III dan IV yang baru-baru ini April 2011 dilantik, juga tidak sesuai mekanisme, yakni tanpa melewati proses Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan Baperjakat. Tidak menerapkan prinsip the right man on the right place orang yang benar berada di tempat yang tepat, seperti Guru diangkat jadi Sekretaris Dinas PU Pekerjaan Umum, Guru diangkat jadi salah satu Kabid di Dinas Pertambangan, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan pelayanan KTP, kartu keluarga, akta kelahiran, surat miskin, dan lain sebagainya, juga belum lepas dari budaya yang selama ini terjadi, yaitu budaya ‘tips’ atau ‘pelicin’. Selain ini tidak dibenarkan, tentu tidak semua Universitas Sumatera Utara masyarakat sanggup, dan ternyata ada tidaknya ‘pelicin’ sangat mempengaruhi kelancaran proses pengurusan tersebut di atas. Padahal hal ini merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat dan cukup membantu pemerintah dalam menjalankan programnya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya. Kondisi tersebut di atas berdasarkan penelusuran informasi yang dilakukan. Dimana sebagian di antaranya diakui pejabat di salah satu SKPD bagian pengawasan. Pengakuan beberapa guru yang berstatus PNS, salah satu diantaranya pengakuan Ikhsanul Nasir Hasibuan, A.Ag Kepala SMP Swasta Abdi Utama-Sibuhuan. Penjajakan oleh beberapa tokoh masyarakat dan tokoh pemuda beserta pers Idaham Butar-butar, Wartawan Waspada. Serta menghimpun isu yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Apa yang disampaikan tersebut di atas diyakini baru sebagian kecil dari penyalahgunaan APBD Padang Lawas tahun 2010, dan hal ini tentu merupakan cermin dari segenap penyelenggaraan APBD tahun 2010. Hemat penulis dan dari hasil jajak pendapat yang dilakukan bahwa pelaksanaan APBD Padang Lawas tahun 2010 benar-benar sarat dengan prilaku koruptif, kolusi dan nepotisme KKN. Belum lagi memperdebatkan program pemerintah sebagai turunan dari visi-misi yang termaktub dalam istilah “Bercahaya” yakni Beriman, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Berbudaya”. Tentu diyakini makin melebar dan mendalam bagaimana pengintegrasiannya, bila ditinjau, dari berbagai sudut, baik filosofis, praktis, realistis, serta target jangka panjangnya. Artinya, dapat diambil kesimpulan sementara, tapi diyakini kesimpulan ini akurat, tentang perjalanan APBD Padang Lawas tahun 2010, yaitu: a. APBDpembangunan Padang Lawas tahun 2010 tidak terencana dengan baik Universitas Sumatera Utara b. Penyusunan dan pembahasan APBD 2010 tidak melewati substansi proyeksi, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan target serta capaiannya. Juga kaitannya dengan sinkronisasi kebijakan programkegiatan antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah sebagaimana himbauan yang bersifat yuridis dalam Permendagri No. 25 tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan APBD tahun 2010. c. APBD 2010 belum dikelola secara transparan, efisien, efektif dan akuntabel. Bahwa, diduga banyak sekali anggaran APBD tahun 2010 yang tidak mengindahkan asas umum pelaksanaan APBD sebagaimana ditegaskan dalam peraturan yang mengaturnya. d. Sehingga APBDpembangunan 2010 belum menyentuh kebutuhan masyarakat dan belum sinkron dengan segenap potensi sumber daya yang ada di Padang Lawas. e. APBD 2010 tidak mencerminkan pelayanan publik yang baik dan tidak jalannya fungsi-fungsi anggaran f. Masyarakat semakin apatis terhadap proses dan hasil pembangunan g. APBD 2010 sebagai Kebijakan Pemda ternyata mengalami resistensi pada implementasi di lapangan h. Tingginya Penyalahgunaan APBD tahun 2010 yakni nuansa KKN Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. i. Sehingga APBD Padang Lawas tahun 2010 sangat jauh dari substansi Permendagri No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Banyak mengabaikan perintah pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam PP No.58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Universitas Sumatera Utara Artinya juga, pelaksanaan APBD Padang Lawas tahun 2010 benar-benar jauh dari harapan rakyat. Benar, pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap Pelaksanaan APBD tahun 2010 sebagian dijalankan dan telah disampaikan kepada Bupati Basyrah Lubis, SH serta pimpinan atau perjabat terkait di SKPD, baik melalui rapat paripurna maupun melalui rapat dengar pendapat dan juga lewat konferensi pers dewan. Hal tersebut disampaikan Ir.H.Syarifuddin Hasibuan dari fraksi Golkar dan H.Amir Husin Hasibuan selaku Ketua Komisi A. Di luar persoalan itu, berkaitan dengan pengaduan masyarakat kepada dewan, di antaranya telah diselesaikan, sebagian sedang dalam proses penyelesaian, dan sebagiannya lagi tidak jelas penyelesaiannya. Namun, Pengawasan DPRD dan penyelesaian terhadap persoalan yang berkembang tersebut di atas yang telah dipaparkan dengan konkrit, meski belum rinci, tapi turut meresahkan masyarakat dan para pemerhati Padang Lawas, hampir sama sekali tidak ditindaklanjuti. Bahwa masih terjadi kesenjangan yang tinggi antara banyaknya persoalan, terkait pelaksanaan APBD Padang Lawas tahun 2010, dengan apa yang telah ditindaklanjuti dengan serius dan mendapat penyelesaian dari DPRD. Kemudian, hampir tidak ada langkah antisipasi dan represif DPRD Padang Lawas terhadap persoalan-persoalan yang terjadi dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Agar terselenggaranya pelaksanaan APBD yang sesuai dengan kaidah-kaidah serta manfaat visionernya dari berbagai sudut atau dimensi dalam pengawasan yang harus dijalankan dengan sebaik- baiknya. Termasuk apakah pelayanan pemerintah sudah mencapai standar pelayanan minimal, dan ukuran-ukuran lainnya. Universitas Sumatera Utara Pun bila ada pengawasan terhadap sebagian laporan masyarakat dan informasi yang berkembang, tapi kadarnya belum optimal dan belum menyeluruh di semua fraksi maupun alat kelengkapan dewan yang berkaitan, dan ternyata tidak ada ringkasan pengawasan yang dilakukan terhadap itu. Padahal sebagian diantaranya telah diaspirasikan lewat unjuk rasa mahasiswa dan masyarakat, sejak umur pemerintahan terpilih baru 1 satu tahun. Kondisi yang demikian di atas, sebagaimana hasil penelitian, salah satunya diakibatkan karena Pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap pelaksanaan APBD tahun 2010 tidak terformat dengan baik. Pengawasan langsung ke lapanganpun sering bersifat insidentil dan terdorong karena adanya pengaduan masyarakat. Sehingga belum pernah terdengar adanya inisiatif dari dewan. Dan belum pernah dilakukan penyidikan terhadap penyimpangan APBD Padang Lawas tahun 2010 atas temuan dan prakarsa DPRD sendiri. Padahal beberapa persoalan di antaranya layak menggunakan hak interprelasi atau hak angket dewan, contohnya masalah proyek pembangunan prasarana pemerintahan dengan sistem Multi Years yang benar-benar cacat demi hukum dan terindikasi syarat penyimpangan anggaran. Proyek Multi Years ini tanpa payung hukum yang jelas dan dijalankan dengan sangat tidak terbuka. Anehnya, proyek ini tidak tertampung di Kementerian Keuangan sebagai proyek yang dibiayai APBN. Sebagaimana diatur dalam undang-undang dan tertuang pada tata tertib DPRD Padang Lawas pada Bab VI tentang Pelaksanaan Hak DPRD pasal 8 ayat 2 dan 3, hak interprelasi digunakan bila adanya persoalan kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat dan bernegara. Sedangkan kasus Multi Years tentu sudah memenuhi sarat itu, terlebih- lebih bagi Padang Lawas sebagai daerah baru yang butuh perlindungan ketat dari Universitas Sumatera Utara segala sisi. Bahwa selama ini dewan masih menggunakan hak menyatakan pendapat, dan itu pun dengan intensitas yang belum maksimal dan tanpa penekanan yang benar-benar ‘mengahajar’. Berangkat dari paparan tersebut di atas sebagai cermin perjalanan tugas DPRD Padang Lawas, baik dilihat tanggungjawab dewan secara kolektif kolegial, maupun dilihat dari tugas masing-masing alat kelengkapan dewan, apa lagi secara perseorangan, dalam menjalankan fungsi Pengawasan terhadap Pelaksanaan APBD tahun 2010 benar-benar kurang baik. Kesimpulan ini juga didukung pernyataan hampir keseluruhan dari anggota DPRD Padang Lawas yang diteliti melalui pengisian quisioner dan wawancara yang dilakukan. Begitu juga dengan pendapat tokoh-tokoh masyarakat dan pers terhadap jalannya fungsi pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap pelaksanaan APBD tahun 2010 sama dengan pengakuan tersebut. Padahal untuk menyikapi adanya penyimpangan terhadap pelaksanaan APBD tahun 2010, DPRD Padang Lawas dapat melakukan : a Evaluasi mendalam terhadap masalah penyimpangan dan melakukan koordinasi dengan Dinas yang bersangkutan serta memberikan arahan, teguran sesuai dengan mekanismeprosedur yang ada. b Melakukan penyelesaian masalah penyimpangan melalui rapat kerja dengan dinas terkait. c Melakukan rapat dengar pendapat secara intens dengan pihak terkait untuk mencari solusi dalam menyelaseikan masalah penyimpangan tersebut. 4 Membentuk tim investigasi terhadap skala prioritas yang akan diselesaikan terhadap temuan-temuan dan informasi yang ada. Universitas Sumatera Utara

b. Menjaring Aspirasi Masyarakat

Sebagai bentuk Pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap Pelaksanaan APBD tahun 2010, DPRD Padang Lawas juga melakukan penjaringan aspirasi baik dalam bentuk formal yang diagenda DPRD maupun informal, termasuk keterwakilan DPRD untuk menghadiri undangan diskusi atau dialog yang dilakukan masyarakat. Reses, merupakan bentuk pengawasan formal yang diagendakan DPRD. Reses idealnya dilakukan 3 kali dalam satu tahun. Reses bertujuan untuk menjaring aspirasi masyarakat dengan cara menemui konstituen, dan menyerap masukan dari masyarakat dalam rangka untuk percepatan pembangunan. Konkritnya, masyarakat dapat mengusulkan proyek pembangunan di daerah untuk diperjuangkan di tahun anggaran berikutnya atau di waktu perubahan APBD P-APBD. Masyarakat juga bisa mengadukan prihal temuan pelanggaran-pelanggaran dalam pelaksanaan proyek pembangunan atau penyalahgunaan anggaran APBD lewat belanja non-pembangunan fisik. Dalam hal ini DPRD Padang Lawas melakukan reses tiga kali selama tahun anggaran 2010. Dari data yang diperoleh dan informasi dari masyarakat yang pernah mengikuti reses anggota DPRD Padang Lawas, terlihat bahwa reses lebih dominan seremonial ketimbang maksud yang sesungguhnya diharapkan dari kegiatan reses. Nuansa ‘pesta kecil’ dan bagi-bagi ‘angpao’ lebih kelihatan daripada proses penjaringan aspirasi. Parahnya, hampir tidak ada pendidikan politik yang diberikan anggota DPRD kepada konstituen sebagai objek janji politik yang dikumandangkan semasa kampanye. Sehingga kondisi yang dialami masyarakat banyak yang akhirnya tidak terakomodasi dalam reses tersebut dan masyarakat terkesan masih takut menyampaikan secara vulgar tentang apa yang menjadi kebutuhan mereka. Sehingga usulan yang disimpulkan pun relative Universitas Sumatera Utara sedikit dan tidak memiliki nilai tawar yang kuat dan terkesan tidak memiliki muatan kontrak politik di dalam usulan yang disampaikan. Padahal ini perlu agar DPRD yang bersangkutan benar-benar merasa terbebani dan bertanggungjawab akan keinginan atau aspirasi masyarakat. Contohnya, reses periode III anggota DPRD daerah pemilihan dapem III, Kec. Barumun Tengah dan Huristak. Gambaran yang disampaikan di atas sepertinya terjadi pada reses anggota DPRD dapem III. Di samping itu, kejujuran anggota DPRD dalam penggunaan anggaran reses juga belum baik. Contohnya, biaya sewa gedung tempat memiliki kesamaan biaya, sementara di tempat yang berbeda-beda, yaitu sebesar Rp.833.100,- sedangkan dari dokumentasi reses tersebut, kelihatan bahwa tempat yang digunakan pada umumnya adalah rumah warga. Sedangkan terkait dengan tugas DPRD Padang Lawas dalam hal penjaringan aspirasi masyarakat sebagaimana diatur pada pasal 135 tata tertib dewan, pada umumnya tidak terlaksana. Termasuk di antaranya, website DPRD Padang Lawas, pembukaan kotak pos khusus, kotak saran di tempat strategis, membuat dan menyebarkan quisioner, hingga saat sekarang ini tidak jalan. Padahal, hal itu juga merupakan bagian besar dari pengejewantahan fungsi pengawasan DPRD. C.4.Pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD tahun 2010 Bahwa untuk melakukan penilaian yang lebih utuh, terperinci dan konfeherenship menyeluruh terhadap kinerja pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap pelaksanaan APBD tahun 2010 tentu harus melihat Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD tahun 2010. Sejauhmana DPRD Padang Universitas Sumatera Utara Lawas melihat dan menyimpulkan tentang pelaksanaan APBD tahun 2010 dalam Laporan Pertanggungjawaban Lpj. Pelaksanaan APBD tahun 2010, sejauh itu pula dapat lebih utuh, detail, dan menyeluruh dalam menilai dan menyimpulkan kinerja atau jalannya fungsi pengawasan. Bila LKPJ bersifat laporan kinerja keseluruhan pemerintah eksekutif, maka Lpj. Pelaksanaan APBD bersifat laporan keuangan. Lpj. APBD dan LKPJ adalah dua instrumen yang tidak bisa dipisahkan dalam menilai pelaksanaan APBD. Masalahnya, Lpj. Pelaksanaan APBD Padang Lawas tahun 2010 dan LKPJ hingga sekarang awal Juni 2011 belum diparipurnakan. Namun seperti yang telah diuraikan panjang lebar sebelumnya, pun belum ada paripurna Lpj.APBD dan LKPJ, pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap Pelaksanaan APBD tahun 2010 tentu dapat diukur, dinilai dan disimpulkan. Bahwa apa yang disampaikan di atas adalah merupakan fakta-fakta dan data untuk mengurainya. Dan Pelaksanaan APBD dan LKPJ tahun 2010 diyakini tidak akan terpenuhi sebagaimana yang diharapkan ketentuan dalam pasal 184 Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 mengatakan : 1. Kepala Daerah menyampaikan rancangan perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 6 enam bulan setelah tahun anggaran berakhir. 2. Laporan keuangan sekurang-kurangnya meliputi laporan realisasi APBD, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuanganbadan usaha milik daerah. 3. Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Universitas Sumatera Utara C.5. Pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap Laporan Keterangan Pertanggungjawaban LKPJ Bupati tahun 2010 Kembali, dan kembali lagi disampaikan kondisi memprihatinkan tentang APBD Padang Lawas tahun 2010, hingga saat ini belum dipertanggungjawabkan. Saat penelitian ini dilakukan ternyata belum ada tanda-tanda yang menjanjikan tentang kepastian waktu penyampaian Laporan Keterangan Pertanggungjawaban LKPJ yang didalamnya pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Bupati Padang Lawas tahun 2010. Untuk masalah ini, DPRD Padang Lawas telah menyurati Bupati yang kemudian dibalas dengan mohon eksekutif dikasih waktu. Perlu dikritik, bahwa surat panggilan DPRD Padang Lawas kepada Bupati untuk menyampaikan LKPJ disampaikan cukup terlambat. DPRD menyurati Bupati Padang Lawas di akhir April 2011. Memang benar, sesuai dengan pasal 184 Undang-Undang nomor 32 tahun 2004, LKPJ yang telah diperiksa BPK disampaikan kepada DPRD paling lama 6 enam bulan setelah anggaran berakhir. Namun untuk memberikan pendidikan politik bagi eksekutif atau sebagai bentuk antisipasi dewan idealnya surat panggilan penyampaian LKPJ dilayangkan awal tahun atau dua bulan awal tahun. Meski LKPJ Bupati Padang Lawas belum disampaikan, tapi dari gambaran tersebut di atas, sesuai dengan kesimpulan yang diurai sebelumnya, dapat ditaksir pengelolaan atau pelaksanaan APBD tahun 2010 benar-benar tidak baik untuk tidak mengatakan buruk. Daya serap APBD Padang Lawas rendah. Sebagai akumulasi dari segenap masalah atau kondisi APBD Padang Lawas tahun 2010 akhirnya menimbulkan keterlambatan menyampaikan R-APBD tahun 2011. Akibat keterlambatan menyampaikan R-APBD tahun 2011, Padang Lawas masuk dalam daftar daerah yang kena sanksi penundaan DAU Dana Alokasi Umum Universitas Sumatera Utara sebesar 25 oleh Kementerian Keuangan RI. Dalam konteks Pengawasan DPRD Padang Lawas terhadap LKPJ Bupati tahun 2010 tentu belum bisa diuraikan. Karena LKPJ belum ada sama sekali. Sehingga penulis tidak tahu yang mana dari masing-masing struktur APBD Padang Lawas tahun anggaran 2010 yang mendapat pengawasan dari DPRD. Kebijakan, program dan proyek pembangunan yang mana yang mendapat pengawasan DPRD Padang Lawas, tentu belum bisa disimpulkan. Universitas Sumatera Utara

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI KENDALA PENGAWASAN DPRD PADANG LAWAS TERHADAP PELAKSANAAN APBD