C. Audit Delay
Pelaporan keuangan akan lebih bermanfaat bila disampaikan secara tepat waktu. Informasi nya akan relevan bagi pemakai bila tersedia tepat waktu sebelum
pemakai kehilangan kesempatan atau kemampuan untuk pengambilan keputusan. Audit delay didefinisikan sebagai lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur
dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit Ashton, 1987.
Berdasarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan paragraph 24 IAI, 2002 laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik
kualitatif yang merupakan ciri khas dalam membuat informasi laporan keuangan berguna bagi para pengguna. Empat karakteristik itu adalah dapat dipahami,
relevan, keandalan dan dapat dibandingkan. Tepat waktu merupakan salah satu kendala informasi yang relevan dan andal.
Dalam melaksanakan audit, auditor biasanya melakukan suatu perencanaan dengan membuat anggaran waktu time budget yang menetapkan pedoman
mengenai jumlah waktu masing-masing kegiatan audit. Anggaran tersebut merupakan suatu pedoman, namun tidak absolut. Apabila auditor menyimpang
dari program audit akibat suatu kondisi, auditor juga mungkin terpaksa menyimpang dari anggaran waktu. Terdapat tekanan bagi auditor dalam hal ini,
antara memenuhi anggaran waktu untuk menunjukkan efisiensi dan evaluasi kinerjanya atau tetap pada profesionalitasnya sesuai dengan Standard
Pemerikasaan Akuntan Publik SPAP yang menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian serta alat-alat pengumpulan
Universitas Sumatera Utara
bukti yang cukup memadai. Bila tidak sesuai dengan tujuan pokok audit, maka informasi yang disampaikan juga tidak baik dan dapat merugikan. Proses audit
sangat memerlukan waktu sehingga berakibat kepada audit delay yang nantinya berpengaruh pada ketidaktepatan waktu pelaporan keuangan.
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay 1. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Profitabilitas
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang merupakan informasi penting bagi investor. Semakin besar rasio profitabilitas, semakin baik
perusahaan dalam menghasilkan laba. Perusahaan yang mengalami laba, cenderung menyerahkan laporan keuangannya tepat waktu, lebih cepat daripada
yang tingkat profitabilitasnya rendah. Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu
perusahaan dalam penelitian ini adalah return on asset ROA, rasio yang mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya alam oleh perusahaan. Alasan
pemilihan ROA yaitu Lestari, 2010: a.
Sifatnya yang menyeluruh, dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal, efisiensi produk, dan efisiensi penjualan.
b. Apabila perusahaan mempunyai data industri, ROA dapat digunakan
untuk mengukur rasio industri sehingga dapat dibandingkan dengan perusahaan lain.
c. ROA dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing
produk yang dihasilkan oleh perusahaan. d.
ROA dapat digunakan untuk mengukur efisiensi kinerja masingmasing divisi.
e. ROA dapat digunakan sebagai fungsi kontrol dan fungsi perencanaan.
Universitas Sumatera Utara
Return On Asset ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:
2. Solvabilitas
Rasio solvabilitas disebut juga dengan rasio leverage. Solvabilitas perusahaan dapat dihitung melalui beberapa rasio seperti debt to total asset, debt to equity
ratio, debt to total capitalization ratio. Dalam penelitian ini hanya berfokus pada debt to equity ratio yang dirumuskan:
Debt to equity ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan equity yang dimilikinya. Rasio ini menunjukkan resiko suatu
perusahaan sehingga berdampak pada ketidakpastian harga saham. Untuk keamanan pihak luar, rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah
utang atau minimal sama Harahap, 2008. Tingginya resiko ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa perusahaan
tersebut tidak bisa melunasi kewajiban atau hutangnya baik berupa pokok maupun bunga. Resiko perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan
mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat. Pihak manajemen
cenderung menunda penyampaian laporan keuangan berisi berita buruk. Ukago, 2005 dalam Lestari, 2010.
Universitas Sumatera Utara
3. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan biasanya diukur melalui total nilai aktiva atau Total Asset. Total nilai aktiva terdiri dari jumlah current asset, fixed asset, intangible
asset dan investment. McHugh 1975 dalam Ahmad et al 2003 berargumen bahwa manajemen perusahaan dengan sumber daya asset yang besar memiliki
insentif yang lebih besar untuk mengurangi audit delay dan mempercepat pelaporan keuangan ke publik karena adanya pengawasan dari investor, regulator
dan masyarakat. Perusahaan besar lebih memiliki internal control yang kuat yang dapat mengurangi kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat diandalkan serta
dipercaya oleh auditor, sehingga tidak memerlukan pemeriksaan intensif carslaw, 1991.
4. Kualitas Kantor Akuntan Publik dan Auditor
Kantor Akuntan Publik KAP adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berusaha dibidang pemberian jasa professional dalam praktek akuntan publik rachmawati , 2008.
Kualitas auditor dapat diketahui dari besarnya perusahaan audit yang melaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan, bersandar pada apakah
Kantor Akuntan Publik KAP berafiliasi dengan the big four atau tidak. Carslaw dan Kaplan 1991 menyebutkan tidak adanya hubungan positif yang signifikan
antara audit delay dan kualitas auditor, sementara Gilling 1977 dalam Hossain dan Taylor 1998 menunjukkan adanya korelasi positif antara kedua hal tersebut
. Adapun kategori the big four di Indonesia yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. KAP Price Waterhouse Coopers PWC, bekerjasama dengan KAP Drs.
Hadi Sutanto Rekan, Haryanto Sahari Rekan. b.
KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler KPMG, bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta Widjaja.
c. KAP Ernest Young E Y, bekerjasama dengan KAP Purwantono,
Sarwoko, Sanjadja. d.
KAP Deloitte Touche Thomatsu Deloitte, bekerjasama dengan KAP Hans Tuanakotta Mustofa, Osman Ramli Satrio Rekan.
5. Jenis Industri
Jenis industri diklasifikasikan menjadi sektor keuangan dan non-keuangan. Menurut penelitian sebelumnya Ashton et.al 1987 dan Carslaw 1991
berpendapat perusahaan sektor keuangan memilki audit delay yang lebih pendek atau berpengaruh negatif terhadap audit delay. Penelitian yang dilakukan oleh
Ashton, Willingham dan Elliot 1987 mengklasifikasikan jenis industri menjadi dua kelompok yaitu perusahaan manufaktur, dagang, perusahaan minyak dan gas
sebagai sub sampel industri. Sedangkan bank komersial, simpan pinjam, bank penyimpanan dan perusahaan asuransi sebagai sub sampel perusahaan finansial.
Hasil dan penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan industri mengalami audit delay yang lebih panjang dibandingkan perusahaan finansial.
Penelitian yang dilakukan Carslaw dan Kaplan 1991 dengan sampel 245 perusahaan ditahun 1987 dan 206 perusahaan ditahun 1988 mengklasifikasikan
yang ada di New Zelland Stock Exchange menjadi dua kelompok: industri finasial dengan industri lain selain industri finansial dimana klasifikasi ini dilakukan sama
Universitas Sumatera Utara
dengan penelitian Ashton 1987. Hasil yang diperoleh adalah pada tahun 198 perusahaan finansial mengalami audit delay yang lebih singkat. Sedangkan
ditahun 1987 tidak tercapai tingkat signifikan yang seharusnya. Penelitian yang dilakukan oleh Halim 2000 dengan jumlah sampel 177
emiten tahun 1993, 1995, dan 1997 mengklasifikasikan perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta menjadi dua sub sampel industri dan finansial.
Hasil yang diperoleh adalah rata-rata audit delay antara perusahaan finansial dan non finansial tidak berbeda jauh. Rachmawati, 2008
Audit delay diharapkan untuk lebih singkat pada perusahaan finansial karena perusahaan dengan jenis tersebut mempunyai sedikit persediaan atau bahkan tidak
sama sekali sehingga waktu audit yang dibutuhkan tidak lama. Selain itu kebanyakan asset yang dimiliki berbentuk nilai moneter sehingga lebih mudah
diukur dibandingkan dengan perusahaan non finansial, kebanyakan asset yang dimiliki berbentuk fisik seperti persediaan, aktiva tetap, dan aktiva tidak
berwujud.
6. Opini Auditor
Opini atau pendapat audit merupakan kesimpulan auditor berdasarkan hasil audit. Auditor menyatakan pendapatnya berpijak pada audit yang dilaksanakan
berdasarkan standar auditing dan atas temuan-temuannya. Standar auditing antara lain memuat empat standar pelaporan. Dalam hal pemberian opini, Standar
Pelaporan keempat dalam SPAP IAI 2001 memaparkan: Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan,
maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan
Universitas Sumatera Utara
laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat
tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Menurut IAI dalam Standar Profesional Akuntan Publik PSA 29 SA Seksi 508, lima jenis pendapat akuntan yaitu:
a. Pendapat wajar tanpa pengecualian Unqualified Opinion.
Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia IAI, 2001. Kesesuaian
dengan prinsip akuntansi berterima umum ini dipaparkan lebih lanjut oleh Arens dkk 2008, jika memenuhi kondisi berikut:
• Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun
laporan keuangan. •
Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.
• Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah
digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan
Unqualified Opinion with Explanatory Language. IAI 2001 memuat penjelasan, bahwa keadaan tertentu mungkin
mengharuskan auditor untuk menambahkan suatu paragraf penjelasan atau bahasa penjelasan yang lain dalam laporan auditnya.
c. Pendapat wajar dengan pengecualian Qualified Opinion
Jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut, ia akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit:
• Lingkup audit dibatasi oleh klien.
• Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak
dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar jangkauan kekuasaan klien maupun auditor.
• Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum. •
Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyususnan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
Dengan demikian pendapat wajar dengan pengecualian ini menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak
hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
d. Pendapat tidak wajar Adverse Opinion
Universitas Sumatera Utara
Pendapat tidak wajar dimaknai laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Keterangan lebih lanjut dideskripsikan oleh Mulyadi 2000 bahwasanya laporan
keuangan yang diberi pendapat tidak wajar oleh auditor memuat informasi yang sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat
dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
e. Pernyataan tidak memberikan pendapat Disclaimer of Opinion,
Auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan.
Pernyataan Carslaw dan Kaplan 1991 menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara opini auditor dengan audit delay. Perusahaan yang tidak
menerima jenis pendapat akuntan wajar tanpa pengecualian akan menunjukkan audit delay lebih panjang dibanding perusahaan yang menerima opini wajar tanpa
pengecualian. Hal ini terjadi karena proses pemberian pendapat selain wajar tanpa pengecualian melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit
yang lebih senior atau staf teknis lainnya dan perluasan lingkup audit. Selain itu, perusahaan yang menerima opini selain wajar tanpa pengecualian dianggap
sebagai bad news sehingga penyampaian laporan keuangan akan diperlambat.
7. Extraordinary Item
Beberapa penelitian sebelumnya memasukkan extraordinary item sebagai faktor yang mempengaruhi audit delay Ashton, 1989 ; Carslaw, 1991 ; Bamber,
1993. Carslaw 1991 menemukan bahwa extraordinary item secara positif berpengaruh terhadap audit delay.
Item – item luar biasa adalah kejadian material yang jarang terjadi dan tidak berasal dari kegiatan operasi normal perusahaan Kieso, 2002. Item – item luar
biasa memiliki dua kategori yang harus dipenuhi yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Bersifat tidak biasa, artinya memiliki tingkat abnormalitas yang tinggi dan
tidak berhubungan dengan aktivitas operasi normal perusahaan, dengan memperhitungkan kondisi lingkungan.
b. Jarang terjadi, artinya diharapkan tidak akan terjadi kembali di masa yang
akan datang, dengan memperhatikan kondisi lingkungan. Terdapat beberapa pengecualian mengenai item – item luar biasa, dimana item
– item ini tidak dianggap sebagai item luar biasa yaitu kieso, 2002 : a.
Penurunan atau penghapusan piutang, persediaan dan peralatan yang dilease pada pihak lain, biaya penelitian dan pengembangan yang
ditangguhkan serta aktiva tak berwujud yang lainnya.
b. Keuntungan atau kerugian dari transaksi valuta asing, termasuk devaluasi
dan revaluasi. c.
Keuntungan atau kerugian pelepasan segmen bisnis. d.
Keuntungan atau kerugian dari penjualan bangunan, pabrik dan peralatan operasi.
e. Pengaruh dari pemogokan.
f. Penyesuaian akrual atas kontrak jangka panjang.
8. Tahun Penutupan Buku
Beberapa penelitian terdahulu menggunakan tahun penutupan buku sebagai variabel independen pada audit delay Carslaw, 1991 ; Ashton 1989. Berdasarkan
kesimpulan peneliti terdahulu, tahun penutupan buku selain 31 Desember secara positif mempengaruhi audit delay atau jangka waktu audit nya lebih lama.
E. Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian mengenai audit delay telah dilakukan, baik di dalam maupun di luar Indonesia. Ashton dkk. 1987 di Kanada meneliti hubungan
antara audit delay dengan variabel bebas sebanyak 14 empat belas, meliputi
Universitas Sumatera Utara
ukuran perusahaan, jenis industri, perusahaan publik atau non publik, bulan penutupan tahun buku, kualitas SPI, kompleksitas operasional, kompleksitas
keuangan, kompleksitas pelaporan keuangan, kompleksitas EDP, campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim dan akhir tahun, lamanya perusahaan
menjadi klien KAP, pengumuman laba atau rugi, jenis opini, dan profitabilitas. Ashton menggunakan sampel dari perusahaan-perusahaan yang diaudit oleh Peat,
Marwick, Mitchel Co. pada tahun 1982 sebanyak 488 perusahaan. Hasil analisis univariate pada keseluruhan sampel memperlihatkan bahwa audit delay
signifikan lebih lama pada perusahaan yang mempunyai qualified opinion, merupakan perusahaan industrial, bukan perusahaan publik, mempunyai tahun
tutup buku selain bulan Desember, pengendalian internal dan EDP yang lemah, dan pekerjaan pemeriksaan relatif banyak dilakukan setelah berakhirnya
penutupan tahun buku. Sementara pada uji analisis multivariate, hanya ukuran perusahaan, kompleksitas operasional, status perusahaan publik atau non publik,
kualitas SPI dan campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim dan akhir tahun yang berpengaruh secara signifikan pada keseluruhan sampel.
Carslaw dan Kaplan 1991 meneliti audit delay pada perusahaan-perusahaan publik di New Zealand di tahun 1987 dan 1988. Variabel yang digunakan adalah
ukuran perusahaan, jenis industri, pengumuman kerugian, extraordinary item, jenis opini, auditor reputasi KAP, bulan penutupan tahun buku, struktur
kepemilikan perusahaan, dan proporsi hutang terhadap total aset. Ditemukan bahwa rata-rata audit delay di New Zealand pada tahun 1987 adalah 87,7 hari,
sementara rerata audit delay pada tahun 1988 sejumlah 95,5 hari. Variabel-
Universitas Sumatera Utara
variabel yang mempengaruhi audit delay pada tahun 1987 meliputi ukuran perusahaan, pengumuman kerugian, extraordinary item, jenis opini, struktur
kepemilikan perusahaan. Pada tahun 1988, variabel yang berpengaruh terdiri atas ukuran perusahaan, jenis industri, pengumuman kerugian, dan proporsi hutang
terhadap total aset. Hasil penelitian Carslaw dan Kaplan 1991 menunjukkan bahwa hanya variabel ukuran perusahaan dan pengumuman kerugian yang
konsisten berpengaruh terhadap audit delay selama periode penelitian. Hossain and taylor 1998 meneliti audit delay pada beberapa perusahaan-
perusahaan di Pakistan yang merupakan Negara berkembang. Variabel yang digunakan adalah ukuran perusahaan, solvabilitas, profitabilitas, anak perusahaan
multinasional dan ukuran KAP kualitas auditor. Hasil penelitian dari 103 sampel perusahaan yang terdaftar dengan interval waktu minimum 30 hari dan maksimum
249 hari. Perusahaan yang terdaftar di Pakistan membutuhkan waktu sekitar rata- rata tiga bulan untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan mereka. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa anak perusahaan multinasional lebih cepat melaksanakan audit dan kelima variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan.
Di Negara Asia tenggara lainnya penelitian dilakukan oleh Ahmad dan Kamaruddin 2000. Dengan sampel 100 perusahaan yang terdaftar dalam Bursa
Efek Kuala Lumpur selama tahun 1996-2000. Hasil statistic deskriptif mengindikasikan bahwa audit delay lebih dari 100 hari selama jangka waktu lima
tahun tersebut dengan standar deviasi 36 hari. Penelitian ini menggunakan delapan variabel independen yang dihipotesiskan berpengaruh terhadap audit delay yaitu
ukuran perusahaan, jenis industri, labarugi perusahaan, extraordinary item, opini
Universitas Sumatera Utara
audit, kualitas auditor, akhir tahun buku perusahaan dan proporsi hutang. Hasil penelitian menunjukkan jenis industri, labarugi perusahaan, opini audit, ukuran
KAP, akhir tahun buku perusahaan dan proporsi hutang berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Sedangkan ukuran perusahaan dan extraordinary item tidak
berpengaruh signifikan. Di Indonesia, Halim 2000 dalam Lestari 2010 mengambil sampel
penelitian tahun 1997 pada 287 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, ukuran
perusahaan, jenis industri, penutupan tahun buku, opini auditor, tingkat profitabilitas, labarugi operasi, lamanya menjadi klien KAP. Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa audit delay pada perusahaan yang terdaftar di BEI adalah 84,5 hari. Audit delay cenderung lebih panjang pada faktor penutupan tahun buku,
labarugi operasi, lamanya menjadi klien KAP. Disisi lain hasil penelitan multivariate menunjukkan bahwa ketujuh faktor tersebut secara serentak
berpengaruh terhadap audit delay, namun yang berpengaruh kuat hanya rugi laba operasi dan penutupan tahun buku.
Luciana dan Lucas 2006 mengambil sampel pada 131 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2002 sampai tahun 2004 dengan
menggunakan ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan dan extraordinary item sebagai variabel independen. Hasil penelitian
dengan menggunakan regresi linier berganda menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan umur perusahaan berpengaruh signifikan. Sementra profitabilitas,
solvabilitas dan extraordinary item tidak berpengaruh signifikan.
Universitas Sumatera Utara
Rachmawati 2008 mengambil sampel pada 59 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang dipilih dengan purposive sampling. Penelitian ini
menggunakan audit delay dan timeliness sebagai variabel dependen. Variabel independen yang digunakan yaitu profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan,
internal auditor dan kualitas KAP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan kualitas KAP berpengaruh signifikan sedangkan
profitabilitas, internal auditor dan solvabilitas tidak berpengaruh terhadap audit delay. Sementara itu pada timeliness ukuran perusahaan, kualitas KAP dan
solvabilitas berpengaruh signifikan sedangkan profitabilitas dan internal auditor tidak berpengaruh.
Kartika 2009 mengambil perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan metode cluster random sampling sebanyak 199 perusahaan sebagai
sampel dengan periode laporan keuangan tahun 2005 sampai 2007. Yang menjadi variable terikat adalah audit delay dan variable bebas adalah ROA, DER, total
asset, serta kualitas auditor. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan semua variable bebas yang dipilih berpengaruh terhadap audit delay, tetapi secara
parsial ROA berpengaruh negative signifikan terhadap audit delay, sedangkan DER, total asset dan kualitas auditor tidak berpegaruh terhadap audit delay.
Lestari 2010 mengambil perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004 sampai 2008. Yang menjadi variable bebas adalah
ukuran perusahaan TA, profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor dan opini auditor. Hasil penelitian menunjukkan pengujian secara parsial memperlihatkan
profitabilitas, solvabilitas dan kualitas auditor berpengaruh terhadap audit delay
Universitas Sumatera Utara
sementara ukuran perusahaan dan opini auditor tidak berpengaruh. Namun secara simultan seluruh variable bebas berpengaruh terhadap audit delay.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian terdahulu
Nama Peneliti
Judul Variable Penelitian
Metode Analisis
Data Hasil Penelitian
Robert H. Ashton,
John j. Willingham,
and Robert k.
Elliott 1987
An Empirical
Analysis of Audit
Delay
Variabel independen
:
Ukuran perusahaan, Jenis industri,
Perusahaan publik atau non publik, Bulan
penutupan tahun buku, Kualitas SPI,
Kompleksitas operasional,
Kompleksitas keuangan,
Kompleksitas pelaporan keuangan,
Kompleksitas EDP, Campuran relatif
antara waktu pemeriksaan pada
interim dan akhir tahun, Lamanya
perusahaan menjadi klien KAP,
Pengumuman laba atau rugi, Jenis opini,
dan Profitabilitas Variabel Dependen:
Audit Delay
Regresi Linier
Berganda
Audit delay signifikan lebih lama pada:
perusahaan yang mempunyai
qualified opinion, merupakan
perusahaan industrial, bukan perusahaan publik,
mempunyai tahun tutup buku selain bulan
Desember, pengendalian internal dan EDP yang
lemah, dan pekerjaan pemeriksaan relatif
banyak dilakukan setelah berakhirnya penutupan
tahun buku. Sementara pada uji
analisis
multivariate, hanya ukuran perusahaan,
kompleksitas operasional, status perusahaan publik
atau non publik, kualitas SPI dan campuran relatif
antara waktu pemeriksaan pada interim dan akhir
tahun yang berpengaruh secara signifikan pada
keseluruhan sampel
Charles A.P.N.
carslaw an Steven E.
Kaplan 1991
An Examinati
on of Audit
Delay: Further
Evidence from New
Zealand
Variabel independen: ukuran perusahaan,
jenis industri, pengumuman
kerugian, extraordinary item,
jenis opini, auditor reputasi KAP
variable dependen: Audit Delay
Regresi Linier
Berganda
Variabel-variabel yang mempengaruhi
audit delay pada tahun 1987
meliputi ukuran perusahaan, pengumuman
kerugian, extraordinary
item, jenis opini, struktur kepemilikan perusahaan.
Pada tahun 1988, variabel yang berpengaruh terdiri
atas ukuran perusahaan, jenis industri,
Universitas Sumatera Utara
pengumuman kerugian, dan proporsi hutang
terhadap total asset. Monirul alam
hossain and Peter J. taylor
1998
An Examination
of audit delay :
Evidence from
Pakistan
Variabel independen: Ukuran perusahaan,
solvabilitas, profitabilitas, anak
perusahaan multinasional dan
ukuran KAP Variabel dependen:
Audit Delay
Regresi Linier
Berganda
Anak perusahaan multinasional lebih cepat
melaksanakan audit. Kelima variabel lainnya
tidak berpengaruh signifikan
Raja adzrin raja ahmad
dan Khairul Anuar
Kamaruddin 2000
Audit Delay and
The Timeliness
of coorporate
reporting: Malaysian
Evidence Variabel independen:
Total Asset, klasifikasi industry, labarugi
perusahaan, extraordinary item,
opini audit, ukuran KAP, akhir tahun
buku perusahaan, proporsi utang
Variabel dependen: Audit Delay
Regresi Linier
Berganda
jenis industri, labarugi perusahaan, opini audit,
kualitas auditor, akhir tahun buku perusahaan
dan proporsi hutang berpengaruh signifikan
terhadap audit delay. Sedangkan ukuran
perusahaan dan extraordinary item tidak
berpengaruh signifikan
Halim varianda
2000 Faktor-
faktor yang mempengar
uhi audit
delay Variabel independen:
ukuran perusahaan, jenis industri,
penutupan tahun buku, opini auditor, tingkat
profitabilitas, labarugi operasi, lamanya
menjadi klien KAP Variabel dependen:
Audit Delay Regresi Linier
berganda Secara parsial Audit delay
cenderung lebih panjang pada faktor penutupan
tahun buku, labarugi operasi, lamanya menjadi
klien KAP. Secara simultan ketujuh
faktor tersebut secara serentak berpengaruh
terhadap audit delay
Luciana spica almilia dan
Lucas setiady 2006
Faktor- faktor yang
mempengar uhi
penyelesaia n laporan
keuangan pada
perusahaan yang
terdaftar di BEJ
Variabel independen: ukuran perusahaan,
profitabilitas, solvabilitas, likuiditas,
umur perusahaan dan extraordinary item
Variabel dependen: Penyelesaian
Regresi Linier berganda
ukuran perusahaan dan umur perushan
berpengaruh signifikan. Sementra profitabilitas,
solvabilitas dan extraordinary item tidak
berpengaruh signifikan
Sistya Rachmawati
Pengaruh factor
Variabel independen: profitabilitas,
Regresi linier berganda
ukuran perusahaan dan kualitas KAP
Universitas Sumatera Utara
2008 internal
dan eksternal
perusahaan terhadap
audit delay dan
timeliness solvabilitas, ukuran
perusahaan, internal auditor dan kualitas
KAP Variabel dependen:
Audit delay dan timeliness
berpengaruh signifikan sedangkan profitabilitas,
internal auditor dan solvabilitas tidak
berpengaruh terhadap audit delay.
pada timeliness ukuran perusahaan, kualitas KAP
dan solvabilitas berpengaruh signifikan
sedangkan profitabilitas dan internal auditor tidak
berpengaruh
Kartika Perina
simbolon 2009
Analisis faktor-
faktor yang mempengar
uhi
audit delay pada
perusahaan yang
terdaftar di BEI
Variabel independen: ROA, DER, total
asset, serta kualitas auditor
Variabel dependen: Audit Delay
Regresi linier berganda
secara simultan semua variable bebas yang
dipilih berpengaruh terhadap
audit delay, tetapi secara parsial ROA
berpengaruh negative signifikan terhadap audit
delay, sedangkan DER, total asset dan kualitas
auditor tidak berpegaruh terhadap audit delay
Dewi Lestari 2010
Analisis faktor-
faktor Yang
mempengar uhi audit
delay: pada
perusahaan Consumer
goods Yang
terdaftar di bursa efek
indonesia Variabel independen:
ukuran perusahaan TA, profitabilitas,
solvabilitas, kualitas auditor dan opini
auditor Variabel dependen:
Audit delay Regresi Linier
berganda pengujian secara parsial
memperlihatkan profitabilitas, solvabilitas
dan kualitas auditor berpengaruh terhadap
audit delay sementara ukuran perusahaan dan
opini auditor tidak berpengaruh. Namun
secara simultas seluruh variable bebas
berpengaruh terhadap audit delay
Universitas Sumatera Utara
F. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual