ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2007-2009.

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Diajukan oleh : Ester Widyasari 0713015005/FE/AK

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

Diajukan oleh : Ester Widyasari 0713015005/FE/AK

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(3)

TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2007-2009

Disusun Oleh :

Ester Widyasari 0713015005/FE/AK telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 27 Mei 2011

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dra. Ec. Tituk Diah W, MAks DR. Sri Trisnaningsih, SE, MSi

Sekretaris

Dra. Ec. Tituk Diah W, MAks Anggota

Dra. Ec. Anik Yulianti, MAks Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM NIP. 030 202 389


(4)

Nya sehingga penulisdapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu prasyarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2007-2009”.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, maka akan sangat sulit bagi penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Sehubungan dengan hal itu, maka dalam kesempatan istimewa ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam mendukung kelancaran penulisan skripsi baik berupa dukungan, doa, maupun bimbingan yang telah diberikan. Secara khusus penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. TeguhSudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.

2. Bapak Dr. Dhani IchsanudinNur, SE. MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.

3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi., selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.


(5)

membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi.

6. Bapak dan Ibu serta staf pengajar Fakultas Ekonomi khususnya Program Studi Akuntansi yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan serta wawasan yang cukup sehingga penulis mampu menyelesaikan kegiatan akademik sampai dengan menyusun skripsi sebagai tugas akhir studi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.

7. Staf Bursa Efek Indonesia yang telah memberikan bantuan dalam perolehan data yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

8. Orang tua dan kakak yang telah memberikan doa dan semangat moril maupun materiil.

9. Semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surabaya, April 2011 Penulis


(6)

Daftar Isi ……… iii

Daftar Tabel ……… viii

Daftar Gambar ……… ix

Abstraksi ……… x

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang ……… 1

1.2. Rumusan Masalah ……… 8

1.3. Tujuan Penelitian ……… 8

1.4. Manfaat Penelitian ……… 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 10

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ……… 10

2.2. Kajian Teori ……… 18

2.2.1. Laporan Keuangan ……… 18

2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ……… 18

2.2.1.2. Dasar Laporan Keuangan ……… 19

2.2.1.3. Tujuan Laporan Keuangan ……… 21

2.2.1.4. Pengguna Laporan Keuangan ……… 23


(7)

2.2.3. Laporan Audit ……… 37

2.2.4. Audit Delay ……… 39

2.2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay ………… 40

2.2.5.1. Ukuran Perusahaan ……… 40

2.2.5.1.1. Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Audit Delay …… 40

2.2.5.2. Umur Perusahaan ……… 41

2.2.5.2.1. Hubungan Umur Perusahaan dengan Audit Delay ……… 42

2.2.5.3. Profitabilitas ……… 43

2.2.5.3.1. Hubungan Profitabilitas dengan Audit Delay ………… 44

2.2.5.4. Solvabilitas ……… 45

2.2.5.4.1. Hubungan Solvabilitas dengan Audit Delay ………… 46

2.3. Kerangka Pikir ……… 47

2.4. Hipotesis ……… 47

BAB III METODE PENELITIAN ……… 48

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ……… 48

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ………… 50

3.3. Data dan Metode Pengumpulan Data ……… 53


(8)

3.4.2. Uji Normalitas ……… 55

3.4.3. Uji Asumsi Klasik ……… 56

3.4.3.1. Uji Autokorelasi ……… 56

3.4.3.2. Uji Multikolinieritas ……… 57

3.4.3.3. Uji Heteroskedastisitas ……… 58

3.4.4. Uji Hipotesis ……… 58

3.4.4.1. Uji Kesesuaian Model ……… 58

3.4.4.2. Uji t ……… 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 61

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ……… 61

4.1.1. Sejarah Singkat PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk (INPC) ……… 61

4.1.2. Sejarah Singkat PT. bank Bumi Arta, Tbk (BNBA) ……… 62

4.1.3. Sejarah Singkat PT. Bank Central Asia, Tbk (BBCA) ……. 62

4.1.4. Sejarah Singkat PT. Bank CIMB Niaga, Tbk (BNGA) ……. 63

4.1.5. Sejarah Singkat PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk (BDMN) 64

4.1.6. Sejarah Singkat PT. Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk (SDRA) ……… 65


(9)

4.1.10. Sejarah Singkat PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk

(MAYA) ……… 68

4.1.11. Sejarah Singkat PT. Bank Mega, Tbk (MEGA) ………. 68

4.1.12. Sejarah Singkat PT. Bank Negara Indonesia, Tbk (BBNI) … 69 4.1.13. Sejarah Singkat PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk (BBNP) ……… 70

4.1.14. Sejarah Singkat PT. Bank Pan Indonesia, Tbk (PNBN) …… 70

4.1.15. Sejarah Singkat PT. bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk (BBRI) ……… 71

4.1.16. Sejarah Singkat PT. Bank Swadesi ……… 72

4.1.17. Sejarah Singkat PT. Bank Victoria Internasional (BVIC) … 72

4.1.18. Sejarah Singkat PT. Bank Windu Kentjana Internasional, Tbk (MCOR) ……… 73

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ……… 73

4.2.1. Ukuran Perusahaan ……… 73

4.2.2. Umur perusahaan ……… 75

4.2.3. Profitabilitas ……… 77


(10)

4.3.3. Uji Asumsi Klasik ……… 86

4.3.3.1. Uji Autokorelasi ……… 86

4.3.3.2. Uji Multikolinieritas ……… 87

4.3.3.3. Uji Heterokedastisitas ……… 88

4.3.4. Uji Hipotesis ……… 89

4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model ……… 89

4.3.4.2. Uji t ……… 90

4.4. Pembahasan ……… 92

4.4.1. Implikasi Penelitian ……… 95

4.4.2. Pengembangan Ilmu Pengetahuan ……… 96

4.4.3. Konfirmasi Hasil dengan Tujuan dan Manfaat Penelitian … 97 4.4.4. Keterbatasan Penelitian ……… 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………100

5.1. Kesimpulan ………100


(11)

BEI Tahun 2009 ……… 6

Tabel 2.1. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dan Sekarang … 17 Tabel 3.1. Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi ………… 57

Tabel 4.1. Data Ukuran Perusahaan (dalam jutaan rupiah) ……… 74

Tabel 4.2. Data umur Perusahaan ……… 76

Tabel 4.3. Data Profitabilitas Perusahaan ……… 78

Tabel 4.4. Data Solvabilitas Perusahaan ……… 80

Tabel 4.5. Data Audit Delay ……… 82

Tabel 4.6. Hasil Estimasi Koefisien Regresi ……… 83

Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas ……… 85

Tabel 4.8. Hasil Uji Autokorelasi ……… 87

Tabel 4.9. Hasil Uji Multikolinieritas ……… 87

Tabel 4.10. Hasil Uji Heterokedastisitas ……… 88

Tabel 4.11. Hasil Uji Kesesuaian Model ……… 89

Tabel 4.12. Nilai Koefisien Determinasi ……… 90


(12)

Oleh: Ester Widyasari

ABSTRAK

Laporan keuangan merupakan alat yang digunakan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan atribut kualitatif penting pada laporan keuangan yang mengharuskan informasi disediakan tepat waktu bagi para pemakainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.

Variabel penelitian adalah ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas. Sampel penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009. Pemilihan sampel menggunakan metode

purposive sampling. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear

berganda.

Hasil dari penelitian ini dapat membantu pihak-pihak, seperti auditor, KAP, investor dan BAPEPAM mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay sehingga audit delay dapat ditekan seminimal mungkin. Hipotesis dalam penelitian ini tidak teruji kebenarannya. Ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap

audit delay.

Kata kunci: ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, audit delay


(13)

1.1. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan alat yang digunakan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Manfaat dari kandungan informasi yang ada dalam laporan keuangan akan semakin berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu, ketepatan waktu penyajian laporan keuangan sangatlah penting.

Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan (timeliness), merupakan atribut kualitatif penting pada laporan keuangan yang mengharuskan informasi disediakan tepat waktu bagi para pemakainya. Laporan keuangan sebagai sumber informasi dapat bermanfaat apabila disajikan secara akurat dan tepat waktu pada saat dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan, tetapi informasi tersebut akan menjadi usang apabila tidak dapat lagi memberikan manfaat. Nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan faktor penting bagi kemanfaatan laporan keuangan tersebut. PSAK No. 1 paragraf 43, menjelaskan bahwa manfaat suatu laporan keuangan akan berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya.


(14)

Menurut Messier, dkk (2006 : 16), proses audit adalah sebuah proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan dengan arsesi atas tindakan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara arsesi-arsesi tersebut dan menetapkan kriteria serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Permintaan akan audit laporan keuangan semakin meningkat seiring dengan perkembangan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia. Hasil audit atas laporan keuangan perusahaan-perusahaan go

public mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab yang besar. Hal inilah

yang memicu para auditor independen untuk bekerja lebih professional dalam mengaudit laporan keuangan.

Proses audit tersebut cukup membutuhkan waktu, bahkan jika perlu auditor dapat memperpanjang masa audit agar informasi keuangan yang disajikan akurat, relevan, dan dapat diandalkan. Selain itu audit juga harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian serta harus dilaksanakan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik. Oleh karena itu, publikasi informasi keuangan perusahaan kadang kala mengalami keterlambatan dari waktu yang telah ditetapkan.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001) khususnya tentang standar pekerjaan lapangan mengatur tentang prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan seperti perlu adanya perencanaan atas aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman


(15)

yang memadai atas struktur pengendalian intern dan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pandapat atas laporan keuangan. Pemenuhan standar audit oleh auditor dapat berdampak pada lamanya penyelesaian laporan audit, tetapi juga berdampak pada peningkatan kualitas hasil auditnya. Pelaksanaan audit yang semakin sesuai dengan standar membutuhkan waktu semakin lama. Sebaliknya, semakin tidak sesuai dengan standar pekerjaan audit semakin pendek waktu yang diperlukan. Kondisi ini dapat menimbulkan suatu dilema bagi auditor. Di satu sisi auditor harus mempertahankan kualitas hasil auditnya, tetapi di sisi lain auditor dituntut untuk menyelesaikan laporan audit tetap waktu.

Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Perbedaan waktu ini dalam audit sering dinamai dengan audit delay. Lawrence dan Bryan, (1998) dalam Prabandari (2007) mendefinisikan audit delay sebagai lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit.

Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. Kep-36/PM/2003, tanggal 30 September 2003, menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai laporan akuntan yang memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan harus


(16)

disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan.

Keterlambatan pelaporan keuangan kepada publik ini dapat mengundang berbagai reaksi dari pasar. Lamanya waktu penyelesaian audit dapat berpengaruh terhadap ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan. Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal karena laporan keuangan yang berisi laba perusahaan seringkali dijadikan dasar oleh para investor mengambil keputusan dalam kepemilikan saham. Para investor akan menjadikan laporan keuangan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan sahamnya pada perusahaan yang bersangkutan. Hal ini berarti informasi laba dari laporan keuangan yang dipublikasikan akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham. Dengan demikian, keterlambatan pelaporan keuangan juga dapat diartikan oleh investor sebagai sinyal yang buruk bagi perusahaan.

Para pemakai informasi akuntansi tidak hanya perlu memiliki informasi keuangan yang relevan dengan prediksi dan pembuatan keputusannya, tetapi informasi tersebut harus bersifat baru. Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu untuk menjelaskan perubahan kondisi dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan pengambilan keputusan.


(17)

Penelitian yang dilakukan oleh Subekti dan Novi (2004), audit

delay dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu profitabilitas, ukuran

perusahaan, jenis perusahaan, opini auditor, dan ukuran auditor Kantor Akuntan Publik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Setiady (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay antara lain: ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, umur perusahaan, dan pelaporan item-item luar biasa. Penelitian yang dilakukan Prabandari dan Rustiana (2007), audit delay dipegaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran perusahaan, total revenue, debt to assets ratio, rugi/ laba perusahaan, dan karakteristik Kantor Akuntan Publik. Rachmawati (2008) meneliti bahwa faktor yang mempangaruhi audit delay antara lain: profitabilitas, internal audit, ukuran perusahaan, dan ukuran Kantor Akuntan Publik.

Objek dalam penelitian ini adalah Perusahaan Perbankan. Hal ini dimotivasi oleh beberapa kondisi. Pertama, sektor keuangan merupakan sektor yang berkembang dengan pesat, terutama perusahaan perbankan. Penulis ingin lebih menyorot perusahaan yang berhubungan langsung dengan keuangan yaitu bank. Kedua, penulis ingin mengetahui apakah perusahaan perbankan sebagai lembaga keuangan dapat menyediakan informasi yang relevan dan andal dalam penyelesaian penyajian laporan keuangannya. Selain itu penelitian tentang audit delay, khususnya pada sektor keuangan (perusahaan perbankan) sejauh ini belum ditemukan dan belum pernah dilakukan di Indonesia.


(18)

Tabel 1.1. Data Audit Delay Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2009

No. Perusahaan Tahun Tanggal

Diterbitkannya Laporan Audit

Selisih

1. PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk (INPC)

2009 22 Februari 2010 53 hari 2. PT. Bank Bumi Arta, Tbk (BNBA) 2009 25 Maret 2010 84 hari 3. PT. Bank Central Asia, Tbk

(BBCA)

2009 5 Maret 2010 64 hari 4. PT. Bank CIMB Niaga, Tbk

(BNGA)

2009 15 Februari 2010 46 hari 5. PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk

(BDMN)

2009 10 Februari 2010 41 hari 6. PT. Bank Himpunan Saudara 1906,

Tbk (SDRA)

2009 25 Februari 2010 56 hari 7. PT. Bank Bumiputera Indonesia,

Tbk (BABP)

2009 5 Maret 2010 64 hari 8. PT. Bank Kesawan, Tbk (BKSW) 2009 22 Maret 2010 81 hari 9. PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk

(BMRI)

2009 22 Februari 2010 53 hari 10. PT. Bank Mayapada Internasional,

Tbk (MAYA)

2009 19 Maret 2010 78 hari 11. PT. Bank Mega, Tbk (MEGA) 2009 23 Maret 2010 82 hari 12. PT. Bank Negara Indonesia

(Persero), Tbk (BBNI)

2009 9 Februari 2010 40 hari 13. PT. Bank Nusantara Parahyangan,

Tbk (BBNP)

2009 25 Maret 2010 84 hari 14. PT. Bank Pan Indonesia, Tbk

(PNBN)

2009 25 Maret 2010 84 hari 15. PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero), Tbk (BBRI)

2009 24 Maret 2010 83 hari 16. PT. Bank Swadesi, Tbk (BSWD) 2009 24 Maret 2010 83 hari 17. PT. Bank Victoria International,

Tbk (BVIC)

2009 19 Maret 2010 78 hari 18. PT. Bank Windu Kentjana

International, Tbk (MCOR)

2009 25 Februari 2010 56 hari Sumber: Bursa Efek Indonesia


(19)

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dan mengingat pentingnya ketepatan waktu pelaporan keuangan bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan, penulis termotivasi untuk menguji kembali beberapa faktor dalam penelitian terdahulu yang mempengaruhi audit delay untuk melihat pengaruh dan jenis hubungannya. Adapun faktor yang akan diuji kembali dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah difokuskan pada sektor keuangan yaitu perusahaan perbankan, faktor yang diuji dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada internal perusahaan dan periode waktu penelitian ini dilakukan pada tahun 2007-2009.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2007-2009”.


(20)

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap audit delay?

2. Sejauh mana pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap audit delay?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap audit delay.

2. Menganalisis sejauh mana pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap audit delay.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi bagi auditor dan KAP untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay sehingga mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses audit dan audit delay dapat ditekan seminimal mungkin dalam usaha memperbaiki ketepatan waktu atau mempercepat penerbitan laporan keuangan kepada publik.

b. Memberikan informasi bagi para investor, agar mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan tersendiri dalam berinvestasi.


(21)

2. Manfaat Teoritis dan Akademis

Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan yang secara teoritis dipelajari penulis di perkuliahan dan secara khusus diharapkan dapat menambah wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.

3. Manfaat Kebijakan

Membantu Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dalam menentukan kebijakan dan peraturan yang menyangkut ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.


(22)

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh pihak lain yang dapat digunakan sebagai acuan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, antara lain yang pernah dilakukan oleh:

A. Subekti dan Widiyanti (2004) 1. Judul:

“Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Delay di Indonesia”

2. Permasalahan:

Apakah profitabilitas perusahaan, ukuran perusahaan, jenis industri, opini auditor dan ukuran auditor berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay?

3. Variabel Penelitian: a. Variabel terikat (Y):

Y = audit delay b. Variabel bebas (X):

X1 = tingkat profitabilitas X2 = ukuran perusahaan X3 = jenis industri X4 = opini auditor


(23)

X5 = ukuran auditor Kantor Akuntan Publik 4. Hipotesis:

Profitabilitas perusahaan, ukuran perusahaan, jenis industri, opini auditor dan ukuran auditor berpengaruh secara signifikan terhadap

audit delay.

5. Kesimpulan:

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kelima variabel tingkat profitabilitas, aktiva, jenis industri, opini dan auditor (ukuran KAP) berpengaruh signifikan terhadap variabel audit

delay. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya telah

dilakukan oleh Halim (2000), Na’im (1999), Hanipah (2001). Ini artinya bahwa pelaksanaan audit oleh KAP di Indonesia tidak terpengaruh kondisi krisis ekonomi. Pelaksanaan audit di Indonesia terhadap perusahaan publik terkait dengan peraturan BAPEPAM tentang batas akhir publikasi dan penyampaian laporan keuangan auditan oleh perusahaan pada publik, Bursa Efek Jakarta, maupun pada BAPEPAM.

B. Almilia dan Setiady (2006) 1. Judul:

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Penyajian Laporan Keuangan pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ”


(24)

2. Permasalahan:

Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan, dan pelaporan item-item luar biasa dan/ atau kontinjensi berpengaruh terhadap penyelesaian penyajian laporan keuangan perusahaan?

3. Variabel Penelitian: a. Variabel terikat (Y):

Y = penyelesaian penyajian laporan keuangan b. Variabel bebas (X):

X1 = ukuran perusahaan X2 = profitabilitas X3 = solvabilitas X4 = likuiditas

X5 = umur perusahaan

X6 = pelaporan item-item luar biasa dan/ atau kontinjensi 4. Hipotesis:

Ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan, dan pelaporan item-item luar biasa dan/ atau kontinjensi berpengaruh terhadap penyelesaian penyajian laporan keuangan perusahaan

5. Kesimpulan:

a. Sebagian besar perusahaan mengalami keterlambatan selama ± 3 bulan, yang berarti mereka telah selesai dan siap menyajikan


(25)

laporan keuangan ke publik pada bulan Maret, dan selama tahun 2002-2004 kecenderungan ini relatif tetap atau tidak banyak berubah. Tetapi jika dilihat dari batas akhir penyerahan laporan keuangan auditan yang telah ditentukan oleh BAPEPAM, yaitu paling lambat akhir bulan April, maka perusahaan sampel dapat dikatakan tidak mengalami keterlambatan.

b. Variabel ukuran perusahaan (Size) dan umur perusahaan (Age) mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan keuangan (Lag).

c. Variabel profitabilitas (Profitability), solvabilitas (Solvability), likuiditas (Liquidity), dan item-item luar biasa dan/ atau kontinjensi (Extra) tidak memiliki pengaruh terhadap penyelesaian penyajian laporan keuangan (Lag).

C. Prabandari dan Rustiana (2007) 1. Judul:

“Beberapa Faktor yang Berdampak pada Perbedaan Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di BEJ)”

2. Permasalahan:

Apakah total revenue, debt to asset ratio, rugi/ laba, dan karakteristik Kantor Akuntan Publik berdampak pada perbedaan


(26)

3. Variabel Penelitian: a. Variabel terikat (Y):

Y = audit delay b. Variabel bebas (X):

X1 = total revenue X2 = debt to asset ratio X3 = rugi/ laba

X4 = karakteristik Kantor Akuntan Publik 4. Hipotesis:

Total revenue, debt to asset ratio, rugi/ laba, dan karakteristik

Kantor Akuntan Publik berdampak pada perbedaan audit delay. 5. Kesimpulan:

a. Perbedaan audit delay ditinjau dari total revenue dan aspek rugi/ laba dapat didukung dalam penelitian ini.

b. Perbedaan audit delay ditinjau dari debt to asset ratio dan laporan keuangan yang diaudit oleh KAP Big Four dan KAP

non Big Four tidak dapat didukung dalam penelitian ini.

D. Rachmawati (2008) 1. Judul:

“Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal Perusahaan terhadap Audit Delay dan Timeliness”


(27)

2. Permasalahan:

Apakah faktor internal (profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, dan size perusahaan) dan faktor ekstenal (ukuran KAP) berpengaruh terhadap audit delay dan timeliness?

3. Variabel Penelitian: a. Variabel terikat (Y):

Y1 = audit delay Y2 = timeliness b. Variabel bebas (X):

X1 = profitabilitas X2 = solvabilitas X3 = internal auditor X4 = size perusahaan X5 = ukuran KAP 4. Hipotesis:

Terdapat pengaruh faktor internal (profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, dan size perusahaan) dan faktor ekstenal (ukuran KAP) terhaap audit delay dan timeliness.

5. Kesimpulan:

a. Faktor internal yang mempengaruhi audit delay adalah size perusahaan dan faktor eksternal ukuran Kantor Akuntan Publik sedangkan variabel profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay.


(28)

b. Faktor internal mempunyai pengaruh terhadap timeliness adalah

size perusahaan, solvabilitas dan faktor eksternal seperti ukuran

Kantor Akuntan Publik sedangkan internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap timeliness.

c. Faktor internal dan eksternal perusahaan seperti profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, size perusahaan, dan ukuran Kantor Akuntan Publik secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan baik terhadap audit delay maupun

timeliness.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah tidak semua faktor dari penelitian terdahulu dimasukkan sebagai variabel dalam penelitian ini. Ada empat faktor yang diteliti dan diuji kembali dalam penelitian ini, yaitu: ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas. Peneliti mengambil variabel ini berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu. Hal ini dimaksudkan untuk menguji kembali apakah benar faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap audit delay dan sejauh mana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap audit delay. Apakah dengan adanya perbedaan waktu terdapat perbedaan hasil penelitian karena penelitian-penelitian terdahulu masih menunjukkan hasil yang berbeda-beda.


(29)

Tabel 2.1. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dan Sekarang

Tahun Nama Judul Variabel Alat Uji

2004 Imam Subekti dan Novi Wulandari Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Delay di Indonesia

Variabel terikat (Y): Y=audit delay Variabel bebas (X): X1 = tingkat profitabilitas X2 = ukuran perusahaan X3 = jenis industri X4 = opini auditor X5 = ukuran auditor KAP

Analisis regresi linear berganda 2006 Luciana Spica Amalia dan Lucas Setiady Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Penyajian Laporan Keuangan pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ

Variabel terikat (Y): Y = penyelesaian

penyajian laporan keuangan Variabel bebas (X):

X1 = ukuran perusahaan X2 = profitabilitas X3 = solvabilitas X4 = likuiditas X5 = umur perusahaan X6 = pelaporan item-item luar biasa dan/ atau kontinjensi

Analisis regresi linear berganda

2007 Jeane Deart Meity

Prabandari dan Rustiana

Beberapa Faktor yang Berdampak pada Perbedaan Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di BEJ)

Variabel terikat (Y): Y = audit delay Variabel bebas (X): X1 = total revenue X2 = debt to asset ratio X3 = rugi/ laba

X4 = karakteristik Kantor Akuntan Publik Analisis regresi linear berganda 2008 Sistya Rachmawati Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal Perusahaan terhadap Audit Delay dan Timeliness

Variabel terikat (Y): Y1 = audit delay Y2 = timeliness Variabel bebas (X): X1 = profitabilitas X2 = solvabilitas X3 = internal auditor X4 = size perusahaan X5 = ukuran KAP

Analisis regresi linear berganda 2010 Ester Widyasari Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI tahun 2007-2009

Variabel terikat (Y): Y = audit delay Variabel bebas (X): X1 = ukuran perusahaan X2 = umur perusahaan X3 = profitabilitas X4 = solvabilitas

Analisis regresi linear berganda


(30)

2.2. Kajian Teori 2.2.1. Laporan Keuangan

2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan

Bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi dan kondisi keuangan, sangat membutuhkan informasi keuangan yang dapat diperoleh dari laporan keuangan. Informasi tersebut disusun dan disajikan perusahaan dalam bentuk neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus kas. Informasi tersebut sangat diperlukan oleh pihak-pihak yang go public dalam persiapannya untuk melakukan penawaran umum karena salah satu syarat perusahaan yang go public adalah harus menyerahkan laporan keuangannya selama dua tahun terakhir yang sudah diperiksa oleh akuntan publik.

Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan secara ekonomi. Laporan keuangan harus disiapkan secara periodik untuk pihak-pihak yang berkepentingan.

Pengertian laporan keuangan menurut Baridwan (1992 : 17), laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama dua tahun buku yang bersangkutan. Sedangkan definisi laporan keuangan menurut Munawir (1991 : 2), laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses


(31)

akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan.

Dapat disimpulkan laporan keuangan adalah laporan akuntansi utama yang mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2.2.1.2. Dasar Laporan Keuangan

Laporan keuangan perusahaan didasarkan pada aturan-aturan akuntansi dan harus memberikan informasi historis, kuantitatif dasar yang merupakan sekumpulan input yang penting yang digunakan dalam menghitung nilai-nilai ekonomis.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 paragraf 07, laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen berikut ini:

1. Neraca;

2. Laporan laba rugi;

3. Laporan perubahan ekuitas; 4. Laporan arus kas; dan

5. Catatan atas laporan keuangan.

Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban, dan ekuitas. Sedangkan unsur yang


(32)

langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban.

Karakterisrik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu:

1. Dapat Dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. 2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat memengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu.

3. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunaannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang


(33)

seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

4. Dapat Dibandingkan

Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antarperiode untuk mengidentifikasi kecenderungan (tren) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antarperusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antarperiode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.

2.2.1.3. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah meyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.

Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum


(34)

menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.

Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 paragraf 05, tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Sedangkan menurut Kasmir (2008 : 10-11), tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu:

1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.


(35)

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu.

4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadinya terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

6. Memberikan informasi terhadap kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode.

7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan. 8. Informasi keuangan lainnya.

2.2.1.4. Pengguna Laporan Keuangan

Menurut Kerangka Dasar Penyususnan dan Penyajian Laporan Keuangan (IAI, 2007 : 2-3), pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda.

Beberapa kebutuhan ini meliputi: 1. Investor

Penanaman modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk


(36)

membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.

2. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja.

3. Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.


(37)

5. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengukur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

6. Masyarakat

Perusahaan memengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (tren) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

2.2.2. Auditing

2.2.2.1. Pengertian Auditing

Pengertian auditing menurut Agoes (2004 : 3-4) adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti


(38)

pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Ada beberapa hal yang penting dari pengertian tersebut:

1. Yang diperiksa adalah laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya.

2. Pemeriksaan dilakukan secara kritis dan sistematis.

3. Pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang independen, yaitu akuntan publik.

4. Tujuan dari pemeriksaan akuntan adalah untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa.

Menurut Arens dan Loebbecke (1996 : 1), auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

American Accounting Association Committee dalam Basic Auditing Concepts telah mendefinisikan audit sebagai suatu proses sistematis yang secara objektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dan kriteria yang


(39)

telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Guy, dkk., 2002 : 5-6).

Beberapa ciri penting yang ada dalam definisi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut (Mulyadi, 2002 : 9-10):

1. Suatu proses sistematis

Auditing merupakan suatu proses sistematik, yaitu berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis, bererangka dan terorganisasi.

2. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif.

Proses sistematik tersebut ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha, serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut.

3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi

Yang dimaksud mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi di sini adalah hasil proses akuntansi.

4. Menetapkan tingkat kesesuaian

Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. 5. Kriteria yang telah ditetapkan

Kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan (yang berupa hasil proses akuntansi) dapat berupa:


(40)

a. Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif

b. Anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan oleh manajemen

c. Prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia 6. Penyampaian hasil

Penyampaian hasil auditing sering disebut dengan atestasi (attestation). Penyampaian hasil ini dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report).

7. Pemakai yang berkepentingan

Dalam dunia bisnis, pemakai yang berkepentingan terhadap laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan separti: pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor dan kreditur, organisasi buruh, dan kantor pelayanan pajak.

2.2.2.2. Tujuan dan Peranan Auditing

Tujuan audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (Rahayu dan Suhayati, 2010 : 93).

Menurut Agoes (2004 : 8-9), laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu diaudit oleh KAP yang merupakan pihak ketiga yang independen, karena:


(41)

a. Jika tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Karena itu laporan keuangan yang belum diaudit kurang dipercaya kewajarannya oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.

b. Jika laporan keuangan yang sudah diaudit dan mendapat opini

Unqualified (wajar tanpa pengecualian) dari KAP, berarti pengguna

laporan keuangan bisa yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

c. Mulai tahun 2001 perusahaan yang total assetnya Rp 25 milyar ke atas harus memasukkan audited financial statements-nya ke Departeman Perdagangan dan Perindustrian.

d. Perusahaan yang sudah go public harus memasukkan audited financial

statements-nya ke Bapepam paling lambat 90 hari setelah tahun buku.

e. SPT yang didukung oleh audited financial statements lebih dipercaya oleh pihak pajak dibandingkan dengan yang didukung oleh laporan keuangan yang belum diaudit.

Menurut Guy, dkk. (2002 : 5) terdapat empat faktor yang mendasari kebutuhan akan audit, yaitu:

1. Kompleksitas

Volume aktivitas ekonomi dalam dunia bisnis dan entitas lainnya, bersamaan dengan kompleksitas pertukaran ekonomi tersebut,


(42)

seringkali mempersulit pencatatan transaksi dan alokasi biaya serta pendapatan dengan benar. Keputusan yang sulit berkaitan dengan perlakuan akuntansi dan pengungkapannya membutuhkan jasa akuntan profesional.

2. Jarak

Dalam lingkungan saat ini, pengambil keputusan biasanya terpisah dari organisasi. Sebagai contoh, para pemegang saham perusahaan besar seperti Microsoft mungkin tidak pemah melihat perusahaan atau fasilitasnya. Dalam kasus ini, pengambil keputusan tidak memiliki pengetahuan langsung tentang organisasi dan aktivitasnya serta terpisah dari catatan akuntansi organisasi tersebut. Jarak dapat meningkatkan salah saji, baik yang disengaja maupun tidak disengaja, sehingga meningkatkan permintaan akan pihak independen untuk memeriksa catatan keuangan.

3. Bias dan Motif Penyaji

Apabila informasi keuangan disajikan dari sumber yang kurang independen, maka pengguna informasi keuangan mungkin menyangsikan bias dan motif penyaji. Penyaji informasi keuangan mungkin menghadapi pertentangan kepentingan (conflict of interest) baik yang disengaja maupun tidak disengaja dengan pengguna informasi keuangan tersebut. Sebagai contoh, jika manajemen secara alami lebih optimis tentang masa depan suatu entitas daripada lainnya,


(43)

maka hal itu dapat menimbulkan laporan keuangan yang bias dalam suatu bidang seperti tingkat ketertagihan piutang usaha.

4. Konsekuensi

Salah satu karakteristik dari masyarakat kita adalah partisipasi individu, perusahaan, serta entitas lainnya yang meluas dan mendalam dalam pasar. Dalam lingkungan ekonomi saat ini, keputusan ekonomi seringkali melibatkan pengeluaran yang sangat besar dan mempengaruhi banyak orang. Keputusan penting ini membutuhkan informasi keuangan yang relevan dan handal.

2.2.2.3. Jenis Auditing

Menurut Agoes (2004 : 9-11), ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas:

1. General Audit (Pemeriksaan Umum)

Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik dan memperhatikan Kode Etik Akuntan Indonesia, Aturan Etika KAP yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia serta Standar Pengendalian Mutu.


(44)

2. Special Audit (Pemeriksaan Khusus)

Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.

Ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas: 1. Management Audit (Operational Audit)

Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis. 2. Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan)

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak extern (Pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak, dll). Pemeriksaan bisa dilakukan baik oleh KAP maupun Bagian Internal Audit.


(45)

3. Internal Audit (Pemeriksaan Intern)

Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajmen yang telah ditentukan. 4. Computer Audit

Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan EDP (Electronic Data

Processing) system.

Menurut Mulyadi (2002 : 30-32), auditing umumnya digolongkan menjadi 3 golongan:

1. Audit Laporan Keuangan (Finacial Statement Audit)

Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam audit laporan keuangan ini, auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum. Hasil auditing terhadap laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit, laporan audit ini dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan seperti pemegang saham, kreditur, dan Kantor Pelayanan Pajak.


(46)

2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.

3. Audit Operasional (Operational Audit)

Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk:

a. Mengevaluasi kinerja

b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan

c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut

2.2.2.4. Standar Auditing

Standar auditing merupakan pedoman umum untuk membantu auditor dalam memenuhi tanggung jawab profesinya untuk melakukan audit atas laporan keuangan. Standar auditing mencerminkan ukuran mutu pekerjaan audit laporan keuangan.

Menurut Messier (2006 : 48), standar audit (auditing standard) bertindak sebagai bimbingan bagi dan mengukur kualitas kinerja auditor. Standar audit membantu memastikan bahwa audit laporan keuangan


(47)

dilaksanakan secara mendalam dan sistematis yang menghasilkan kesimpulan yang andal.

Standar auditing yang ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut (IAI, 2001 : 150.1 & 150.2):

1. Standar Umum

Standar umum berhubungan dengan kualifikasi atau seorang auditor dan kualitas pekerjaan auditor. Standar umum terdiri dari 3 standar, yaitu:

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. c. Dalam pelasanaan audit dan penyususnan laporannya, auditor

wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2. Standar Pekerjaan Lapangan

Standar pekerjaan lapangan terutama berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan audit di lapangan. Standar pekerjaan lapangan terdiri dari 3 standar yaitu:

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.


(48)

b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

3. Standar Pelaporan

Standar pelaporan berhubungan dengan masalah pengomunikasian hasil-hasil audit. Standar pelaporan ini terdiri dari 4 standar, yaitu: a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu arsesi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus


(49)

dinyatakan. Dalam hal nama auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

2.2.3. Laporan Audit

Menurut Rahayu dan Suhayati (2010 : 93), laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapatnya maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, auditor harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing.

Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengetahui kewajaran laporan keuangan auditan. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku (Mulyadi 2002 : 12).

Ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh auditor: 1. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified

opinion report)

2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualin dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language) 3. Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian (qualified

opinion report)


(50)

5. Laporan yang di dalamnya auditor tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion report)

Menurut Agoes (2004 : 49), pada akhir pemeriksaan dalam suatu pemeriksaan umum (general audit), KAP akan memberikan suatu laporan akuntan yang terdiri dari:

1. Lembaran opini, yang merupakan tanggung jawab akuntan publik, di mana akuntan publik memberikan pendapatnya terhadap kewajaran laporan keuangan yang disusun oleh manajemen dan merupakan tanggung jawab manajemen.

2. Laporan keuangan, yang terdiri dari: a. Neraca

b. Laporan laba-rugi

c. Laporan perubahan ekuitas d. Laporan arus kas

e. Catatan atas laporan keuangan, yang antara lain berisi: bagian umum (menjelaskan latar belakang perusahaan), kebijakan akuntansi dan penjelasan atas pos-pos neraca dan laba rugi

f. Informasi tambahan berupa lampiran mengenai perincian pos-pos yang penting seperti perincian piutang, aktiva tetap, utang, beban umum, dan administrasi serta beban penjualan.


(51)

2.2.4. Audit Delay

Seperti yang dikutip dari Guy, dkk., (2002 : 5) menurut American Accounting Assosiation Committe dalam (Basic Accounting Concept) telah mendefinisikan auditing sebagai suatu proses yang sistematis dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan pernyataan-pernyataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat hubungan antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomukasikan hasilnya dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

Proses pengauditan membutuhkan waktu yang relatif lama, akibatnya akuntan publik dapat menunda untuk mempublikasikan laporan audit atau laporan keuangan auditannya yang nantinya akan sangat berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan. Lamanya waktu penyelesaian audit ini dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan. Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Perbedaan waktu ini dalam audit sering disebut dengan audit delay.

Lawrence dan Bryan (1998) dalam Prabandari (2007) mendefinisikan audit delay sebagai lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit.


(52)

2.2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay 2.2.5.1. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang sering diteliti dalam penelitian sebelumnya. Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat di dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan.

2.2.5.1.1. Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Audit Delay

Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak pula informasi yang terkandung di dalamnya. Pihak manajemen harus mengolah informasi tersebut dengan baik untuk dilaporkan pada pihak yang berkepentingan. Jika pihak manajemen tidak bersedia mengolah informasi tersebut dengan baik, maka laporan keuangan yang dihasilkan tidak akan bisa mencerminkan keadaan dari kondisi perusahaan. Bahkan bisa saja laporan keuangan tersebut akan terlihat dibuat secara sembarangan (asal jadi). Dengan demikian, pihak-pihak yang berkepentingan yang menggunakan laporan keuangan akan memandang bahwa kinerja perusahaan tersebut buruk. Jika hal itu terjadi, maka eksistensi perusahaan tidak akan bisa bertahan lama.

Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka akan melaporakan


(53)

semakin cepat karena perusahaan memiliki lebih banyak sumber informasi. Selain itu semakin tinggi kesadaran manajemen mengenai pentingnya informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan, akan membuat penyajian laporan keuangan menjadi lebih tepat waktu. Hal ini juga didukung oleh penelitian Saleh (2004), yang menyatakan bahwa perusahaan besar cenderung untuk menyajikan laporan keuangan lebih tepat waktu daripada perusahaan kecil atau dengan kata lain bahwa semakin besar aset perusahaan maka semakin pendek audit delay.

Wirakusuma (2004) mengutip pernyataan Dyer dan Hugh (1975) yang menyatakan bahwa manajemen perusahaan besar, memiliki dorongan untuk mengurangi masalah penundaan audit (audit delay) dan penundaan laporan keuangan, yang disebabkan karena perusahaan besar senantiasa diawasi secara ketat oleh para investor, asosiasi perdagangan, dan oleh agen regulator. Di samping itu perusahaan besar menghadapi tekanan yang kuat untuk menyampaikan laporan keuangannya dengan lebih cepat.

Dengan demikian ukuran perusahaan dapat dikatakan memiliki hubungan negatif terhadap audit delay. Berdasarkan analisis dan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.

2.2.5.2. Umur perusahaan

Umur perusahaan merupakan salah satu faktor yang jarang diteliti dalam penelitian sebelumnya. Umur perusahaan (age) diukur dari sejak


(54)

berdirinya perusahaan tersebut hingga saat perusahaan mencatatkan sahamnya di lantai bursa (company listing). Umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu bertahan. Semakin lama umur perusahaan, maka semakin banyak informasi yang telah diperoleh perusahaan tersebut. Perusahaan yang sudah lama berdiri, kemungkinan besar sudah memiliki banyak pengalaman yang diperoleh.

Umur perusahaan dapat menunjukkan kemampuan dalam mengatasi kesulitan dan hambatan yang dapat mengancam kehidupan perusahaan, serta menunjukkan kemampuan perusahaan mengambil kesempatan dalam lingkungannya untuk mengembangkan usaha. Siklus hidup perusahaan secara eksplisit mempunyai tujuan jangka panjang yaitu dapat menghasilkan keuntungan financial dan meningkatkan kinerja perusahaan (Saleh, 2004). Dengan demikian makin lama perusahaan berdiri kian menunjukkan eksistensinya dalam lingkungannya dan makin bisa meningkatkan kepercayaan investor.

2.2.5.2.1. Hubungan Umur Perusahaan dengan Audit Delay

Menurut Keiso (2002 : 50), perusahaan akan memiliki umur yang panjang yang berarti bahwa meskipun banyak mengalami kegagalan bisnis, namun perusahaan dapat memiliki kelangsungan hidup yang panjang. Dan walaupun akuntan tidak percaya bahwa perusahaan akan hidup selamanya, namun akuntan mengasumsikan bahwa mereka akan hidup cukup lama untuk memenuhi tujuan dan komitmen mereka.


(55)

Perusahaan yang memiliki umur lebih tua, cenderung untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan, dan menghasilkan informasi ketika diperlukan karena perusahaan telah memperoleh pengalaman belajar (Saleh, 2004). Selain itu perusahaan telah memiliki banyak pengalaman mengenai berbagai masalah yang berkaitan dengan pengolahan informasi dan cara mengatasinya. Perusahaan juga telah merasakan perubahan-perubahan yang terjadi selama kegiatan operasinya, sehingga perusahaan cenderung memiliki fleksibilitas dalam menangani perubahan yang akan terjadi. Hal ini membuat perusahaan mampu menyajikan laporan keuangan lebih lebih tepat waktu.

Dengan demikian umur perusahaan dapat dikatakan memiliki hubungan negatif terhadap audit delay. Berdasarkan analisis dan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa umur perusahaan juga berpengaruh terhadap audit delay.

2.2.5.3. Profitabilitas

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan) karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Bentuk paling mudah dari analisis profitabilitas adalah


(56)

menghubungkan laba bersih (pendapatan bersih) yang dilaporkan terhadap total aktiva di neraca.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu (Hanafi, 2003 : 83).

2.2.5.3.1. Hubungan Profitabilitas dengan Audit Delay

Menurut Givoly & Palmon (1982) dalam Rachmawati (2008) bahwa ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Jika pengumuman laba berisi berita baik maka pihak manajemen akan cenderung melaporkan tepat waktu dan jika pengumuman laba berisi berita buruk, maka pihak manajemen cenderung melaporkan tidak tepat waktu.

Perusahaan yang mengalami rugi cenderung memerlukan auditor untuk memulai proses pengauditan lebih lambat dari biasanya. Oleh karena hal tersebut, maka akan terjadi pula keterlambatan dalam menyampaikan kabar buruk kepada publik. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat dikarenakan keharusan untuk menyampaikan kabar baik secepatnya kepada publik. Mereka juga memberikan alasan bahwa auditor yang menghadapi perusahaan yang mengalami kerugian memiliki respon yang cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan proses pengauditan.


(57)

Semakin besar rasio profitabilitas, semakin baik pula kinerja perusahaan sehingga perusahaan akan cenderung untuk memberikan informasi tersebut pada pihak lain yang berkepentingan.

Dengan demikian, berarti profitabilitas mempunyai hubungan yang negatif terhadap penyelesaian laporan keuangan. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap audit delay.

2.2.5.4. Solvabilitas

Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya (Hanafi, 2003 : 81). Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan atau dapat dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya (baik jangka pendek maupun jangka panjang) (Riyanto, 1995 : 32 ).

Suatu perusahaan yang solvabel berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aset atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua utang-utangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya.


(58)

2.2.5.4.1. Hubungan Solvabilitas dengan Audit Delay

Menurut Carslaw & Kaplan (1991) dalam Rachmawati (2008) proporsi relatif dari hutang terhadap total aset mengindikasikan kondisi keuangan dari perusahaan. Proporsi yang besar dari hutang terhadap total aktiva akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan kehati-hatian dari auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. Hal ini disebabkan karena tingginya proporsi dari hutang akan meningkatkan pula resiko kerugiannya. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang tidak sehat cenderung biasanya dapat melakukan kesalahan manajemen (mismanagement) dan kecurangan (fraud).

Solvabilitas yang buruk merupakan bad news bagi perusahaan sehingga perusahaan cenderung berusaha untuk “memoles“ telebih dahulu sebelum laporan keuangan disajikan. Perusahaan dengan rasio solvabilitas yang tinggi akan cenderung memiliki rentang waktu penyajian laporan keuangan yang lebih lama (Wirakusuma, 2004).

Dengan demikian, berarti solvabilitas mempunyai hubungan yang positif dengan penyelesaian laporan keuangan. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa solvabilitas juga sangat berpengaruh terhadap audit delay.


(59)

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disusun kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pikir

Variabel Bebas (Independen) Variabel Terikat (Dependen)

Regresi Linear Berganda

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, penelitian terdahulu, dan teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang dapat dikemukakan adalah:

H1 : Diduga terdapat pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan,

profitabilitas, dan solvabilitas terhadap audit delay.

H2 : Diduga ukuran perusahaan, umur perusahaan, dam profitabilitas

berpengaruh negatif sedangkan solvabilitas berpengaruh positif terhadap audit delay.

Ukuran Perusahaan (X1) Umur Perusahaan (X2)

Profitabilitas (X3)

Audit Delay (Y)


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah pernyataan tentang definisi batasan dan

pengertian variabel-variabel dalam penelitian secara operasional baik

berdasarkan teori yang ada ataupun pengalaman-pengalaman empiris.

Variabel harus ditentukan dalam penelitian agar memudahkan di

dalam pemecahan masalah yang telah dirumuskan. Variabel adalah konsep

yang mempunyai bermacam-macam nilai. Hal ini berfungsi untuk

memperjelas variabel yang akan diteliti sesuai dengan masalah yang ada

dan hubangan antarvariabel sehingga tidak menimbulkan interpretasi lain.

1. Variabel Terikat (Y) atau variabel dependen adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

2. Variabel Bebas (X) atau variabel independen adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel terikat.

Definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini

adalah:

1. Variabel Terikat (Dependen)

a. Audit Delay (Y)

Audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang


(61)

diterbitkannya laporan audit. Variabel ini diukur berdasarkan

lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor

independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan,

sejak tanggal tahun tutup buku perusahaan, sejak tanggal tahun

tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal

tertera pada laporan auditor independen.

2. Variabel Bebas (Independen)

a. Ukuran Perusahaan (X1)

Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya kekayaan

yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Variabel ini diukur dari

jumlah total aset, baik aset lancar maupun aset tidak lancar yang

dimiliki oleh perusahaan.

b. Umur perusahaan (X2)

Umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan

mampu bertahan. Umur perusahaan diukur sejak perusahaan

melakukan first issue ke Bursa Efek Indonesia.

c. Profitabilitas (X3)

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset dan modal

saham tertentu (Hanafi, 2003 : 83). Rasio profitabilitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Total Asset


(62)

Laba bersih

Return On Total Asset (ROA) =

Total Aset

d. Solvabilitas (X4)

Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar

semua utang-utangnya (baik jangka pendek maupun jangka

panjang) (Riyanto 1995 : 32). Rasio solvabilitas yang digunakan

dalam penelitian ini adalah rasio total debt to total assets, yang

diukur dengan menggunakan rumus:

Total Hutang

Total Debt to Total Assets =

Total Aset

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan batas suatu objek penelitian dan sekaligus

merupakan batas bagi proses induksi (generalisasi) hasil penelitian

yang bersangkutan (Efferin, 2004 : 57)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode

2007-2009. Terdapat 31 perusahaan perbankan di sektor keuangan yang

dijadikan populasi, yaitu:

1. PT. Bank Agroniaga, Tbk (AGRO)

2. PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk (INPC)


(63)

4. PT. Bank Bumi Arta, Tbk (BNBA)

5. PT. Bank Capital Indonesia, Tbk (BACA)

6. PT. Bank Central Asia, Tbk (BBCA)

7. PT. Bank Century, Tbk (BCIC)

8. PT. Bank CIMB Niaga, Tbk (BNGA)

9. PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk (BDMN)

10.PT. Bank Ekonomi Raharja, Tbk (BAEK)

11.PT. Bank Eksekutif Internasional, Tbk (BEKS)

12.PT. Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk (SDRA)

13.PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk (BABP)

14.PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk (BNII)

15.PT. Bank Kesawan, Tbk (BKSW)

16.PT. Bank Lippo, Tbk (LPBN)

17.PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk (BMRI)

18.PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk (MAYA)

19.PT. Bank Mega, Tbk (MEGA)

20.PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk (BBNI)

21.PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk (BBNP)

22.PT. Bank OCBC NISP, Tbk (NISP)

23.PT. Bank Pan Indonesia, Tbk (PNBN)

24.PT. Bank Permata, Tbk (BNLI)

25.PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk (BBRI)


(64)

27.PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk (BBTN)

28.PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk (BTPN)

29.PT. Bank UOB Buana, Tbk (BBIA)

30.PT. Bank Victoria International, Tbk (BVIC)

31.PT. Bank Windu Kentjana International, Tbk (MCOR)

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (elemen) yang memenuhi

syarat untuk dijadikan objek penelitian (Efferin, 2004 : 58).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah puposive sampling yaitu merapatkan metode penetapan

sampel dengan cara menentukan target elemen populasi yang

diperkirakan paling cocok untuk dikumpulkan datanya.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini memiliki kriteria

sebagai berikut:

1. Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2007-2009.

2. Perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan selama tahun

2007-2009.

3. Perusahaan tersebut mempunyai laporan keuangan lengkap

termasuk laporan auditor independen.

Dari kriteria di atas, terdapat 18 perusahaan yang dijadikan

sampel dalam penelitian ini, yaitu:


(65)

2. PT. Bank Bumi Arta, Tbk (BNBA)

3. PT. Bank Central Asia, Tbk (BBCA)

4. PT. Bank CIMB Niaga, Tbk (BNGA)

5. PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk (BDMN)

6. PT. Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk (SDRA)

7. PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk (BABP)

8. PT. Bank Kesawan, Tbk (BKSW)

9. PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk (BMRI)

10.PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk (MAYA)

11.PT. Bank Mega, Tbk (MEGA)

12.PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk (BBNI)

13.PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk (BBNP)

14.PT. Bank Pan Indonesia, Tbk (PNBN)

15.PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk (BBRI)

16.PT. Bank Swadesi, Tbk (BSWD)

17.PT. Bank Victoria International, Tbk (BVIC)

18.PT. Bank Windu Kentjana International, Tbk (MCOR)

3.3. Data dan Metode Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang

berasal dari data sekunder berupa laporan keuangan dan laporan auditor


(66)

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang berasal dari

pihak lain atau pihak ketiga, misalnya perpustakaan atau lembaga lain

yang bukan sebagai objek penelitian itu sendiri (Sujoko Efferin, 2004 :

14).

3.3.2. Sumber Data

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersal dari

Bursa Efek Indonesia atau website www.idx.co.id dan ICMD (Indonesian

Capital Market Directory) periode 2007-2009 serta sumber-sumber

lainnya.

3.3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode

dokumentasi yaitu dengan cara mengumpulkan laporan keuangan auditor

independen yang telah dipublikasikan.

Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data

dengan cara melakukan analisis terhadap semua catatan dan dokumen

yang dimiliki oleh organisasi yang terpilih sebagai objek penelitian, atau

data dari individu sebagai objek penelitian (Sujoko Efferin, 2004 :


(67)

3.4. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Alat analisis data yang digunakan adalah uji regresi berganda. Uji

regresi berganda adalah suatu metode statistik umum yang digunakan

untuk meneliti hubungan antarvariabel dependen dan beberapa variabel

independen.

Analisis regresi berganda yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah:

Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4

Keterangan:

Y = lamanya hari penyelesaian audit (audit delay)

b0 = konstanta

X1 = ukuran perusahaan

b1 b2 b3 b4 = koefisien regresi

X2 = umur perusahaan

X3 = profitabilitas

X4 = solvabilitas

3.4.2. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data

mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data

tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai


(68)

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi

normal adalah:

a. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 5 %, maka distribusi adalah

tidak normal.

b. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 5 %, maka distribusi adalah

normal.

3.4.3. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi berganda harus bersifat BLUE (Best Linear

Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji

t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus

dipenuhi diantaranya:

a. Tidak terdapat autokorelasi

b. Tidak terdapat multikolinieritas

c. Tidak terdapat heteroskedastisitas

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut tidak terpenuhi,

maka persamaan regresi berganda yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE,

sehingga pengembilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.

3.4.3.1. Uji Autokorelasi

Autokorelasi bisa didefinisikan sebagai “korelasi di antara anggota

observasi yang diurut menurut waktu (seperti data deretan berkala) atau


(69)

bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi

antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2006 : 99).

Pendeteksian autokorelasi menurut Singgih ( 2001 : 219 ) yaitu

panduan mengenai D – W ( Durbin – Watson ) untuk mendeteksi

autokorelasi dilihat pada tabel D – W. Namun demikian secara umum bisa

diambil patokan :

a. Angka D – W dibawah –2 berarti ada autokorelasi positif.

b. Angka D – W diantara –2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.

c. Angka D – W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

Tindakan perbaikan menurut Singgih ( 2001 : 219 ) yaitu :

a. Melakukan transformasi data.

b. Menambah data

3.4.3.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel bebas (independen)

(Ghozali, 2006 : 95). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel independen.

Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

multikolinieritas yaitu dengan melihat besarnya nilai Variance Inflation


(70)

1 VIF =

Tolerance

Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih

yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance

yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi. Nilai cutoff yang umum

dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai

Tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2006 : 96).

3.4.3.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain (Ghozali, 2006 : 125).

Menurut Singgih Santoso (2002 : 301), deteksi adanya

heteroskedatisitas adalah:

1. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari Heteroskedastisitas.

2. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena Heteroskedastisitas.

3.4.4. Uji Hipotesis

3.4.4.1. Uji Kesesuaian Model

Uji kesesuaian model digunakan untuk menguji cocok atau

tidaknya model regresi yang dihasilkan untuk mengetahui pengaruh X1,


(71)

Ho : b1 = b2 = ………. = bk = 0

Artinya, model regresi yang dihasilkan tidak cocok untuk mengetahui

pengaruh X1, X2, X3, dan X4 terhadap Y.

HA : b1 ≠ b2 ≠ ………. ≠ bk ≠ 0

Artinya, model regresi yang dihasilkan cocok untuk mengetahui pengaruh

X1, X2, X3, dan X4 terhadap Y.

1. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 atau 5%.

2. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

a. Apabila tingkat signifikansi > 0,05 Ho diterima dan HA ditolak.

b. Apabila tingkat signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak dan HA diterima.

3.4.4.2. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen secara individual terhadap variabel dependen, dengan

prosedur sebagai berikut:

Ho : bi = 0

Artinya, variabel tersebut bukan merupakan penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependen.

HA : bi ≠ 0

Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap

variabel dependen.

1. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 atau 5%.


(72)

a. Apabila tingkat signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima dan HA ditolak. b. Apabila tingkat signifikansi < 0,05 Ho ditolak dan HA diterima.


(1)

99

4. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak cocok untuk untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap audit delay. Oleh karena itu, peneliti yang akan datang disarankan untuk menggunakan model teknik analisis yang lain.


(2)

   

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan implikasi penelitian pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan tentang pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap

audit delay sebagai berikut:

1. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap audit delay.

2. Model regresi yang digunakan tidak cocok untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap audit delay pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan implikasi penelitian pada bab sebelumnya, adapun saran yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan atau direksi yang bertanggung jawab atas laporan

keuangan sebaiknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi

audit delay sehingga tidak terjadi keterlambatan penyajian laporan


(3)

101

2. Bagi pihak-pihak, seperti: auditor, KAP, investor, dan BAPEPAM sebaiknya juga memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi audit

delay sehingga mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses

audit dan audit delay dapat ditekan seminimal mungkin, dijadikan bahan pertimbangan tersendiri dalam berinvestasi, serta menentukan kebijakan dan peraturan yang menyangkut ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.

3. Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan model teknik analisis yang lain dan memperbanyak jumlah sampel maupun jenis perusahaan yang diteliti sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Selain itu sebaiknya juga untuk menambah faktor yang diteliti dan periode penelitian hendaknya diperpanjang.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks

Agoes, Sukrisno, 2004, “Auditing, Jilid I”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2010, “Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Dan Skripsi Program Studi Akuntansi”, Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Arens dan Loebbecke, 1996, “Auditing Pendekatan Terpadu, Edisi Revisi 1996”, Diadaptasi oleh Amir Abadi Jusuf, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Baridwan, Zaki, 1992, “Intermediate Accounting, Edisi 7”, BPFE, Yogyakarta. Efferin, Sujoko, Stevanus Hadi Darmadji, dan Yuliawati Tan, 2004, “Metode

Penelitian untuk Akuntansi”, Bayumedia Publising, Malang.

Ghozali, Imam, 2006, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, Damodar N., 2007, “Dasar-Dasar Ekonometrika, Edisi Ketiga, Jilid 2”, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Guy, Dan M., C. Wayne Alderman, Alan J. Winters, 2002, “Auditing Edisi Kelima Jilid I”, Diterjemahkan oleh Sugiyarto. Penerbit Erlangga, Jakarta. Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim, 2003, “Analisis Laporan Keuangan”,

UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2001, “Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

______________________, 2007, “Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Kasmir, 2008, “Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat”, Liberty, Yogyakarta. Kieso, Donald E., Jerry J. Weeygandt, dan Terry D. Warfield, 2002, “Akuntansi

Intermediate Edisi kesepuluh Jilid 1”, Diterjemahkan oleh Emil Salim. Penerbit Erlangga, Jakarta.


(5)

Messier, William F., Steven M. Glover, dan Douglas F. Prawitt, 2006, “Auditing & Assurance Services : A Systematic Approach”. 5th ed. McGraw-Hill. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi, 2002, “Auditing”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Munawir, S., 2002, “Analisa Laporan Keuangan”, Penerbit Liberty, Yogyakarta. Rahayu, Siti Kurnia dan Ely Suhayati, 2010, “Auditing Konsep Dasar dan

Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik”, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Riyanto, Bambang, 1995, “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”, BPFE, Yogyakarta.

Santoso, Singgih, 2001, “Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametik”, Penerbit PT. ELex Media Komputindo, Jakarta.

Sumarsono, 2004, “Metode Penelitian Akuntansi, Edisi Revisi”, Penerbit FE UPN ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Jurnal-Jurnal

Almilia, Luciana Spica dan Lucas Setiady, 2006, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Penyajian laporan Keuangan pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ”, Seminar Nasional Good Corporate Governance di Universitas Trisakti Jakarta.

Prabandari, Jeane Deart Meity dan Rustiana, 2007, “Beberapa Faktor yang Berdampak pada Perbedaan Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di BEJ)”, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, KINERJA, Volume 11, No.1, Hal. 27-39.

Rachmawati, Sistya, 2008, “Pengaruh Faktor Eksternal Perusahaan terhadap Audit Delay dan Timeliness”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1, Mei : 1-10.

Saleh, Rachmaf, 2004, “Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi VII, Desember Bali, 2-3 Desember, Hal 897-910.

Subekti, Imam dan Novi Wulandari Widiyanti, 2004, “Faktor- Faktor yang

Berpengaruh terhadap Audit Delay di Indonesia”, Simposium Nasional


(6)

Wirakusuma, Made Gede, 2004, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rentang Waktu Penyajian Laporan Keuangan ke Publik (Studi Empiris Mengenai Keberadaan Divisi Internal Audit pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi VII, Desember Bali, 2-3 Desember, Hal 1202-1222.