cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan
minuman yang harus dihindari selama terapi Menteri Kesehatan RI, 2004 Pelayanan kefarmasian yang komprehensif meliputi dua kegiatan yaitu
memberikan rasa aman karena kesehatannya menjadi lebih baik dan menghindarkan masyarakat dari sakit dan penyakit. Asuhan atau pelayanan
kefarmasian merupakan pelayanan yang dibutuhkan dan diterima oleh pasien untuk mencapai tujuan terapi yang optimal karena pharmaceutical care dapat
meningkatkan kesehatan dan bahkan menyelamatkan nyawa pasien. Peran apoteker diharapkan tidak hanya menjual obat, tetapi lebih menjamin tersedianya
obat yang berkualitas, mempunyai efikasi, jumlah yang cukup aman, harga yang wajar, informasi yang cukup memadai, serta diikuti pemantauan pada saat
penggunaan obat dan akhirnya dilakukan evaluasi untuk mencapai tujuan terapi yang optimal bagi pasien Cipolle, 1998.
4.3.3 Penambahan Beban Biaya Apotek
Ketentuan PP No 51 tahun 2009 membawa konsekuensi bertambahnya beban biaya. Penambahan beban biaya tetap yakni pada pasal 24 ayat 1 yang
berbunyi “Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian, apoteker dapat mengangkat apoteker pendamping yang memiliki
SIPA”. Hasil distribusi total tanggapan responden terhadap kebijakan PP No 51
tahun 2009 terkait Penambahan beban biaya apotek dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.
25
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Distribusi tanggapan responden terhadap kebijakan PP No 51 tahun
2009 terkait Penambahan beban biaya apotek.
Kuesioner Jumlah
Setuju Tidak
berpendapat Tidak
Setuju Keharusan adanya Apoteker
Pendamping di apotek 26
Dukungan secara finansial kepada Apoteker dan Asisten Apoteker untuk
menambah pengetahuan dan keahlian melalui seminar atau diklat
22 4
Total 22
30
Berikut ini ditampilkan distribusi total tanggapan responden terhadap kebijakan PP No 51 tahun 2009 terkait penambahan beban biaya apotek dalam
bentuk diagram batang.
Diagram 4.3 Distribusi total tanggapan responden terhadap kebijakan PP No 51
tahun 2009 terkait penambahan beban biaya apotek Berdasarkan diagram 4.3, total tanggapan responden terhadap PP No. 51
tahun 2009 terkait penambahan beban biaya apotek yakni 22 setuju, tidak ada yang tidak berpendapat dan 30 tidak setuju.
Pemilik modal apotek secara umum tidak keberatan mengeluarkan biaya tambahan dengan harapan tenaga kefarmasian yang bekerja di apoteknya menjadi
lebih kompeten. Akan tetapi, penambahan beban biaya dengan adanya apoteker
5 10
15 20
25 30
Setuju Tidak
berpendapat Tidak Setuju
Kuesioner 7 Kuesioner 8
Total 22 22
0 0 0 26
4 30
26
Universitas Sumatera Utara
pendamping, 100 responden tidak setuju. Pada umumnya apotek harus mengeluarkan biaya tetap dua kali lipat lebih besar dari biaya tetap sebelum
penerapan PP No. 51 tahun 2009 Azizah, 2011. Apotek mengalami kesulitan untuk dapat meningkatkan omset, kemungkinan kesulitan tersebut disebabkan
oleh jumlah apotek yang terus berkembang, jumlah item obat yang semakin banyak dan semakin sedikit jumlah resep yang masuk Wiryanto, 2005.
Untuk mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang tinggi, semua tenaga farmasi harus meningkatkan
pengetahuan dan keahlian di bidang farmasi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Rubiyanto, 2009. Peningkatan pengetahuan dan
keahlian tenaga kefarmasian harus didukung oleh apotek secara finansial yang merupakan beban biaya tetap. Sedangkan penambahan beban biaya yang lain
adalah adanya apoteker pendamping di apotek, tujuannya adalah untuk menjaga kualitas pelayanan kefarmasian di apotek.
Seorang apoteker diharuskan untuk mengikuti perkembangan dalam praktik farmasi dan ilmu-ilmu farmasi, persyaratan standar kompetensi apoteker,
hukum yang mengatur tentang pekerjaan kefarmasian dan kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan dengan penggunaan obat-obatan
yang cukup pesat. Ini hanya dapat dicapai dengan komitmen seorang apoteker dalam mempertahankan profesionalismenya sehingga informasi dan ilmu
pengetahuan yang diterima berkembang sesuai dengan tantangan dan masalah yang dihadapi dan diharapkan mampu meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
pada masa yang akan datang. Standar kompetensi apoteker mengharuskan seorang
27
Universitas Sumatera Utara
apoteker harus ikut berperan aktif dalam pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas diri dan kualitas pelayanan kefarmasian IAI, 2004.
4.3.4 Penambahan Beban Kerja di Apotek