Pelayanan Resep Tanggapan Pemilik Modal Apotek Di Kota Medan Terhadap Peraturan Pemerintah RI NO. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian

Adapun manfaat dari SPO adalah : - SPO memberikan kejelasan kepada petugas apotek, untuk mengikuti langkah-langkah prosedur, sistematis dan seragam. - SPO membantu petugas farmasi dalam melakukan tugas dan tanggung jawab di apotek, sehingga menghindari kebingungan, dan fungsi tumpang tindih. - SPO membantu untuk memastikan bahwa pelayanan kefarmasian yang baik dapat diikuti dan dicapai setiap saat. - SPO adalah alat yang berguna untuk pelatihan anggota baru staf. - SPO membantu untuk menjamin kualitas dan konsistensi pelayanan, sehingga akan meminimalkan efek yang membahayakan pasien. Apoteker harus membuat SPO yang mencangkup berbagai aspekfungsi yang dilakukan di apotek dan prosedur hukum dan etika yang harus selalu diingat ketika menulis dan mengikuti SPO. Isi SPO harus jelas dan mudah dipahami oleh petugas farmasi.

2.7 Pelayanan Resep

Pelayanan resep adalah suatu proses pelayanan terhadap permintaan tertulis dokter, dokter gigi, dan dokter hewan kepada Apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Dalam PP No. 51 Pasal 21 ayat 2 berbunyi “Penyerahan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker” Peraturan Pemerintah, 2009. Peraturan ini jelas bahwa yang boleh melayani pemberian obat berdasarkan resep 13 Universitas Sumatera Utara adalah apoteker. Secara tidak langsung tersirat bahwa apoteker harus selalu ada di apotek untuk melakukan asuhan kefarmasian. Pelayanan obat non resep merupakan pelayanan kepada pasien yang ingin melakukan pengobatan sendiri, dikenal dengan swamedikasi. Swamedikasi sendiri bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan secara tepat, aman, dan rasional. Oleh sebab itu peran apoteker di apotek dalam pelayanan KIE komunikasi, informasi dan edukasi serta pelayanan obat kepada masyarakat perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan pengobatan sendiri. Obat untuk swamedikasi meliputi obat- obat yang dapat digunakan tanpa resep yang meliputi obat wajib apotek OWA, obat bebas terbatas OBT dan obat bebas OB. Dalam PP 51 tahun 2009 pasal 24, dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian, apoteker dapat menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan ketentuan peraturan. Secara tidak langsung pada pasal ini dijelaskan seorang apoteker hanya bisa menyerahkan obat keras dengan resep dokter. Swamedikasi obat keras non OWA di apotek dapat dikatakan sebagai bentuk pelanggaran hukum PP 51 tahun 2009. Pelanggaran hukum yang dilakukan tidak hanya sebatas pada PP No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, tetapi juga terhadap Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Praktek swamedikasi obat keras akan bertetangan dengan hukum diatas, jika tidak dilakukan oleh apoteker di apotek yang dibenarkan oleh peraturan hukum yang berlaku di Indonesia hanya swamedikasi obat keras yang termasuk Obat Wajib Apotek Wirasuta, 2010. 14 Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dokumen yang terkait

Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri NO. 27 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan Di Daerah Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

1 66 78

Persepsi Apoteker Penanggungjawab Apotek Di Kota Medan Terhadap Penerapan Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaankefarmasian

0 59 60

Implementasi Program Keluarga Berencana Menurut Undang - Undang No 52 Tahun 2009 Ditinjau Dari Prespektif Hokum Administrasi Negara

0 58 85

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

0 53 81

Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian

1 6 35

Tanggapan Konsumen Terhadap Kualitas Pekerjaan Kefarmasian Pada Beberapa Apotek di Palangkaraya - Ubaya Repository

0 0 1

Profil Tanggapan Konsumen Apotek Terhadap Pekerjaan Kefarmasian dan Tanggapan Petugas Apotek Terhadap Peranan Apoteker di Apotek K-24 Surabaya - Ubaya Repository

0 0 1

Profil Tanggapan Konsumen Apotek Terhadap Pekerjaan Kefarmasian untuk Obat Generik di Apotek Wilayah Rungkut Surabaya - Ubaya Repository

0 0 1

KEWENANGAN APOTEKER MELAKUKAN TINDAKAN KEFARMASIAN DALAM PELAYANAN OBAT KERAS GOLONGAN OBAT WAJIB APOTEK (OWA) SETELAH BERLAKUNYA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

0 0 15

PENGAWASAN TERHADAP PELAKSANAAN PEKERJAAN KEFARMASIAN DI APOTEK SETELAH BERLAKUNYA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK - Unika Repository

0 0 18