2. Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker Pemerintah RI, 2009.
Apoteker harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi
antar profesi, menempatkan diri sebagai pemimpin dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola sumber daya manusia, fisik dan anggaran secara efektif,
selalu belajar sepanjang karir dan membantu member pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan Menkes RI, 2004.
3. Asisten Apoteker
Asisten apoteker memiliki tugas dan fungsi dalam pengelolaan apotek, yaitu Umar, 2005 :
1. Fungsi pengembalian meliputi : mendata kebutuhan barang, mendata
pemasok, merncanakan dan melakukan pembelian sesuai dengan yang dibutuhkan, kecuali ketentuan lain dari APA dan memeriksa harga.
2. Fungsi gudang meliputi : menerima dan mengeluarkan berdasarkan fisik
barang, menata, merawat dan menjaga keamanan barang. 3.
Fungsi pelayanan meliputi : melakukan penjualan dengan harga yang telah ditetapkan, menjaga kenyamanan ruang tunggu, melayani konsumen
dengan ramah dan membina hubungan baik dengan pelanggan.
2.5 Kompetensi Profesi
Seorang apoteker diharuskan untuk mengikuti perkembangan dalam praktik farmasi dan ilmu-ilmu farmasi, persyaratan standar kompetensi apoteker,
hukum yang mengatur tentang pekerjaan kefarmasian dan kemajuan dalam ilmu
11
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan dan teknologi yang berhubungan dengan penggunaan obat-obatan yang cukup pesat. Ini hanya dapat dicapai dengan komitmen seorang apoteker
dalam mempertahankan profesionalismenya sehingga informasi dan ilmu
pengetahuan yang diterima berkembang sesuai dengan tantangan dan masalah yang dihadapi dan diharapkan mampu meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
pada masa yang akan datang. Secara mendasar kompetensi apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian harus meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Asuhan Kefarmasian
b. Regulasi Kefarmasian
c. Manajemen Praktik Farmasi
d. Akuntabilitas Praktik Farmasi
e. Komunikasi Kefarmasian
f. Pendidikan dan Pelatihan Kefarmasian
g. Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian
2.6 Standar Prosedur Operasional
Standar Prosedur Operasional adalah prosedur langkah-demi-langkah yang ditulis untuk kegiatan yang dilakukan di suatu organisasi komunitas farmasi.
Apoteker di apotek yang memiliki wewenang dalam pembuatan SPO dan dapat di periksa dan disetujui oleh apoteker seniorberpengalaman di apotek.
Standar Prosedur Operasional SPO merupakan prosedur tertulis berupa petunjuk operasional tentang pekerjaan kefarmasian. Keharusan membuat dan
memperbaharui Standar Prosedur Operasional dimaksudkan agar dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan meningkatkan mutu pelayanan yang lebih
baik Pemerintah RI, 2009.
12
Universitas Sumatera Utara
Adapun manfaat dari SPO adalah : -
SPO memberikan kejelasan kepada petugas apotek, untuk mengikuti langkah-langkah prosedur, sistematis dan seragam.
- SPO membantu petugas farmasi dalam melakukan tugas dan tanggung
jawab di apotek, sehingga menghindari kebingungan, dan fungsi tumpang tindih.
- SPO membantu untuk memastikan bahwa pelayanan kefarmasian yang
baik dapat diikuti dan dicapai setiap saat. -
SPO adalah alat yang berguna untuk pelatihan anggota baru staf. -
SPO membantu untuk menjamin kualitas dan konsistensi pelayanan, sehingga akan meminimalkan efek yang membahayakan pasien.
Apoteker harus membuat SPO yang mencangkup berbagai aspekfungsi yang dilakukan di apotek dan prosedur hukum dan etika yang harus selalu diingat
ketika menulis dan mengikuti SPO. Isi SPO harus jelas dan mudah dipahami oleh petugas farmasi.
2.7 Pelayanan Resep