STRUKTUR Gambaran yang terjadi seharusnya OUGHT TO BE

13 organisasi tidak akan bersandarkan pada prinsip COP control, Order Prediction, melainkan ACE Alignment, Creativity Empowering, Organizational Behaviour – Fred Luthans.

3. STRUKTUR

Sebagaimana yang telah kita ketahui, Pemerintah belum lama ini telah mengeluarkan kebijakan baru mengenai pedoman struktur organisasi didaerah yaitu dengan dikeluarkannya PP No. 8 Tahun 2003, menggantikan Peraturan Pemerintah sebelumnya yaitu PP No. 84 tahun 2000, tentang Susunan Organisasi dan Tatakerja Perangkat Daerah. Bila dikaji dari pelaksanaan Otonomi Daerah, yang merupakan Pemberian kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab, khususnya kepada KabupatenKota, dapat diartikan bahwa Pemerintah masih setengah hati di dalam menggulirkan prinsip-prinsip Otonomi Daerah. Struktur organisasi yang disarankan dalam rangka reformasi birokrasi adalah struktur yang memberikan penekanan kepada Efisiensi pelayanan Agus Dwiyanto 2002;73 sehingga pekerjaan birokrasi menjadi efisien dan efektif dan dapat meningkatkan kinerjanya. Struktur organisasi hendaknya tidak terlalu besar, harus berdasarkan kebutuhan, dan diutamakan yang “lean and match miskin struktur tapi kaya fungsi. Organisasi juga dapat didifferensiasikan atau diintegrasikan, jadi tidak baku, ia aka berkembangan sesuai dengan beban pekerjaan. Proses Integrasi dapat menjinakkan keliaran dari differensiasi yang sangat berbahaya bagi organisasi Thoha, 2002; 206. Penerapan struktur berciri hierarkhis dalam suatu organisasi pada beberapa segi memang cukup memberikan kontribusi utamanya dalam hal penataan atau tertib administrasi birokrasi. Struktur organisasi dengan pola ini masih banyak dianut oleh suatu organisasi besar dan modern. Namun dalam beberapa segi, struktur hierakhis juga dinilai memiliki kelemahan-kelemahan yang tidak sesuai lagi dengan paradigma, tuntutan, kebutuhan serta tujuan dan misi dari suatu organisasi birokrasi modern dewasa ini, utamanya dalam organisasi yang berorientasi pada pelayanan masyarakat. Penerapan dari konsepsi birokrasi Weber ini, memang sudah seharusnya diadaptasikan kembali dengan situasi dan kondisi bangsa kita, terlebih lagi di era reformasi seperti sekarang. Hal ini jugalah yang setidak-tidaknya pernah dilontarkan 14 oleh sejumlah sosiolog terhadap konsepsi Weber. Banyak pakar sosiologi yang mengkritik Weber, diantaranya adalah Warren Bennis 1967 dalam tulisannya di majalah “ Personel Administration ” 1967. “Kita bersama-sama akan menyaksikan jatuhnya konsepsi Weber pada sekitar 25 dan 50 tahun mendatang dan berganti dengan sistem sosial baru yang sesuai dengan harapan masyarakat abad ke-20” Thoha, 2003 . Heckscher dan Donellon juga demikian, dengan mengatakan, “Bentuk organisasi masa depan adalah apa yang dinamakan dengan “ Post Bureaucratic Organization ” yang berbeda dari Birokrasi Weberian, karena tidak hanya menempatkan diri pada kohirensi internal dan pemusatan kekuasaan, akan tetapi juga pada interaksi eksternal dan interaksi sosial yang berhubungan dengannya”. Menurut kedua pakar ini, Kekuasaan powering bukan satu-satunya alat yang ampuh untuk melaksanakan mekanisme birokrasi tanpa diimbangi dengan kewenangan melalui persuasi dan dialog empowering Bachrach, 1992 . Di tahun 1992, David Osborn dan Ted Gilbert seakan memberikan Shock teraphy yang mencengangkan dunia organisasi birokrasi melalui konsep “Reinventing Government”, serta “Banishing bureaucracy” – David Osborn Peter Plastrik 1997. Semenjak itu paradigma organisasi birokrasi lebih adaptable terhadap berbagai perubahan dan tuntutan yang berkembang di dalam hal pelayanan masyarakat public service, seperti Quality organization, Learning organization, entrepreneurial government dsbnya. Struktur hierarkhis yang diterapkan dalam organisasi pemerintahan, hendaknya tidak lebih dominan dari pencapaian tujuan dan misi dari organisasi, “ They are driven by their their goals and missions not by their rules and regulations” - Public Management, Owen C. Hughes, Tidak semata-mata berpegang pada prinsip “sesuai pada aturan” – rechmategheid, melainkan lebih menitik-beratkan pada prinsip “kemanfaatannya bagi masyarakat” – doelmategheid. Oleh karenanya, tidak berlebihan jika Caiden dalam Administrative reform comes of age, menilai bahwa “Adminstrative reform in the third world is almost beyond the realization”, mengingat prinsip administrasi birokrasi yang dilaksanakan pada sejumlah negara berkembang dunia ketiga masih terlalu kental dan berpegang pada aturan-aturan internal organisasi. 15

4. STAF