54
Q = x Cd x Be x x He
32
....................................................................... 2.77 dimana:
Q = debit yang melewati spillway m
3
detik Cd = koefisien debit limpasan
Be = lebar efektif spillway m g
= percepatan gravitasi 9,81 m
2
detik He = tinggi energi m
Langkah-langkah yang diperlukan untuk analisis flood routing adalah Kodoatie dan Sugiyanto, 2000:
a. Menentukan hidrograf inflow sesuai skala perencanaan.
b. Menyiapkan data hubungan elevasi terhadap luas genangan dan volume
tampungan bendungan. c.
Menentukan atau menghitung debit limpasan spillway bendungan pada setiap ketinggian diatas spillway dan dibuat dalam grafik.
d. Ditentukan kondisi awal waduk muka air waduk pada saat di mulai routing,
kondisi paling bahaya.
2.14 Volume Tampungan Bendungan
Volume tampungan bendungan dibagi menjadi tiga bagian yaitu tampungan bendungan untuk sedimen, tampungan untuk berbagai kebutuhan dan
tampungan bendungan untuk banjir. Tampungan untuk berbagai kebutuhan disini merupakan tampungan yang disediakan untuk evaporasi, resapan dan kebutuhan
air baku.
2.14.1. Hubungan Elevasi dan Volume Tampungan Bendungan
Perhitungan hubungan antara elevasi dan volume tampungan bendungan menggunakan metode Average Area dan Modified Prism Brazilian Electricity
Regulatory Agency, 2000 dengan persamaan: a.
Average Area
55
V =
+
x E
............................................................................................ 2.78 dimana:
V = volume bendungan m
3
A = luas kontur A m
2
B = luas kontur B m
2
E = beda elevasi antara permukaan A dan B m Persamaan diatas dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Gambar 2.18. Average Area Method Brazilian Electricity Regulatory Agency, 2000
b. Modified Prism
V = E3 x A +
. + B ................................................................... 2.79
dimana: V = volume bendungan m
3
A = luas kontur A m
2
B = luas kontur B m
2
E = beda elevasi antara permukaan A dan B m Persamaan diatas dapat diilustrasikan sebagai berikut:
56
Gambar 2.19. Modified Prism Method Brazilian Electricity Regulatory Agency, 2000.
Kemudian dibuat grafik hubungan antara elevasi dan luas genangan serta grafik hubungan antara elevasi dan volume tampungan bendungan.
2.14.2. Volume Bendungan untuk Kebutuhan Air Baku
Volume kebutuhan untuk air baku diperoleh dari hasil analisis kebutuhan air baku dengan proyeksi kebutuhan 50 tahun ataupun 100 tahun mendatang
sesuai dengan skala perencanaan.
2.14.3. Volume Kehilangan Air pada Bendungan Akibat Evaporasi
Besarnya volume air yang hilang karena penguapan pada permukaan bendungan dapat dirumuskan sebagai berikut:
V
e
= E
a
x S x A x d ..................................................................................... 2.80
dimana: Ve = volume untuk penguapan tampungan bendungan m
3
Ea = evaporasi dari hasil perhitungan mmhari S
= penyinaran matahari hasil pengamatan A = luas permukaan tampungan bendungan
d = jumlah hari
57 Sedangkan besarnya evaporasi dihitung dengan persamaan empiris
Penmann sebagai berikut Gunadarma, 1997:
E
a
= 0.35ea-ed1+0.01V .............................................................................. 2.81
dimana: Ea = Evaporasi dari hasil perhitungan mmhari
ea = tekanan uap jenuh pada suhu rata-rata harian mmHg ed = tekanan uap sebenarnya mmHg
V = kecepatan angin pada ketinggian 2 m diatas permukaan tanah milehari
2.14.4. Volume Resapan Bendungan