Latar Belakang Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS 3. Ir. Iskandarini, MM, Ph.D

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas penduduknya petani. Secara geografis Indonesia yang juga merupakan negara kepulauan memiliki potensi alam yang besar dalam bidang pengolahan pertanian. Potensi pertanian Indonesia yang tinggi salah satunya disebabkan wilayah Indonesia yang memiliki wilayah daratan sepertiga dari luas keseluruhan ini dilewati barisan pengunungan dunia. Hal ini menyebabkan wilayah daratan Indonesia sangat subur. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Itulah mengapa Indonesia juga disebut sebagai negara agraris. Kondisi geografis yang menguntungkan tidak menjadikan Indonesia bebas dari permasalahan ketahanan dan kerentanan pangan. Permasalahan ketahanan dan kerentanan pangan masih terdapat di beberapa daerah di Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari Peta Keamanan dan Kerentanan Pangan Food Security and Vulnerability Atlas, FSVA yang diterbitkan oleh World Food Programme WFP bekerja sama dengan Dewan Ketahanan Pangan DKP Nasional pada tahun 2009. Pada tahun 2009 terdapat 100 kabupaten yang masih dalam kategori rentan pangan. Sumatera Utara termasuk peringkat ke 13 yang memiliki kabupaten yang rentan pangan proritas pertama dan peringkat 98 yang memiliki kabupaten rentan pangan proritas ke tiga. Hal ini terasa janggal mengingat Indonesia secara umum dan Sumatera Utara secara khusus memiliki potensi yang luar biasa secara geografis FSVA, 2009. Universitas Sumatera Utara Kerentanan pangan di Indonesia dilihat dari kebijakan pemerintah untuk mengimpor beras. Impor dilakukan dalam rangka menjaga ketahanan pangan nasional. Salah satunya adalah Sumatera Utara yang secara umum merupakan salah satu lumbung pangan nasional, namun masih ada kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang defisit pangan. Kabupaten Asahan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara yang mengalami defisit pangan, berdasarkan peta ketahanan pangan Sumatera Utara tahun 2011 disebutkan bahwa 16 kecamatan dari 25 kecamatan yang ada di Kabupaten Asahan dalam kondisi defisit pangan. Ditambah lagi tingginya pertumbuhan penduduk di Kabupaten Asahan yang tidak sebanding dengan pertumbuhan komoditi pangan. Berdasarkan data badan pusat statistik, pertumbuhan penduduk di Kabupaten Asahan adalah sebesar 1,11 sedangkan pertumbuhan produksi padi hanya sebesar 0,07, ubi kayu sebesar 0,32 dan jagung sebesar 0,15 dalam periode lima tahun terkhir. Kondisi kemiskinan di Kabupaten Asahan juga cukup tinggi sehingga dapat menghambat msyarakat untuk memperoleh pangan. Menurut data BPS jumlah penduduk miskin di Kabupaten Asahan pencapai 76,30 ribu jiwa atau sebesar 10,85 pada tahun 2011. Dalam kondisi tingginya tingkat kemiskinan maka daya beli masyarakat akan menjadi rendah, sehingga dapat menyebabkan masyarakat tidak mampu mengakses pangan, dan pada akhirnya akan menyebabkan masalah terhadap ketahanan pangan. Dimana pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Pangan sebagai sumber zat gizi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air menjadi landasan utama manusia untuk mencapai Universitas Sumatera Utara kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Janin dalam kandungan, bayi, balita, anak, remaja, dewasa maupun usia lanjut membutuhkan makanan yang sesuai dengan syarat gizi untuk mempertahankan hidup, tumbuh dan berkembang, serta mencapai prestasi kerja. Berdasarkan latar belakang di atas membuat peneliti tertarik ingin mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi ketahanan dan kerentanan pangan di Kabupaten Asahan.

1.2. Identifikasi Masalah