mengekspor komoditas pertanian yang bernilai ekonomi tinggi kemudian membeli komoditas pangan di pasar nasional dan internasional. Ketahanaan dan kerentanan
pangan dipengaruhi oleh faktor akses pangan dan pemanfaatan pangan. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima.
Bila dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Akhmad Munim 2011 dalam jurnalnya yang berjudul analisis pengaruh faktor
ketersediaan, akses, dan penyerapan pangan terhadap ketahanan pangan di kabupaten surplus pangan. Hasil yang diperoleh sama, yaitu
Dari hasil perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa ketahanan pangan pada suatu wilayah tidak mensyaratkan untuk melakukan swasembada produksi
pangan karena tergantung pada sumberdaya yang dimiliki. Suatu wilayah bisa menghasilkan dan mengekspor komoditas pertanian yang bernilai ekonomi tinggi
dan barang-barang industri, kemudian membeli komoditas pangan di pasar nasional dan internasional. Sebaliknya, wilayah yang melakukan swasembada
pangan pada level nasional, namun dijumpai masyarakatnya yang rentan pangan karena ada hambatan akses dan pemanfaatanpenyerapan pangan.
faktor ketersediaan pangan tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap ketahanan pangan di
kabupaten surplus pangan. Sedangkan faktor akses serta pemanfaatanpenyerapan pangan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ketahanan pengan di
kabupaten surplus pangan.
5.2.2. Pengaruh Indikator Ketahanan dan Kerentanan Pangan
Selanjutnya dilakukan analisis regresi logistik binary logistic dengan tingkat kepercayaan 90, untuk melihat pengaruh indikator ketahanan dan
kerentanan pangan. Adapun indicator yang digunakan sebagai variabel bebas
Universitas Sumatera Utara
adalah rasio konsumsi normative X1, persentase penduduk hidup dibawah garis kemiskinan X2, persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang
memadai X3, persentase desa yang tinggal lebih 5 km dari fasilitas kesehatan X4, persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih X5, dan untuk variabel
terikatnya adalah ketahanan dan kerentanan pangan kronis Y. Sedangkan persentase rumah tangga tanpa akses listrik, perempuan buta huruf dan berat
badan balita dibawah standar tidak disertakan dalam analisis untuk menghindari terjadinya multikolinearitas. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 15. Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi - Square Df
Sig.
Step 1 Step
Block Model
24.975 24.975
24.975 5
5 5
.000 .000
.000
Sumber : Hasil olahan lampiran 14
Dari data yang diperoleh diketahui nilai chi-square 24.975 dengan
signifikansi berada di 0.000 0.10 yang menyatakan bahwa secara serempak variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat. Dan persamaan yang
dihasilkan dapat memprediksikan bahwa ketahanan dan kerentanan pangan dipengaruhi oleh rasio konsumsi normative X1, persentase penduduk hidup di
bawah garis kemiskinan X2, persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai X3, persentase desa yang tinggal lebih 5 km dari
fasilitas kesehatan X4, persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih X5.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 16. Hosmer and Lemeshow Test
Sumber : Hasil olahan lampiran 14
Selain dilihat dari omnibus test secara serempak juga dapat dilihat dari
nilai hosmer and lemeshow test. Dan dari Tabel 16 dapat dilihat nilai signifikansi dari nilai hosmer and lemeshow adalah 0,990 dan nilai signifikansi ini berada di
0,990 0,1 yang menyatakan bahwa tidak bisa ditolak adanya hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat dan model sudah sesuai adequately fits dengan
data. Dari kedua pegujian diatas maka dapat disimpulkan model logistik layak digunakan.
Uji regresi logit secara parsial dilakukan terhadap semua variabel independen dengan tingkat signifikansi 10. Untuk mengetahui apakah rasio
konsumsi normative X1, persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan X2, persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai
X3, persentase desa yang tinggal lebih 5 km dari fasilitas kesehatan X4, persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih X5, secara parsial
berpengaruh nyata atau tidak terhadap ketahanan dan kerentanan pangan Y, maka digunakan uji wald. Secara lengkap hasil uji regresi logit disajikan dalam
Tabel 17 sebagai berikut:
Step Chi-square
df Sig.
1 .543
5 .990
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 17. Variables in the Equation
No. Variabel
Koefisien Wald
Df Sig.
Odd ratio
1
Rasio konsumsi normative
-3.456 1.912
1 .167
.032
2
Persentase penduduk hidup di bawah garis
kemiskinan -.502
4.164 1
.041 .605
3 4
5
Persentase desa yang tidak memiliki akses
penghubung yang memadai
Persentase desa yang tinggal lebih 5 km dari
fasilitas kesehatan Persentase rumah
tangga tanpa akses ke air bersih
1.572
.455
-.116 .040
.787
.519 1
1
1 .842
.375
.471 4.816
1.576
.890
Constant 8.429
3.125 1
.077 4576.193
Nagelkerke R-Squer = 0,884
Sumber : Hasil olahan lampiran 14
Pada bagian ini ditampilkan nilai koefisien α, β
1,
β
2,
β
3,
β
4,
β
5,
Yi = ln �
�� ��−1
�= 8,429 -3,456X serta tingkat
signifikasi dari wald. Dari Tabel 17 diperoleh persamaan : -0,502X
2
+1,572X
3
+0,455X
4
-0,116X
5
Berdasarkan Tabel 17 dan persamaan logit diatas dapat diintepretasikan sebagai berikut:
+ µ
Nilai Negelkerke R
2
sebesar 0,884 tersebut menunjukkan informasi bahwa 88,4 ketahanan dan kerentanan pangan dapat dijelaskan oleh variabel rasio
konsumsi normative X1, persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan X2, persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai
Universitas Sumatera Utara
X3, persentase desa yang tinggal lebih 5 km dari fasilitas kesehatan X4, dan persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih X5.
1. Rasio konsumsi normative Berdasarkan hasil pengujian, menunjukkan bahwa untuk variabel rasio
konsumsi normative memiliki nilai probabilitas sebesar 0,167 0,1. Dengan demikian secara parsial variabel rasio konsumsi normative tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap ketahanan dan kerentanan pangan. Karena rasio konsumsi normative merupakan indicator ketersediaan pangan, Ini berarti defisit
atau surplusnya komoditi pangan di suatu daerah tidak mempengaruhi ketahanan pangan di suatu daerah. Suatu daerah bisa menghasilkan dan mengekspor
komoditas pertanian yang bernilai ekonomi tinggi dan barang-barang industri, kemudian membeli komoditas pangan di pasar nasional maupun internasional.
2. Persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan Berdasarkan hasil pengujian, menunjukkan bahwa untuk variabel
persentase penduduk hidup dibawah garis kemiskinan memiliki nilai probabilitas sebesar 0,041 0,1. Dengan demikian secara parsial variabel persentase penduduk
hidup dibawah garis kemiskinan berpengaruh secara signifikan terhadap ketahanan dan kerentanan pangan. Dengan koefisien regresi yang bernilai negatif
sebesar -0,502 menunjukkan bahwa semakin besar persentase penduduk hidup dibawah garis kemiskinan maka semakin kecil peluang kondisi tahan pangan pada
suatu daerahkecamatan. Dari nilai odd rasio pada persentase penduduk hidup dibawah garis
kemiskinan sebesar 0,605 berarti setiap bertambahnya 1 persen pada persentase penduduk hidup dibawah garis kemiskinan ada peluang kecamatan tersebut
Universitas Sumatera Utara
sebesar 0,605 kali menjadi rentan pangan. Dengan kata lain ada kecenderungan pada kecamatan yang ada di Kabupaten Asahan sebesar 0,605 kali menjadi rentan
pangan apa bila terjadi peningkatan persentase penduduk hidup dibawah garis kemiskinan.
3. Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai Berdasarkan hasil pengujian, menunjukkan bahwa untuk variabel persentase
desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai memiliki nilai probabilitas sebesar 0,842 0,1. Dengan demikian secara parsial variabel
persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketahanan dan kerentanan pangan. Hal ini
terjadi karena kondisi desa di Kabupaten Asahan telah memiliki akses penghubung yang memadai, sehingga tidak ada hambatan akses pangan secara fisik yang terjadi
di Kabupaten Asahan. Masih adanya daerah yang rentan pangan di Kabupaten Asahan lebih dipengaruhi oleh persentase penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan. 4. Persentase desa yang tinggal lebih 5 km dari fasilitas kesehatan
Berdasarkan hasil pengujian, menunjukkan bahwa untuk variabel persentase desa yang tinggal lebih 5 km dari fasilitas kesehatan memiliki nilai
probabilitas sebesar 0,375 0,1. Dengan demikian secara parsial variabel persentase desa yang tinggal lebih 5 km dari fasilitas kesehatan tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap ketahanan dan kerentanan pangan. Hal ini terjadi karena desa yang ada di Kabupaten Asahan telah memiliki fasilitas kesehatan
yang sangat baik. Hanya 3 kecamatan yang memiliki desa yang jaraknya lebih dari 5 km dari fasilitas kesehatan dan pesentasenya sangat kecil.
Universitas Sumatera Utara
5. Persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih Berdasarkan hasil pengujian, menunjukkan bahwa untuk variabel
persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih memiliki nilai probabilitas sebesar 0,471 0,1. Dengan demikian secara parsial variabel persentase rumah
tangga tanpa akses ke air bersih tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketahanan dan kerentanan pangan. Hal ini terjadi karena akses ketersediaan air
bersih bagi kecamatan yang ada di kabupaten asahan telah tersedia dengan sangat baik, hal ini terlihat dari persentase rumah tangga yang tidak memiliki akses ke air
bersih lebih kecil dari 30. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa indicator yang
mempengaruhi ketahanan dan kerentanan pangan secara signfikan adalah persentasae penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan. Untuk itu daerah
perlu meningkatkan daya beli masyarakat seperti menciptakan peluang kerja bagi penduduk yang hidup dibawah gaeis kemiskinan, membuat program
pengembangan komoditi pertanian yang bernilai ekonomi tinggi untuk dikelola oleh penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan dengan bimbingan dan
bantuan dari pemerintah. Program lain yang dapat dikembangkan oleh pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan juga dapat dilakukan dengan membangun
tempat pelatihan ketenaga kerjaan dan keterampilan untuk masyarakat miskin di daerah yang rentan pangan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan