menyebabkan menurunnya kondisi hutan dan berkurangnya luas penutup hutan FSVA Sumatera Utara, 2011.
2.3. Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis
baca diantaranya :
Penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Munim 2011 dalam jurnalnya yang berjudul Analisis Pengaruh Faktor Ketersediaan, Akses, dan Penyerapan
pangan terhadap ketahanan pangan di Kabupaten surplus pangan, dan menyimpulkan
Ibrahim, dkk 2008 dalam artikel yang berjudul Analisis Ketahanan Pangan di Jawa Timur, berdasarkan hasil faktor-faktor yang mempengaruhi
ketahanan pangan di Propinsi Jawa Timur, ada beberapa temuan yang dapat disimpulkan:
bahwa faktor ketersediaan pangan tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap ketahanan pangan di kabupaten surplus pangan. Sedangkan
faktor akses serta penyerapan pangan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ketahanan pengan di kabupaten surplus pangan.
1. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa produksi padi di Jawa Timur dipengaruhi secara signifikan oleh luas lahan padi, curah hujan, jumlah
penduduk, dan harga beras. 2. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa produksi jagung di Jawa
Timur dipengaruhi secara signifikan oleh luas lahan jagung dan nilai tukar petani.
Universitas Sumatera Utara
Ikeu Tanziha dan Eka Herdiana 2009 dalam Jurnal yang berjudul Analisis Jalur Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah
Tangga di Kabupaten Lebak, Propinsi Banten menyimpulkan bahwa pengaruh langsung terbesar terhadap ketahanan pangan rumah tangga adalah pengeluaran
rumah tangga. Jalur tidak langsung yang paling berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga adalah dimulai dari penurunan jumlah anggota rumah
tangga, pengeluaran per kapita, dan ketahanan pangan rumah tangga
.
2.4. Kerangka Pemikiran
Ketahanan pangan diartikan sebagai terpenuhinya pangan dengan ketersediaan yang cukup, tersedia setiap saat di semua daerah, mudah
memperoleh, aman dikonsumsi dan harga yang terjangkau. Sedangkan kerentanan pangan adalah mengacu pada suatu kondisi yang membuat suatu wilayah yang
beresiko mengalami ketidak cukupan pangan untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan para penduduknya. Sedangkan
kerentanan pangan kronis merupakan kondisi ketidak mampuan jangka panjang atau terus menerus untuk memenuhi kebutuhan pangan minimum.
Pangan adalah karbohidrat yang bersumber dari produksi pangan pokok serealia, yaitu padi, jagung, dan umbi-umbian ubi kayu dan ubi jalar yang
digunakan untuk memahami tingkat kecukupan pangan. Ketahanan dan kerentanan pangan dipengaruhi oleh tiga sub sistem utama dan terdiri dari 13
indikator yang digunakan untuk mengetahui ketahanan dan kerentanan pangan suatu daerah. Ketiga sub sitem utama ketahanan pangan tersebut adalah
ketersediaan Food Availability, akses Food Access, dan penyerapan pangan Food Utilization.
Universitas Sumatera Utara
Indikator peta ketahanan dan kerentanan pangan dapat digolongkan ke dalam dua komponen yaitu bersifat kronis dan bersifat sementara. Ketahanan
pangan dan kerentanan pangan kronis dicerminkan melalui indikator yang ada pada subsitem ketersediaan pangan, akses terhadap pangan serta indikator yang
ada pada subsistem pemanfaatan pangan 9 indikator. Ke 9 indikator yang digunakan pada FSVA untuk mengetahui ketahanan dan kerentanan pangan kronis
pada suatu wilayah. Faktor – faktor yang mempengaruhi ketahanan dan kerentanan pangan
kronis adalah ketersediaan pangan, akses pangan dan pemanfaatan pangan yang terdiri dari 9 indikator yaitu rasio konsumsi normative, persentase penduduk hidup
dibawah garis kemiskinan, persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai, persentase rumah tangga tanpa akses listrik, persentase desa yang
tinggal lebih 5 km dari fasilitas kesehatan, persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih, perempuan buta huruf, berat badan balita dibawah standar, dan angka
harapan hidup pada saat lahir. Namun pada pemanfaatan pangan, indikator angka harapan hidup tidak dimasukkan karena data tidak tersedia berdasarkan
kecamatan, sehingga hanya 8 indikator yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya konsep kerangka pemikiran dalam penelitian ini, secara
skematis dapat dilihat pada Gambar 1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan : Menyatakan pengaruh
Menyatakan indikator Ketersediaan
Pangan
Akses Pangan
Pemanfaatan Pangan
Ketahanan dan Kerentanan Pangan
Kronis
Persentase desa yang tinggal lebih 5 km dari
fasilitas kesehatan
Perempuan buta huruf Berat badan balita
dibawah standar Rasio konsumsi
normative
Persentase penduduk hidup di bawah garis
kemiskinan
Persentase desa yang tidak memiliki akses
penghubung yang memadai
Persentase rumah tangga tanpa akses listrik
Persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih
Universitas Sumatera Utara
2.5. Hipotesis Penelitian