2. Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai. Jalan merupakan infrastruktur wilayah yang sangat mempengaruhi kinerja
kegiatan ekonomi. Dalam perdagangan pemasaran produk pertanian ada fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Proses pengangkutan dan handling product
diperlancar infrastruktur jalan yang baik. Kondisi jalan tanah relatif kurang tahan dalam memfasilitasi sarana transportasi seperti truk pengangkut hasil pertanian
maupun dalam mendistribusikan hasil pangan dari luar daerah ke daerah tersebut. Sehingga indikator ini dipilih sebagai indikator yang memperlancar akses pangan
3. Persentase rumah tangga tanpa akses listrik. Listrik merupakan faktor yang mendukung kegiatan ekonomi di suatu
wilayah. Dinamika ekonomi akan semakin tinggi dengan adanya listrik yang dapat diakses masyarakat disuatu wilayah. Tersedianya fasilitas listrik di suatu wilayah
akan membuka peluang yang lebih besar untuk meningkatkan volume pekerjaan yang telah dijalankan atau menambah peluang kerja baru yang lebih baik.
Indikator ini merupakan indikasi tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.
Hanani, 2009.
2.2.3. Pemanfaatan Pangan
Pemanfaatan pangan penyerapan pangan Food Utilazation yaitu penggunaan pangan untuk kebutuhan hidup sehat yang meliputi kebutuhan energi
dan gizi, air dan kesehatan lingkungan. Efektifitas dari penyerapan pangan tergantung pada pengetahuan rumah tangga individu sanitasi dan ketersediaan
air, fasilitas kesehatan, serta penyuluhan gizi dan pemeliharaan balita.
Universitas Sumatera Utara
Pemanfaatan penyerapan pangan erat kaitannya dengan mutu dan keamanan pangan. Mutu dan keamanan pangan tidak hanya berpengaruh terhadap
kesehatan manusia, tetapi juga terhadap produktivitas ekonomi dan perkembangan sosial baik individu, masyarakat maupun negara. Selain itu mutu dan keamanan
pangan terkait erat juga dengan kualitas pangan yang dikonsumsi, yang secara langsung berpengaruh terhadap kualitas kesehatan serta pertumbuhan fisik dan
intelgensi manusia. Indikator – indikator untuk menjelaskan tentang penyerapan pangan antara
lain fasilitas dan layanan kesehatan dengan cara peningkatan fasilitas kesehatan yang memadai dan mempermudah layanan kesehatan, sanitasi dan ketersediaan
air dengan kecukupan air bersih. Hal ini dikarenakan air yang kurang bersih rentan terhadap penyakit. Indikator lain yang digunakan terhadap penyerapan
pangan yaitu pengetahuan ibu rumah tangga yang mana pola makan dan pola asuh kesehatan berdampak pada seberapa besar jumlah asupan gizi yang dikonsumsi.
Apabila indikator tersebut terpenuhi tidaklah mustahil bahwasannya hasil yang diharapkan seperti peluang harapan hidup dari terpenuhinya gizi balita akan
meminimkan angka kematian bayi sebagi penerus generasi. Hanani, 2009.
Kerentanan pangan sementara adalah kerentanan terhadap ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam jangka pendek atau
sementara untuk memenuhi kebutuhan pangan minimum, hal ini disebabkan oleh bencana alam dan goncangan mendadak lainnya yang mempengaruhi ketahanan
pangan di suatu wilayah. Kerentanan pangan dianalisis dari segi lingkungan hidup, yaitu faktor lingkungan dan kemampuan masyarakat untuk mengatasi
Universitas Sumatera Utara
goncangan sangat menentukan suatu wilayah dapat mempertahankan ketahanan pangannya. Beberapa indikator yang digunakan untuk menjelaskan kerentanan
pangan sementara adalah : 1. Bencana alam
Sebab – sebab utama kerentanan pangan sementara yang timbul akibat bencana alam karena Indonesia merupakan salah satu Negara yang paling
rentan terhadap bencana alam di dunia, hal ini berdasarkan pada kejadian besar yang di dokumentasikan oleh center for research on the epidemiology of
disasters CRED. 2. Daerah puso
Daerah puso didefinisikan sebagai suatu daerah produksi pangan yang disebabkan oleh bencana alam banjir,kekeringan, longsor dan penularan
hama oleh organisme penganggu tanaman OPT. 3. Perubahan iklim
Produksi dan produktifitas tanaman pangan sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim dan cuaca. Kegiatan budidaya tanaman pangan sebaiknya
mempertimbangkan kondisi tersebut dengan menggunakan informasi perubahan musim, iklim dan cuaca.
4. Deforestasi hutan Deforestasi kerusakan hutan merupakan suatu kondisi saat tingkat luas areal
hutan yang menunjukkan penurunan secara kualitas dan kuantitas. Sejalan dengan perkembangan pembangunan, berbagai aktivitas pembangunan telah
menyebabkan perubahan penggunaan lahan dan mengakibatkan perubahan penutupan lahan pada kawasan hutan berjalan dengan cepat yang dapat
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan menurunnya kondisi hutan dan berkurangnya luas penutup hutan FSVA Sumatera Utara, 2011.
2.3. Penelitian Terdahulu