kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Janin dalam kandungan, bayi, balita, anak, remaja, dewasa maupun usia lanjut membutuhkan makanan
yang sesuai dengan syarat gizi untuk mempertahankan hidup, tumbuh dan berkembang, serta mencapai prestasi kerja.
Berdasarkan latar belakang di atas membuat peneliti tertarik ingin mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi ketahanan dan
kerentanan pangan di Kabupaten Asahan.
1.2. Identifikasi Masalah
1. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi ketahanan dan kerentanan pangan kronis di Kabupaten Asahan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian ini antara lain : 1. Untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi ketahanan dan
kerentanan pangan kronis di Kabupaten Asahan.
1.4. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini ialah : 1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam rangka mencapai ketahanan
pangan. 2. Sebagai bahan informasi bagi dinas terkait dalam rangka mendukung program
ketahanan pangan. 3. Sebagai bahan informasi dan refrensi bagi penelitian lainnya yang
berhubungan dengan penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Pangan meliputi produk serealia, karena porsi utama dari kebutuhan kalori harian berasal dari sumber pangan karbohidrat, yaitu sekitar separuh dari
kebutuhan energi per orang per hari. Maka yang digunakan dalam analisis kecukupan pangan yaitu karbohidrat yang bersumber dari produksi pangan pokok
serealia yaitu padi, jagung, dan umbi-umbian ubi kayu dan ubi jalar yang digunakan untuk memahami tingkat kecukupan pangan pada tingkat provinsi
maupun kabupaten Peta Ketahanan Pangan Gorontalo, 2009. Pangan yang digunakan dalam analisis kecukupan pangan yaitu
karbohidrat yang bersumber dari produksi pangan pokok serealia : 1. Padi : Tanaman padi Oryza sativa L. termasuk famili tumbuhan gramineae
atau rumput-rumputan dengan batang tersusun dari beberapa ruas. Tanaman padi memiliki sifat merumpun, yang dalam waktu singkat bibit padi yang
ditanam hanya satu batang dapat membentuk rumpun sejumlah 20 sampai 30 anakan Pithantomo, 2007.
2. Jagung : Jagung termasuk tanaman berumah satu dengan bunga betina terletak pada infloresen yang berbeda dengan bunga jantannya, tetapi masih berada
dalam satu tanaman. Bunga jantan tersusun dalam bulir rapat yang terletak pada ujung batang dan dinamakan malai atau tassel. Bunga betinanya terletak
pada ketiak daun dan berbentuk tongkol. Biasanya bunga betina terletak pada buku keenam atau kedelapan dari atas dan terus pada setiap buku dibawahnya.
Tanaman jagung bersifat protandri, yaitu bunga jantan umumnya tumbuh 1 – 2
Universitas Sumatera Utara
hari sebelum munculnya rambut pada bunga betina. Bunga betinanya meliputi, tangkai, tunas, tongkol, klobot, calon biji, calon janggel, penutup klobot, dan
rambut. Pertumbuhan tanaman jagung bersifat apikal dominan, yaitu titik dominasi pertumbuhan ada pada pucuk batang, mengakibatkan tongkol yang
paling atas berkembang lebih besar daripada yang bawah dan terjadi kompetisi antar tongkol Novik, 2013.
3. Ubi kayu : Batang tanaman singkong berkayu, beruas – ruas, dengan ketinggian mencapai lebih dari 3 m. Warna batang bervariasi, ketika masih
muda umumnya berwarna hijau dan setelah tua menjadi keputih–putihan, kelabu, atau hijau kelabu. Batang berlubang, berisi empulur berwarna putih,
lunak, dengan struktur seperti gabus. Susunan daun singkong berurat, menjari dengan cangap 5 – 9 helai. Daun singkong, terutama yang masih muda
mengandung racun sianida, namun demikian dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dan dapat menetralisir rasa pahit sayuran lain, misalnya daun papaya
dan kenikir. Bunga tanaman singkong berumah satu dengan penyerbukan silang sehingga jarang berbuah. Umbi yang terbentuk merupakan akar yang
menggelembung dan berfungsi sebagai tempat penampung makanan cadangan. Bentuk umbi biasanya bulat memanjang, terdiri atas kulit luar tipis ari
berwarna kecoklat – coklatan kering, kulit dalam agak tebal berwarna keputih – putihan basah, dan daging berwarna putih atau kuning tergantung
varietasnya yang mengandung sianida dengan kadar yang berbeda. Suprapti Lies, 2005.
4. Ubi jalar : Ubi jalar atau ketela rambat Ipomoea batatas L. adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang
Universitas Sumatera Utara
membentuk umbi dengan kadar gizi karbohidrat yang tinggi. Di Afrika, umbi ubi jalar menjadi salah satu sumber makanan pokok yang penting. Di Asia,
selain dimanfaatkan umbinya, daun muda ubi jalar juga dibuat sayuran. Terdapat pula ubi jalar yang dijadikan tanaman hias karena keindahan daunnya
Kebijakan ketersediaan pangan adalah suatu hal yang ditetapkan dan
diberlakukan sebagai arahan atau dasar tindakan melalui serangkaian pengambilan keputusan mengenai ketersediaan pangan untuk menjamin produksi dan
perdagangan pada tingkat makro Nasional dalam hal undang-undang dan peraturan pemerintah Institut Pertanian Bogor, 2009.
Hafsah MJ, 2004.
Karena ketersediaan pangan merupakan hal yang vital karena menyangkut kehidupan manusia yang paling asasi. Untuk mempertahankan eksistensinya,
manusia berusaha untuk mencukupi kebutuhan pangan baik secara langsung maupun tidak langsung. Apa bila kebutuhan primer tesebut tidak dapat dipenuhi,
maka kerentanan pangan akan berdampak luas pada berbagai aspek kehidupan. Kejadian rentan pangan dan gizi buruk mempunyai arti politis yang negatif bagi
penguasa. Sejarah membuktikan bahwa dibeberapa negara berkembang, krisis pangan dapat menjatuhkan pemerintahan yang sedang berkuasa
Handewi P.S. Rachman, dkk 2008. Ketahanan pangan pada suatu negara tidak mensyaratkan untuk melakukan
swasembada produksi pangan karena tergantung pada sumberdaya yang dimiliki. Suatu negara bisa menghasilkan dan mengekspor komoditas pertanian yang
bernilai ekonomi tinggi dan barang-barang industri, kemudian membeli komoditas pangan di pasar internasional. Sebaliknya, negara yang melakukan swasembada
Universitas Sumatera Utara
pangan pada level nasional, namun dijumpai masyarakatnya yang rentan pangan karena ada hambatan akses dan distribusi pangan Hanani, 2012.
2.2. Landasan Teori