H
1
≠ 0 : Ada pengaruh variabel X
i
terhadap ketahanan dan kerentanan pangan kronis Y
i
Untuk mengetahui apakah Ho diterima atau ditolak, maka nilai Wj ≤ X
.
2
α,
1
terima H , Wj X
2
α,
1
maka tolak H atau Sig Wj masing - masing variabel
independen harus dibandingkan dengan tingkat nyata α. Ho akan ditolak jika
Sig α dan H
Negelkerke R-square adalah koefisien determinasi atau koefisien yang menjelaskan seberapa besar proporsi variasi dalam variabel dependen dapat
dijelaskan oleh variabel independen secara bersama-sama. Semakin besar nilai Negelkerke R-square maka semakin baik model dapat menjelaskan variabel
dependen. Sedangkan Nilai ExpB untuk menunjukkan odd ratio, yaitu menunjukkan kemungkinan terjadi dan tidak terjadinya suatu kondisi.
diterima jika Sig α.
Gujarati, 2003.
3.5. Definisi dan Batas Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman mengenai pengertian tentang istilah – istilah yang terdapat dalam penelitian, maka dibuat definisi dan batas
operasional sebagai berikut :
3.5.1. Definisi
1. Pangan adalah kebutuhan kalori harian berasal dari sumber pangan karbohidrat yang bersumber dari produksi pangan pokok serealia yaitu padi,
jagung, ubi kayu dan ubi jalar.
Universitas Sumatera Utara
2. Ketahanan pangan diartikan sebagai terpenuhinya pangan dengan ketersediaan yang cukup, tersedia setiap saat di semua daerah, mudah memperoleh, aman
dikonsumsi dan harga yang terjangkau 3. Kerentanan pangan adalah mengacu pada suatu kondisi yang membuat suatu
wilayah yang beresiko mengalami ketidak cukupan pangan untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan para
penduduknya. .
4. Kerentanan pangan kronis adalah kondisi kurang pangan yang terjadi sepanjang waktu di suatu wilayah.
5. Faktor – faktor yang mempengaruhi ketahanan dan kerentanan pangan kronis adalah ketersediaan pangan, akses pangan dan pemanfaatan pangan yang
disesuaikan dengan indikator Food Security and Vulnerability Atlas FSVA yang digunakan dalam analisis kerentanan pangan nasional.
.
6. Ketersediaan pangan adalah produksi pangan yang bersumber dari produksi padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar yang dibutuhkan masyarakat per kapita
per hari yang digambarkan dari perbandingan nilai konsumsi normative dengan ketersediaan bersih serelia pokok per kapita per hari.
7. Akses pangan adalah kemampuan semua rumah tangga dan individu dengan sumberdaya yang dimiliki untuk memperoleh pangan yang cukup untuk
kebutuhan gizinya yang dapat diperoleh dari produksi pangannya sendiri, pembelian atupun melalui bantuan pangan, yang digambarkan dari indikator
persentase penduduk miskin, persentase jalan yang dapat dilalui kendaraan roda empat dan persentase rumah tangga tanpa akses listrik.
8. Pemanfaatanpenyerapan pangan adalah penggunaan pangan untuk kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
hidup sehat yang meliputi kebutuhan energi dan gizi, air dan kesehatan lingkungan. Pemanfaatan pangan erat kaitannya dengan mutu dan keamanan
pangan. Efektifitas dari penyerapan pangan tergantung pada pengetahuan rumah tanggaindividu sanitasi dan ketersediaan air, fasilitas kesehatan.
9. Konsumsi Normatif C
norm
10. Persentase penduduk hidup dibawah garis kemiskinan adalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum
kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk hidup secara layak.
didefinisikan sebagai jumlah pangan serealia yang harus dikonsumsi oleh seseorang per hari untuk memperoleh kilo kalori energi
dari serealia yaitu 300 gram.
11. Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai adalah lalulintas antar desa yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda empat.
12. Persentase desa yang tinggal lebih 5 km dari fasilitas kesehatan adalah persentase desa dengan jarak lebih dari 5 km dari fasilitas kesehatan rumah
sakit, klinik, puskesmas, dokter, juru rawat, bidan yang terlatih, para medik dan sebagainya.
3.5.2. Batas Operasional