Tantangan dan Prospek Ekonomi Daerah Tahun 2016

III - 4 Gambar 3.3 Perbandingan Inflasi Kota Surakarta dengan Kota Lain, Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2014

2. Tantangan dan Prospek Ekonomi Daerah Tahun 2016

Perekonomian daerah akan dipengaruhi oleh kesepakatan di tingkat internasional maupun kebijakan di tingkat nasional. Beberapa tantangan yang harus dihadapi Kota Surakarta pada tahun 2016 sebagai berikut: a. Berlakunya perdagangan bebas Asean Economic Community AEC tahun 2015 dan berlanjutnya perdagangan bebas antara Asia Tenggara dan China ACFTA sejak tahun 2010. Implementasi AEC disatu sisi dapat menyebabkan terjadinya neraca defisit perdagangan. Disisi yang lain, implementasi AEC bisa menjadi peluang apabila dapat memanfaatkannya dengan baik untuk meningkatkan ekspor, antara lain dengan meningkatkan kualitas dan produktivitas barang dan jasa secara bertahap mengacu Standar Mutu Nasional maupun Standar Mutu Internasional. b. Adanya ketidakpastian ekonomi, diantaranya nilai kurs rupiah terhadap mata uang asing, dan fluktuasi harga Bahan Bakar Minyak BBM. Ketidakpastian ekonomi tersebut menjadi tantangan bagi pemerintah pusat dan pemerintah Kota Surakarta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas agar mampu meningkatkan pendapatan per kapita dan mengurangi pengangguran, sehingga dapat terwujud masyarakat yang semakin sejahtera, mandiri, berkemampuan dan berdaya saing tinggi. Peningkatan ekspor dan investasi, dan penumbuhan usaha sektor riil tentunya perlu didorong dan digerakkan sehingga stabilitas ekonomi di Kota Surakarta dapat terjaga dengan baik. c. Pemilihan Kepala Daerah Kota Surakarta yang rencananya akan dilaksanakan pada akhir tahun 2015 yang dapat menyebabkan dampak ekonomi lokal. Prospek perekonomian Kota Surakarta pada tahun 2016 akan dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia, dan kondisi perekonomian nasional. Perkembangan ekonomi global secara umum 1 2 3 4 5 6 7 8 9 8.19 7.09 8.59 8.01 8.53 7.4 8.22 8.36 III - 5 masih menghadapi kondisi yang kurang pasti. Dana Moneter Internasional IMF dalam laporan World Economic Outlook menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2015 dan 2016. IMF memproyeksikan ekonomi global hanya akan tumbuh 3,5 di tahun 2015, sedangkan di tahun 2016 ekonomi dunia diprediksi tumbuh 3,7. Faktor yang mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dunia, yaitu turunnya harga minyak dunia. Di sisi yang lain terdapat sentimen negatif yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu depresiasi mata uang euro dan yen. Dilihat secara detail, perekonomian Amerika Serikat AS paling bagus diantara ekonomi utama lainnya. Pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan sebesar 3,6 pada tahun 2015. Sementara itu pertumbuhan ekonomi di 19 negara Eropa diproyeksikan tumbuh sebesar 1,2 pada tahun 2015 dan sebesar 1,4 pada tahun 2016. Meski harga minyak dunia turun, tapi rendahnya nilai investasi di kawasan Eropa, membuat ekonomi kawasan ini terancam deflasi. Eropa tengah berjuang dari krisis terlihat dari langkah Bank Sentral Eropa yang memperluas stimulus moneter dengan pembelian obligasi pemerintah. Di Kawasan Asia, ekonomi Tiongkok pada tahun 2015 akan melambat karena pihak berwenang di Beijing akan lebih peduli dengan risiko kredit ketimbang pertumbuhan investasi. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok diproyeksikan sebesar 6,3 pada tahun 2016. Dampak pertumbuhan Tiongkok yang lebih lambat akan berpengaruh terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia lainnya termasuk Indonesia. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang di sepanjang tahun 2015 bakal turun menjadi 4,3. Negara berkembang harus menghadapi risiko pelarian modal jika Bank Sentral AS memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan. Berdasarkan analisis Kamar Dagang Indonesia KADIN, Kondisi makro ekonomi Indonesia sampai akhir tahun 2014 secara relatif belum kritis walau pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah. Namun tidak dapat dikatakan bahwa perekonomian sudah sepenuhnya terkendali, karena masih diwarnai oleh permasalahan defisit anggaran belanja dan defisit neraca perdagangan dan neraca berjalan. Perekonomian belum didukung oleh sisi pasokan yang kuat, karena lebih bertumpu kepada sisi permintaan. Perekonomian Indonesia ditopang oleh arus modal portofolio yang “vurnerable” dan dikhawatirkan terjadinya arus modal balik yang menyebabkan ekonomi tidak terkendali, kecuali adanya kebijakan ekonomi yang tepat sasaran. Perekonomian Indonesia juga menghadapi masalah defisit neraca perdagangan dan defisit neraca berjalan, karena lemahnya struktur ekonomi serta lemahnya kemandirian ekonomi. Prediksi kedepan perekonomian Indonesia belum sepenuhnya menggembirakan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Pemerintah Amerika Serikat telah mengakhiri kebijakan “quantitative easing” QE pada Oktober 2014 karena dikhawatirkan berdampak serius terhadap disparitas pendapatan di Amerika Serikat. III - 6 Perbaikan ekonomi di Amerika Serikat akhir-akhir ini akan berdampak negatif terhadap negara-negara dengan sistem ekonomi yang terbuka seperti Indonesia. Amerika setiap saat dapat menarik kembali dana yang diinvestasikan ke negara-negara tersebut sebagai stimulan terhadap ekonomi Amerika. Pemerintah Indonesia harus siap menghadapi kemungkinan “arus balik” atau “capital flight” yang akan berdampak negatif terhadap nilai tukar rupiah dan defisit neraca pembayaran dan neraca berjalan. Selain itu, situasi dalam negeri terkait dengan kebijakan-kebijakan pemerintah, juga akan mempengaruhi kondisi perekonomian yang akan berimbas pula pada kondisi perekonomian di Jawa Tengah dan perekonomian Kota Surakarta pada tahun 2016. Terkait prospek dan tantangan perekonomian Kota Surakarta, sebagaimana kita ketahui bahwa mengakhiri tahun 2014 dan menginjak tahun 2015 terdapat beberapa kejadian yang muncul dan mempengaruhi kondisi perekonomian seperti terjadinya kebakaran di pasar Klewer serta adanya kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak BBM bersubsidi pada bulan November 2014 dan penurunan harga BBM bersubsidi pada bulan Januari 2015. Secara langsung maupun tidak langsung kejadian tersebut memberikan dampak baik secara nasional maupun bagi Kota Surakarta pada khususnya. Beberapa kejadian tersebut tentunya menjadi perhatian seluruh pihak terkait, termasuk Bank lndonesia agar kondisi tersebut tidak mengganggu perekonomian atau paling tidak mengurangi gejolak yang terjadi. Dibandingkan dengan nasional maupun Jateng, pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta relatif resisten terhadap gejolak ekonomi, tercermin dari volatilitasnya yang rendah. Hal ini mendasari arah perkiraan pertumbuhan ekonomi kota Surakarta pada periode 2014 dan 2015 akan melambat, meskpun tidak sedalam nasional dan masih terdapat beberapa hal yang menurut hemat kami dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta pada tahun 2016. Beberapa hal tersebut diantaranya adanya Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik lndonesia Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pembatasan Kegiatan PertemuanRapat di Luar Kantor yang dapat memberikan dampak terhadap sektor perdagangan, Hotel, dan Restoran yang merupakan saah satu sektor utama perekonomian di Kota Surakarta, serta dampak musibah terbakarnya Pasar Klewer sebagai pusat perdagangan Batik bukan hanya di Surakarta namun juga bagi Jateng dan Nasional. Terkait perkembangan harga, di tahun 2015 inflasi diperkirakan akan mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2014 meskipun masih terdapat resiko seperti rencana pemerintah menaikkan TTL mulai bulan April 2015 dan penetapan fixed subsidy terhadap harga BBM bersubsidi yang mengakibatkan harga bensin mengikuti pergerakan harga minyak dunia, sedangkan untuk tahun 2016 inflasi diperkirakan masih dalam target yang ditetapkan oleh pemerintah dimana untuk inflasi kelompok volatile foods diperkirakan stabil dengan III - 7 kecenderungan menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena adanya program dari pemerintah pusat untuk pembangunan infrastruktur termasuk pembangunan bendungan. Untuk inflasi inti tahun 2016 diperkirakan bersumber dari kenaikan UMK di awal tahun, kenaikan tarif listrik bagi kelompok industri serta adanya kegiatan pemilihan umum Kepala Daerah. Khusus untuk kelompok administratif prices, tekanan diperkirakan berasal dari rencana pemerintah mengurangi subsidi untuk komoditas seperti TTL dan LPG. Dengan resiko-resiko tersebut, inflasi 2015 dan 2016 diperkirakan sebesar 7,74 yoy. Mendasarkan pada kondisi ekonomi global, nasional, dan regional, maka perekonomian Kota Surakarta pada tahun 2016 diprediksikan pada Tabel 3.1 berikut ini. III - 8 Tabel 3.1 Perkembangan dan Proyeksi Indikator Makro Ekonomi Kota Surakarta Tahun 2010 -2016 No Indikator Ekonomi Realisasi Tahun Target Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 1. Pertumbuhan Ekonomi 5,94 6,04 6,12 5,89 5,07 5,08 - 5,18 5,16 – 5,27 2. Pendapatan Per Kapita Rp ADHK tahun 2010 10.221.325,97 10.823.131,96 11.478.192,91 12.146.724,73 12.554.364,44 13.204.472,58 13.753.072,42 3. Inflasi 6,65 1,93 2,87 8,32 8,01 7,90 7,58 4. Jumlah Penduduk 528.202,00 499.337,00 500.032,00 500.328,00 500.625,00 501.050,00 502.000,00 Sumber: BPS, BI dan Bappeda Kota Surakarta, 2015. III - 9

3. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah