III - 1
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI
DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
1. Kondisi Ekonomi Daerah
Kondisi perekonomian Kota Surakarta dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti: pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, dan PDRB per
kapita.
a. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi daerah tidak lepas dari pengaruh kondisi perekonomian global dan nasional. Dalam 5 tahun terakhir, lesunya
pertumbuhan ekonomi nasional dan global, berdampak terhadap realisasi pertumbuhan ekonomi daerah. Krisis Eropa dan belum
pulihnya perekonomian Amerika Serikat akibat krisis submortage yang berdampak terhadap jatuhnya pasar keuangan global, memberi
pengaruh terhadap realisasi pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta dalam 5 tahun terakhir. Kebijakan stimulus ekonomi di Amerika
Serikat dan kebijakan pengetatan pasar keuangan di kawasan Eropa, dalam 5 tahun berjalan sangat lambat. Hal ini menyebabkan pangsa
pasar ekspor dari negara-negara emerging market termasuk Indonesia ke negara tujuan ekspor utama Amerika Serikat dan
Eropa, menjadi sedikit menurun, termasuk dalam hal ini nilai ekspor utama dari Kota Surakarta.
Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta pada tahun 2014 sebesar 5,02, melambat dari pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta tahun
2013 sebesar 5,89. Perlambatan tersebut disebabkan oleh tekanan rupiah, maupun kebijakan pemerintah tentang BBM, dan tekanan
inflasi yang cukup signifikan. Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta pada tahun 2013 lebih tinggi dari capaian nasional dan Provinsi Jawa
Tengah, seperti terlihat pada Gambar 3.1 berikut ini.
III - 2
Gambar 3.1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2012-2014
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta, masih didominasi dan digerakkan oleh sektor sekunder dan tersier,
dimana nilai investasi yang berkontribusi terhadap nilai PDB, masih digerakkan oleh daya tarik pasar domestik, khususnya di sektor
konstruksi, seriring dengan keberhasilan city branding Kota Surakarta
sebagai Kota
MICE melalui
pertumbuhan hotel,
perdagangan dan jasa keuangan. Dari sisi permintaan, konsumsi di Kota Surakarta tumbuh stabil antara lain didukung oleh terjaganya
daya beli masyarakat.
Untuk memenuhi kebutuhan domestik, pada tahun 2013 Kota Surakarta masih memerlukan produk daerahnegara lain impor
sebesar 7,60 trilyun rupiah. Niai ekspor barang dan jasa keluar daerahnegeri mengalami peningkatan, demikian juga nilai impor
juga meningkat, baik yang berasal dari luar daerah maupun dari luar negeri. Neraca perdagangan Kota Surakarta tercatat defisit sebesar
2,27 trilyun rupiah, artinya nilai barangjasa yang diekspor ke daerahnegara lain lebih kecil dibandingkan nilai barangjasa yang
diimpor dari daerahnegara lain. Kondisi ini menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan Kota Surakarta dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Untuk memenuhi konsumsi barangjasa, masyarakat dan pemerintah daerah masih bergantung pada impor barangjasa
dari daerahnegara lain.
b. PDRB Perkapita