III - 2
Gambar 3.1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2012-2014
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta, masih didominasi dan digerakkan oleh sektor sekunder dan tersier,
dimana nilai investasi yang berkontribusi terhadap nilai PDB, masih digerakkan oleh daya tarik pasar domestik, khususnya di sektor
konstruksi, seriring dengan keberhasilan city branding Kota Surakarta
sebagai Kota
MICE melalui
pertumbuhan hotel,
perdagangan dan jasa keuangan. Dari sisi permintaan, konsumsi di Kota Surakarta tumbuh stabil antara lain didukung oleh terjaganya
daya beli masyarakat.
Untuk memenuhi kebutuhan domestik, pada tahun 2013 Kota Surakarta masih memerlukan produk daerahnegara lain impor
sebesar 7,60 trilyun rupiah. Niai ekspor barang dan jasa keluar daerahnegeri mengalami peningkatan, demikian juga nilai impor
juga meningkat, baik yang berasal dari luar daerah maupun dari luar negeri. Neraca perdagangan Kota Surakarta tercatat defisit sebesar
2,27 trilyun rupiah, artinya nilai barangjasa yang diekspor ke daerahnegara lain lebih kecil dibandingkan nilai barangjasa yang
diimpor dari daerahnegara lain. Kondisi ini menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan Kota Surakarta dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Untuk memenuhi konsumsi barangjasa, masyarakat dan pemerintah daerah masih bergantung pada impor barangjasa
dari daerahnegara lain.
b. PDRB Perkapita
Pendapatan per kapita pada tahun 2013 mencapai Rp 12,14 juta, sedangkan pada tahun 2012 hanya Rp 11,47 juta. Kontribusi
terbesar terhadap total PDRB ADHB berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 26,71 dan industri pengolahan sebesar
19,29. Sementara itu kontribusi paling kecil berasal dari sektor pertanian sebesar 0,05, dan sektor pertambangan dan penggalian
6.12 5.89
5.07 6.34
5.81 5.47
6.23 5.78
5.02
1 2
3 4
5 6
7
2012 2013
2014 Kota Surakarta
Jawa Tengah Nasional
III - 3
sebesar 0,02. Perkembangan PDRB perkapita Kota Surakarta dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.2 Perkembangan PDRB perkapita Kota Surakarta dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2010-2014
c. Inflasi
Laju inflasi di Kota Surakarta tahun tahun 2014 mencapai 8,01, sedikit lebih rendah dari tahun 2013 sebesar 8,32.
Besarnya inflasi Kota Surakrta disebabkan seluruh indeks kelompok pengeluaran mengalami kenaikan terutama kenaikan indeks
kelompok bahan makanan dan indeks kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, masing-masing naik sebesar 12,49,
dan 12,17. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember dipengaruhi oleh adanya kebijakan pemerintah menaikkan harga
BBM, sehingga ongkos angkut komoditas bahan makanan dan alat transportasi masyarakat mengalami peningkatan.
Beberapa komoditas mengalami kenaikan harga selama tahun 2014 sehingga memicu terjadinya inflasi antara lain: beras, cabe
hijau, cabe rawit, cabe merah, rokok kretek filter, tukang bukan mandor, tarif listrik, bahan bakar rumah tangga, angkutan antar
kota, angkutan umum dalam kota, angkutan udara dan bensin. Sebaliknya, komoditas yang manghambat tingginya inflasi, yaitu
daging ayam ras, petai, apel, bawang merah, kelapa, minyak goreng, dan gula pasir.
Dibandingkan dengan nasional, inflasi Kota Surakarta tahun 2014 sebesar 8,01 lebih rendah dibandingkan inflasi nasional
sebesar 8,36, dan inflasi Provinsi Jawa Tengah sebesar 8,22. Dibandingkan enam kota di Provinsi Jawa Tengah yang dihitung
angka inflasinya, inflasi Kota Surakarta lebih rendah dibandingkan Kudus, Kota Semarang dan Cilacap, dan lebih tinggi dibandingkan
Purwokerto dan Kota Tegal, seperti terlihat pada Gambar 3.3.
10,221,326 10,611,593
11,478,193 12,146,725
12,553,579
- 2,000,000
4,000,000 6,000,000
8,000,000 10,000,000
12,000,000 14,000,000
2010 2011
2012 2013
2014
III - 4
Gambar 3.3 Perbandingan Inflasi Kota Surakarta dengan Kota Lain, Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2014
2. Tantangan dan Prospek Ekonomi Daerah Tahun 2016