8. Bab 3 Kerangka Ekonomi Daerah
III - 1
BAB III
RANCANGAN KERANGKA EKONOMI
DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 1.Kondisi Ekonomi Daerah
Kondisi perekonomian Kota Surakarta dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti: pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, dan PDRB per kapita.
a.Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi daerah tidak lepas dari pengaruh kondisi perekonomian global dan nasional. Dalam 5 tahun terakhir, lesunya pertumbuhan ekonomi nasional dan global, berdampak terhadap realisasi pertumbuhan ekonomi daerah. Krisis Eropa dan belum pulihnya perekonomian Amerika Serikat akibat krisis submortage yang berdampak terhadap jatuhnya pasar keuangan global, memberi pengaruh terhadap realisasi pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta dalam 5 tahun terakhir. Kebijakan stimulus ekonomi di Amerika Serikat dan kebijakan pengetatan pasar keuangan di kawasan Eropa, dalam 5 tahun berjalan sangat lambat. Hal ini menyebabkan pangsa pasar ekspor dari negara-negara emerging market (termasuk Indonesia) ke negara tujuan ekspor utama (Amerika Serikat dan Eropa), menjadi sedikit menurun, termasuk dalam hal ini nilai ekspor utama dari Kota Surakarta.
Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta pada tahun 2014 sebesar 5,02%, melambat dari pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta tahun 2013 sebesar 5,89%. Perlambatan tersebut disebabkan oleh tekanan rupiah, maupun kebijakan pemerintah tentang BBM, dan tekanan inflasi yang cukup signifikan. Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta pada tahun 2013 lebih tinggi dari capaian nasional dan Provinsi Jawa Tengah, seperti terlihat pada Gambar 3.1 berikut ini.
(2)
III - 2
Gambar 3.1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2012-2014
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta, masih didominasi dan digerakkan oleh sektor sekunder dan tersier, dimana nilai investasi yang berkontribusi terhadap nilai PDB, masih digerakkan oleh daya tarik pasar domestik, khususnya di sektor konstruksi, seriring dengan keberhasilan city branding Kota Surakarta sebagai Kota MICE melalui pertumbuhan hotel, perdagangan dan jasa keuangan. Dari sisi permintaan, konsumsi di Kota Surakarta tumbuh stabil antara lain didukung oleh terjaganya daya beli masyarakat.
Untuk memenuhi kebutuhan domestik, pada tahun 2013 Kota Surakarta masih memerlukan produk daerah/negara lain (impor) sebesar 7,60 trilyun rupiah. Niai ekspor barang dan jasa keluar daerah/negeri mengalami peningkatan, demikian juga nilai impor juga meningkat, baik yang berasal dari luar daerah maupun dari luar negeri. Neraca perdagangan Kota Surakarta tercatat defisit sebesar 2,27 trilyun rupiah, artinya nilai barang/jasa yang diekspor ke daerah/negara lain lebih kecil dibandingkan nilai barang/jasa yang diimpor dari daerah/negara lain. Kondisi ini menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan Kota Surakarta dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk memenuhi konsumsi barang/jasa, masyarakat dan pemerintah daerah masih bergantung pada impor barang/jasa dari daerah/negara lain.
b.PDRB Perkapita
Pendapatan per kapita pada tahun 2013 mencapai Rp 12,14 juta, sedangkan pada tahun 2012 hanya Rp 11,47 juta. Kontribusi terbesar terhadap total PDRB ADHB berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 26,71% dan industri pengolahan sebesar 19,29%. Sementara itu kontribusi paling kecil berasal dari sektor pertanian sebesar 0,05%, dan sektor pertambangan dan penggalian
6.12 5.89
5.07 6.34
5.81
5.47 6.23
5.78
5.02
0 1 2 3 4 5 6 7
2012 2013 2014
(3)
III - 3
sebesar 0,02%. Perkembangan PDRB perkapita Kota Surakarta dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.2 Perkembangan PDRB perkapita Kota Surakarta dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2010-2014
c.Inflasi
Laju inflasi di Kota Surakarta tahun tahun 2014 mencapai 8,01%, sedikit lebih rendah dari tahun 2013 sebesar 8,32%. Besarnya inflasi Kota Surakrta disebabkan seluruh indeks kelompok pengeluaran mengalami kenaikan terutama kenaikan indeks kelompok bahan makanan dan indeks kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, masing-masing naik sebesar 12,49%, dan 12,17%. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember dipengaruhi oleh adanya kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM, sehingga ongkos angkut komoditas bahan makanan dan alat transportasi masyarakat mengalami peningkatan.
Beberapa komoditas mengalami kenaikan harga selama tahun 2014 sehingga memicu terjadinya inflasi antara lain: beras, cabe hijau, cabe rawit, cabe merah, rokok kretek filter, tukang bukan mandor, tarif listrik, bahan bakar rumah tangga, angkutan antar kota, angkutan umum dalam kota, angkutan udara dan bensin. Sebaliknya, komoditas yang manghambat tingginya inflasi, yaitu daging ayam ras, petai, apel, bawang merah, kelapa, minyak goreng, dan gula pasir.
Dibandingkan dengan nasional, inflasi Kota Surakarta tahun 2014 sebesar 8,01% lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 8,36%, dan inflasi Provinsi Jawa Tengah sebesar 8,22%. Dibandingkan enam kota di Provinsi Jawa Tengah yang dihitung angka inflasinya, inflasi Kota Surakarta lebih rendah dibandingkan Kudus, Kota Semarang dan Cilacap, dan lebih tinggi dibandingkan Purwokerto dan Kota Tegal, seperti terlihat pada Gambar 3.3.
10,221,326 10,611,593
11,478,193
12,146,725
12,553,579
-2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000
(4)
III - 4
Gambar 3.3 Perbandingan Inflasi Kota Surakarta dengan Kota Lain, Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2014
2.Tantangan dan Prospek Ekonomi Daerah Tahun 2016
Perekonomian daerah akan dipengaruhi oleh kesepakatan di tingkat internasional maupun kebijakan di tingkat nasional. Beberapa tantangan yang harus dihadapi Kota Surakarta pada tahun 2016 sebagai berikut:
a. Berlakunya perdagangan bebas Asean Economic Community (AEC) tahun 2015 dan berlanjutnya perdagangan bebas antara Asia Tenggara dan China (ACFTA) sejak tahun 2010. Implementasi AEC disatu sisi dapat menyebabkan terjadinya neraca defisit perdagangan. Disisi yang lain, implementasi AEC bisa menjadi peluang apabila dapat memanfaatkannya dengan baik untuk meningkatkan ekspor, antara lain dengan meningkatkan kualitas dan produktivitas barang dan jasa secara bertahap mengacu Standar Mutu Nasional maupun Standar Mutu Internasional.
b.Adanya ketidakpastian ekonomi, diantaranya nilai kurs rupiah terhadap mata uang asing, dan fluktuasi harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Ketidakpastian ekonomi tersebut menjadi tantangan bagi pemerintah pusat dan pemerintah Kota Surakarta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas agar mampu
meningkatkan pendapatan per kapita dan mengurangi
pengangguran, sehingga dapat terwujud masyarakat yang semakin sejahtera, mandiri, berkemampuan dan berdaya saing tinggi. Peningkatan ekspor dan investasi, dan penumbuhan usaha sektor riil tentunya perlu didorong dan digerakkan sehingga stabilitas ekonomi di Kota Surakarta dapat terjaga dengan baik.
c. Pemilihan Kepala Daerah Kota Surakarta yang rencananya akan dilaksanakan pada akhir tahun 2015 yang dapat menyebabkan dampak ekonomi lokal.
Prospek perekonomian Kota Surakarta pada tahun 2016 akan dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia, dan kondisi perekonomian nasional. Perkembangan ekonomi global secara umum
0 1 2 3 4 5 6 7 8
9 8.19
7.09
8.59 8.01 8.53
7.4 8.22
(5)
III - 5
masih menghadapi kondisi yang kurang pasti. Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan World Economic Outlook menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2015 dan 2016. IMF memproyeksikan ekonomi global hanya akan tumbuh 3,5% di tahun 2015, sedangkan di tahun 2016 ekonomi dunia diprediksi tumbuh 3,7%. Faktor yang mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dunia, yaitu turunnya harga minyak dunia. Di sisi yang lain terdapat sentimen negatif yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu depresiasi mata uang euro dan yen.
Dilihat secara detail, perekonomian Amerika Serikat (AS) paling bagus diantara ekonomi utama lainnya. Pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan sebesar 3,6% pada tahun 2015. Sementara itu pertumbuhan ekonomi di 19 negara Eropa diproyeksikan tumbuh sebesar 1,2% pada tahun 2015 dan sebesar 1,4% pada tahun 2016. Meski harga minyak dunia turun, tapi rendahnya nilai investasi di kawasan Eropa, membuat ekonomi kawasan ini terancam deflasi. Eropa tengah berjuang dari krisis terlihat dari langkah Bank Sentral Eropa yang memperluas stimulus moneter dengan pembelian obligasi pemerintah.
Di Kawasan Asia, ekonomi Tiongkok pada tahun 2015 akan melambat karena pihak berwenang di Beijing akan lebih peduli dengan risiko kredit ketimbang pertumbuhan investasi. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok diproyeksikan sebesar 6,3% pada tahun 2016. Dampak pertumbuhan Tiongkok yang lebih lambat akan berpengaruh terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia lainnya termasuk Indonesia. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang di sepanjang tahun 2015 bakal turun menjadi 4,3%. Negara berkembang harus menghadapi risiko pelarian modal jika Bank Sentral AS memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan.
Berdasarkan analisis Kamar Dagang Indonesia (KADIN), Kondisi makro ekonomi Indonesia sampai akhir tahun 2014 secara relatif belum kritis walau pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah. Namun tidak dapat dikatakan bahwa perekonomian sudah sepenuhnya terkendali, karena masih diwarnai oleh permasalahan defisit anggaran belanja dan defisit neraca perdagangan dan neraca berjalan. Perekonomian belum didukung oleh sisi pasokan yang kuat, karena lebih bertumpu kepada sisi permintaan. Perekonomian Indonesia ditopang oleh arus modal portofolio yang “vurnerable” dan dikhawatirkan terjadinya arus modal balik yang menyebabkan ekonomi tidak terkendali, kecuali adanya kebijakan ekonomi yang tepat sasaran. Perekonomian Indonesia juga menghadapi masalah defisit neraca perdagangan dan defisit neraca berjalan, karena lemahnya struktur ekonomi serta lemahnya kemandirian ekonomi.
Prediksi kedepan perekonomian Indonesia belum sepenuhnya menggembirakan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Pemerintah Amerika Serikat telah mengakhiri kebijakan “quantitative easing” (QE) pada Oktober 2014 karena dikhawatirkan berdampak serius terhadap disparitas pendapatan di Amerika Serikat.
(6)
III - 6
Perbaikan ekonomi di Amerika Serikat akhir-akhir ini akan berdampak negatif terhadap negara-negara dengan sistem ekonomi yang terbuka seperti Indonesia. Amerika setiap saat dapat menarik kembali dana yang diinvestasikan ke negara-negara tersebut sebagai stimulan terhadap ekonomi Amerika. Pemerintah Indonesia harus siap menghadapi kemungkinan “arus balik” atau “capital flight” yang akan berdampak negatif terhadap nilai tukar rupiah dan defisit neraca pembayaran dan neraca berjalan. Selain itu, situasi dalam negeri terkait dengan kebijakan-kebijakan pemerintah, juga akan mempengaruhi kondisi perekonomian yang akan berimbas pula pada kondisi perekonomian di Jawa Tengah dan perekonomian Kota Surakarta pada tahun 2016.
Terkait prospek dan tantangan perekonomian Kota Surakarta, sebagaimana kita ketahui bahwa mengakhiri tahun 2014 dan menginjak tahun 2015 terdapat beberapa kejadian yang muncul dan mempengaruhi kondisi perekonomian seperti terjadinya kebakaran di pasar Klewer serta adanya kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada bulan November 2014 dan penurunan harga BBM bersubsidi pada bulan Januari 2015. Secara langsung maupun tidak langsung kejadian tersebut memberikan dampak baik secara nasional maupun bagi Kota Surakarta pada khususnya. Beberapa kejadian tersebut tentunya menjadi perhatian seluruh pihak terkait, termasuk Bank lndonesia agar kondisi tersebut tidak mengganggu perekonomian atau paling tidak mengurangi gejolak yang terjadi.
Dibandingkan dengan nasional maupun Jateng, pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta relatif resisten terhadap gejolak ekonomi, tercermin dari volatilitasnya yang rendah. Hal ini mendasari arah perkiraan pertumbuhan ekonomi kota Surakarta pada periode 2014 dan 2015 akan melambat, meskpun tidak sedalam nasional dan masih terdapat beberapa hal yang menurut hemat kami dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta pada tahun 2016. Beberapa hal tersebut diantaranya adanya Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik lndonesia Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pembatasan Kegiatan Pertemuan/Rapat di Luar Kantor yang dapat memberikan dampak terhadap sektor perdagangan, Hotel, dan Restoran yang merupakan saah satu sektor utama perekonomian di Kota Surakarta, serta dampak musibah terbakarnya Pasar Klewer sebagai pusat perdagangan Batik bukan hanya di Surakarta namun juga bagi Jateng dan Nasional.
Terkait perkembangan harga, di tahun 2015 inflasi diperkirakan akan mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2014 meskipun masih terdapat resiko seperti rencana pemerintah menaikkan TTL mulai bulan April 2015 dan penetapan fixed subsidy terhadap harga BBM bersubsidi yang mengakibatkan harga bensin mengikuti pergerakan harga minyak dunia, sedangkan untuk tahun 2016 inflasi diperkirakan masih dalam target yang ditetapkan oleh pemerintah dimana untuk inflasi kelompok volatile foods diperkirakan stabil dengan
(7)
III - 7
kecenderungan menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena adanya program dari pemerintah pusat untuk pembangunan infrastruktur termasuk pembangunan bendungan. Untuk inflasi inti tahun 2016 diperkirakan bersumber dari kenaikan UMK di awal tahun, kenaikan tarif listrik bagi kelompok industri serta adanya kegiatan pemilihan umum Kepala Daerah. Khusus untuk kelompok administratif prices, tekanan diperkirakan berasal dari rencana pemerintah mengurangi subsidi untuk komoditas seperti TTL dan LPG. Dengan resiko-resiko tersebut, inflasi 2015 dan 2016 diperkirakan sebesar 7,74 % (yoy).
Mendasarkan pada kondisi ekonomi global, nasional, dan regional, maka perekonomian Kota Surakarta pada tahun 2016 diprediksikan pada Tabel 3.1 berikut ini.
(8)
III - 8
Tabel 3.1 Perkembangan dan Proyeksi Indikator Makro Ekonomi Kota Surakarta Tahun 2010 -2016
No Indikator Ekonomi Realisasi Tahun Target Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 * 2015 2016
1. Pertumbuhan
Ekonomi (%)
5,94 6,04 6,12 5,89 5,07 5,08 - 5,18 5,16 – 5,27
2. Pendapatan Per
Kapita (Rp) ADHK tahun 2010
10.221.325,97 10.823.131,96 11.478.192,91 12.146.724,73 12.554.364,44 13.204.472,58 13.753.072,42
3. Inflasi (%) 6,65 1,93 2,87 8,32 8,01 7,90 7,58
4. Jumlah Penduduk 528.202,00 499.337,00 500.032,00 500.328,00 500.625,00 501.050,00 502.000,00
(9)
III - 9 3.Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Mendasarkan pada tema pembangunan Kota Surakarta tahun 2016, dan tantangan dan prospek ekonomi daerah, serta memperhatikan arah kebijakan ekonomi nasional dan Provinsi Jawa Tengah maka kebijakan ekonomi Kota Surakarta tahun 2016 diarahkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan fokus:
a. Peningkatan pembentukan modal tetap bruto/investasi dengan penciptaan iklim kondusif bagi dunia usaha, peningkatan promosi terpadu, pemberian kemudahan perijinan, pemangkasan waktu dan biaya investasi, dan pembangunan/perbaikan infrastruktur fisik, seperti prasarana dan sarana transportasi, telekomunikasi, jalan tol, revitalisasi industri, dan lain-lain.
b.Penguatan sektor-sektor ekonomi yang ada, termasuk penguatan daya saing usaha skala menengah, kecil dan mikro, dan ekonomi kreatif dengan memberikan kemudahan kredit modal berbunga rendah, optimalisasi penyuluhan/bimbingan, dan menggalakkan pemakaian produk lokal, sehingga defisit perdagangan bisa berkurang.
c. Penyesuaian dan perbaikan regulasi baik secara kolektif maupun individual (reformasi regulasi) yang mendorong peningkatan investasi, dan pengembangan usaha pada berbagai sektor ekonomi.
d.Peningkatan kualitas SDM baik dalam birokrasi maupun dunia usaha, dan penguatan kemitraan antara pemerintah dan sektor swasta dalam pengembangan usaha baik dalam proses produksi maupun pemasaran produk/jasa.
e. Mengarahkan konsumsi pemerintah dalam APBD dalam bentuk belanja pembangunan untuk mengembangkan sektor-sektor yang menggerakkan perekonomian yang mempunyai produktivitas tinggi seperti sektor keuangan, sektor perdagangan, sektor industri, dan sektor jasa-jasa.
f. Pengembangan pariwisata dengan menguatkan city branding Kota Surakarta sebagai kota MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) dan Kota Budaya.
B. Arah Kebijakan Keuangan Daerah 1.Kebijakan Pendapatan Daerah
Sebagian besar pendapatan daerah berasal dari dana perimbangan, baik dari APBN maupun APBD Provinsi. Kondisi ini menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2015 ketergantungan pemerintah Kota Surakarta terhadap dana perimbangan dari pusat dan provinsi masih cukup besar.
Dibandingkan APBD tahun 2015, proyeksi pendapatan tahun 2016 lebih tinggi 1,22%. Namun demikian secara total, kemampuan pendanaan tahun 2016 diproyeksikan menurun dibanding tahun 2015. Hal tersebut terjadi karena :
a. Dana transfer khususnya DAK diasumsikan sama dengan tahun 2015, dengan pertimbangan secara indikator pembangunan Kota
(10)
III - 10
Surakarta sudah di atas rata-rata nasional, seperti : (Indeks Pembangunan Nasional (IPM) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM); b.Kenaikan DAU diproyeksikan sedikit meningkat seiring dengan
kebijakan kenaikan gaji pokok pegawai sebesar 6% (imbangan terhadap kenaikan inflasi sebesar 5-6%);
c. Penerimaan SILPA 2015 diasumsikan hanya sebesar 30 milyar.
Pendapatan asli daerah Kota Surakarta pada tahun 2016
diproyeksikan meningkat dari APBD 2015 menjadi
Rp351.777.831.000,00, seperti terlihat pada gambar berikut:
Gambar 3.4 Grafik Realisasi dan Proyeksi PAD Tahun 2014 - 2016
PAD tahun 2016 diproyeksikan masih tumbuh, namun tidak sebesar tahun 2015 disebabkan beberapa pendapatan retribusi berpotensi mengalami penurunan, seperti retribusi pelayanan pasar dan retribusi parkir di tepi jalan umum. Upaya yang dilakukan dalam rangka peningkatan PAD melalui kebijakan :
a. Perda Nomor 13 tahun 2010 tentang BPHTB, Perda Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah, dan Perda Nomor 13 Tahun 2011 tentang PBB ke pemerintah daerah serta revisi atas Perda Nomor 9 tahun 2011 tentang Retribusi Daerah;
b.Dipungutnya jenis objek retribusi baru melalui Retribusi Perpanjangan IMTA kepada Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing;
Dana Perimbangan yang diperoleh Kota Surakarta pada tahun 2016 diproyeksikan meningkat dari APBD 2015 menjadi sebesar Rp787.511.214.000,00, seperti terlihat pada gambar berikut:
335,660,206,640 341,533,937,000
351,777,831,000
320,000,000,000 340,000,000,000 360,000,000,000 Realisasi 2014
APBD 2015 Proyeksi 2016
(11)
III - 11
Gambar 3.5 Grafik Realisasi dan Proyeksi Dana Perimbangan Tahun 2014 - 2016
Lain-lain pendapatan daerah yang sah Kota Surakarta pada tahun 2016 diproyeksikan meningkat dari APBD 2015 menjadi Rp439.975.692.000,00, seperti terlihat pada gambar berikut:
Gambar 3.6 Grafik Realisasi dan Proyeksi Lain-lain Pendapatan yang Sah Tahun 2014 - 2016
Proyeksi pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan Kota Surakarta tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:
797,295,017,689 779,319,613,000
787,511,214,000
770,000,000,000 780,000,000,000 790,000,000,000 800,000,000,000
Realisasi 2014 APBD 2015 Proyeksi 2016
Dana Perimbangan/Dana Transfer
392,620,626,623
439,050,708,000 439,975,692,000
360,000,000,000 400,000,000,000 440,000,000,000 Realisasi 2014
APBD 2015 Proyeksi 2016
(12)
III - 12
Tabel 3.2 Realisasi dan Proyeksi Pendapatan Daerah dan Penerimaan Pembiayaan Daerah Tahun 2014-2016 KODE
REKENING URAIAN
REALISASI APBD
2014 APBD 2015 PROYEKSI 2016
TAMBAH / (KURANG)
(1) 2 3 4 5 6
PENDAPATAN DAERAH 1.525.575.850.952 1.559.904.258.000 1.579.264.737.000 19.360.479.000
4 . 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 335.660.206.640 341.533.937.000 351.777.831.000 10.243.894.000
4 . 1 . 1 Pendapatan Pajak Daerah 206.750.725.212 215.484.243.000 220.184.946.000 4.700.703.000
4 . 1 . 2 Hasil Retribusi Daerah 62.973.172.755 56.512.678.000 47.931.139.000 (8.581.539.000)
4 . 1 . 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
5.507.540.256 7.629.533.000 9.076.164.000 1.446.631.000
4 . 1 . 4 Lain-2 Pendapatan Asli Daerah yang Sah 60.428.768.417 61.907.483.000 74.585.582.000 12.678.099.000
4 . 2 DANA PERIMBANGAN 797.295.017.689 779.319.613.000 787.511.214.000 8.191.601.000
4 . 2 . 1 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 42.642.973.689 62.268.657.000 44.204.000.000 (18.064.657.000)
4 . 2 . 2 Dana Alokasi Umum 710.803.934.000 713.300.856.000 739.557.114.000 26.256.258.000
4 . 2 . 3 Dana Alokasi Khusus 43.848.110.000 3.750.100.000 3.750.100.000 0
4 . 3 LAIN-2 PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 392.620.626.623 439.050.708.000 439.975.692.000 924.984.000
4 . 3 . 1 Pendapatan Hibah dari Pemerintah Pusat 19.439.000.000 - - -
4 . 3 . 3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
116.062.798.000 127.633.411.000 128.558.395.000 924.984.000
4 . 3 . 4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 232.478.998.000 276.144.829.000 276.144.829.000 0
4 . 3 . 5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
24.639.830.000 35.272.468.000 35.272.468.000 0
PENERIMAAN PEMBIAYAAN 166.446.860.002 64.413.981.000 35.020.000.000 (29.393.981.000)
1. SILPA 163.507.637.834 59.913.981.000 30.000.000.000 (29.913.981.000)
2. Penerimaan pihak ketiga 2.554.219.300 4.000.000.000 4.500.000.000 500.000.000
3. Penerimaan kembali kredit bergulir 385.002.868 500.000.000 520.000.000 20.000.000
(13)
III - 13 2.Arah Kebijakan Belanja Daerah
Proyeksi belanja daerah Kota Surakarta tahun 2016 mencapai sebesar Rp1.594.108.232.000,00, terdiri dari belanja tidak langsung sebesar Rp990.613.493.000,00, dan belanja langsung sebesar Rp603.494.739.000,00, seperti terlihat pada gambar berikut:
Gambar 3.7 Grafik Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Tahun 2014-2016
Rasio belanja langsung Kota Surakarta tahun 2016 untuk pelaksanaan program dan kegiatan masih lebih kecil (37,86%) dibandingkan belanja tidak langsung (62,14%), seperti terlihat pada gambar berikut:
Gambar 3.8 Perbandingan Proporsi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung Tahun 2015-2016
1,479,827,902,466
1,617,596,295,000 1,594,108,232,000
1,400,000,000,000 1,500,000,000,000 1,600,000,000,000 1,700,000,000,000
Realisasi 2014 APBD 2015 Proyeksi 2016
Belanja Daerah
42.32% 39.02% 37.86%
57.68% 60.98% 62.14%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Realisasi 2014 APBD 2015 Proyeksi 2016
(14)
III - 14
Arah kebijakan belanja daerah Kota Surakarta tahun 2016, yaitu sebagai berikut :
a. Belanja Langsung diupayakan untuk mendukung prioritas pembangunan nasional, Provinsi Jawa Tengah dan prioritas pembangunan daerah melalui RKPD Kota Surakarta Tahun 2016; b.Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung diharapkan juga
menampung beberapa issue tahun 2016 seperti:
Penyelenggaraan Pemilukada menyesuaikan keputusan pemerintah;
Penyesuaian kebijakan BPJS atas jaminaan kesehatan dan kecelakaaan kerja kepada PNS dan Pegawai Pemerintah Bukan PNS (PPBPNS);
Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan baru kawasan menyesuaikan dengan perkembangan tata ruang nasional, provinsi dan kawasan;
Beberapa kegiatan yang bersifat lanjutan dari tahun sebelumnya seperti Pembangunan kembali Pasar Klewer dan gedung kelurahan yang belum terbangun.
Proyeksi masing-masing unsur belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:
(15)
III - 15
Tabel 3.3 Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Tahun 2016
NO URAIAN REALISASI APBD
2014 APBD 2015 PROYEKSI 2016 LEBIH / (KURANG)
(1) (2) (3) (4) (5) (6 =5 – 4)
1. BELANJA 1.479.827.902.466 1.617.596.295.000 1.594.108.232.000 (23.488.063.000)
1.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 853.528.504.730 986.368.122.500 990.613.493.000 4.245.370.500
1.1.1 Belanja Pegawai 769.847.763.306 927.088.744.000 954.901.406.000 27.812.662.000
1.1.11 Belanja Bunga Hutang 707.163.870 558.512.000 441.571.000 (116.941.000)
1.1.12 Belanja Hibah 82.186.330.510 52.388.550.000 30.000.000.000 (22.388.550.000)
1.1.13 Belanja Bantuan Sosial 57.000.000 2.196.875.000 1.500.000.000 (696.875.000)
1.1.14 Belanja Bantuan Keuangan 696.837.653 770.516.000 770.516.000 0
1.1.15 Belanja Tidak Terduga 33.409.391 3.364.925.500 3.000.000.000 (364.925.500)
1.2 BELANJA LANGSUNG 626.299.397.736 631.228.172.500 603.494.739.000 (27.733.433.500)
1.2.1 - DAK 43.848.110.000 3.750.100.000 3.750.100.000 0
- Bangub 19.876.104.000 32.000.468.000 35.272.468.000 3.272.000.000
- DID 25.350.120.000 25.350.120.000 0
- DBHCHT 8.769.622.000 5.034.494.000 6.300.000.000 1.265.506.000
- Belanja BLUD 36.623.106.000 49.566.709.000 12.943.603.000
- Lainnya (APBD) 553.805.561.736 528.469.884.500 483.255.342.000 (45.214.542.500)
2. PENGELUARAN PEMBIAYAAN 24.685.688.218 6.721.944.000 20.176.505.000 13.454.561.000
2.1 Penyertaan modal (investasi) 19.439.000.000 1.833.000.000 13.787.561.000 11.954.561.000
2.2 Pembayaran hutang pokok 3.331.701.018 888.944.000 888.944.000 0
2.3 Pemberian pinjaman daerah / kredit bergulir
0 0 1.000.000.000 1.000.000.000
2.4 Pengembalian pihak ketiga 1.914.987.200 4.000.000.000 4.500.000.000 500.000.000
(16)
III - 16
Proyeksi belanja langsung masing-masing unsur pembangunan tahun 2016 dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
Tabel 3.4 Proyeksi Pagu Indikatif Belanja Langsung Per Urusan Tahun 2016
No Urusan /
Bidang
APBD
2015 %
Proyeksi
2016 %
A Urusan Wajib 568.594.081.200 95,11% 2.582.478.265.523 98,48%
1 Pendidikan 83.804.506.700 14,02% 149.102.128.000 5,69%
2 Kesehatan 79.507.163.500 13,30% 140.851.063.153 5,37%
3 Pekerjaan Umum 58.325.854.000 9,76% 253.495.853.000 9,67%
4 Perumahan 7.751.996.000 1,30% 41.262.550.000 1,57%
5 Penataan Ruang 4.284.740.000 0,72% 87.620.600.000 3,34%
6 Perencanaan
Pembangunan 16.851.368.000 2,82% 16.931.531.000 0,65%
7 Perhubungan 20.243.308.500 3,39% 44.783.407.950 1,71%
8 Lingkungan Hidup 83.857.776.000 14,03% 139.256.065.720 5,31%
9 Pertanahan 808.500.000 0,14% 1.400.000.000 0,05%
10 Kependudukan dan
Catatan Sipil 4.245.868.000 0,71%
6.028.303.100 0,23%
11
Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak
9.812.301.000 1,64% 24.653.520.000 0,94%
12
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
1.668.780.000 0,28% 2.909.010.000 0,11%
13 Sosial 3.852.369.000 0,64% 4.486.138.000 0,17%
14 Ketenagakerjaan 3.296.700.000 0,55% 5.287.217.900 0,20% 15 Koperasi dan UKM 4.544.179.000 0,76% 8.490.920.000 0,32% 16 Penanaman Modal 2.012.060.800 0,34% 3.470.000.000 0,13% 17 Kebudayaan 8.574.389.200 1,43% 1.344.641.200.000 51,28% 18 Kepemudaan dan
Olah Raga 4.764.432.000 0,80%
11.006.250.000 0,42%
19 Kesatuan Bangsa dan
Politik Dalam Negeri 25.701.401.000 4,30%
31.908.770.000 1,22%
20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm.Keuangan, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian
117.592.399.000 19,67% 211.670.473.200 8,07%
21 Ketahanan Pangan 12.160.186.000 2,03% 13.426.550.000 0,51% 22 Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa 5.314.280.000 0,89% 19.558.556.500 0,75%
23 Statistik 298.000.000 0,05% 313.000.000 0,01%
24 Kearsipan 722.300.000 0,12% 1.005.000.000 0,04%
(17)
III - 17
No Urusan /
Bidang
APBD
2015 %
Proyeksi
2016 %
Informatika
26 Perpustakaan 2.566.187.000 0,43% 10.277.000.000 0,39%
B. Urusan Pilihan 29.218.659.800 4,89% 39.773.992.800 1,52%
1 Pertanian 2.660.288.000 0,45% 6.034.264.000 0,23%
2 Energi dan
Sumberdaya Mineral - -
3 Pariwisata 6.691.409.800 1,12% 5.031.250.000 0,19%
4 Kelautan dan
Perikanan 104.980.000 0,02% 505.000.000 0,02%
5 Perdagangan 17.461.252.000 2,92% 25.332.973.800 0,97%
6 Industri 2.050.730.000 0,34% 2.508.005.000 0,10%
7 Ketransmigrasian 250.000.000 0,04% 362.500.000 0,01%
JUMLAH 597.812.741.000 100% 2.622.252.258.323 100%
3.Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah
Pemerintah Kota Surakarta tidak merencanakan penerimaaan pinjaman daerah, sehingga praktis sumber penerimaaan pembiayaan mengalami tekanan yang berdampak pada menurunnya sumber pendapatan daerah dari pos penerimaaan pembiayaan. Pola pengelolaan, penerimaan, pembiayaan daerah masih bertumpu pada penerimaan SILPA, penerimaan kredit bergulir dan penerimaan dari pihak ketiga. Penerimaan pembiayaan daerah Kota Surakarta pada
tahun 2016 diproyeksikan menurun menjadi sebesar
Rp35.020.000.000,00 seperti terlihat pada gambar berikut:
Gambar 3.9 Grafik Realisasi dan Proyeksi Penerimaan Pembiayaan Daerah Tahun 2014-2016
166,446,860,002 64,413,981,000
35,020,000,000
0 100,000,000,000 200,000,000,000
Realisasi 2014 APBD 2015 Proyeksi 2016
(18)
III - 18
Pengeluaran pembiayaan daerah Kota Surakarta pada tahun 2016 diproyeksikan meningkat menjadi sebesar Rp20.176.505.000 seperti terlihat pada gambar berikut:
Gambar 3.10 Grafik Realisasi dan Proyeksi Pengeluaran Pembiayaan Daerah Tahun 2015-2016
Arah kebijakan yang diambil berkaitan dengan pembiayaan daerah adalah sebagai berikut:
a. Penerimaan pembiayaan daerah masih bertumpu terhadap sisa dana tahun lalu (SILPA), serta tidak melakukan kebijakan pinjaman daerah.
b.Pengeluaran pembiayaan diutamakan untuk penyertaanmodal.
24,685,688,218 6,721,944,000
20,176,505,000
0 10,000,000,000 20,000,000,000 30,000,000,000
Realisasi 2014 APBD 2015 Proyeksi 2016
(1)
III - 13
2.
Arah Kebijakan Belanja Daerah
Proyeksi belanja daerah Kota Surakarta tahun 2016 mencapai
sebesar Rp1.594.108.232.000,00, terdiri dari belanja tidak langsung
sebesar Rp990.613.493.000,00, dan belanja langsung sebesar
Rp603.494.739.000,00, seperti terlihat pada gambar berikut:
Gambar 3.7 Grafik Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Tahun
2014-2016
Rasio belanja langsung Kota Surakarta tahun 2016 untuk
pelaksanaan program dan kegiatan masih lebih kecil (37,86%)
dibandingkan belanja tidak langsung (62,14%), seperti terlihat pada
gambar berikut:
Gambar 3.8 Perbandingan Proporsi Belanja Langsung dan Belanja Tidak
Langsung Tahun 2015-2016
1,479,827,902,466
1,617,596,295,000 1,594,108,232,000
1,400,000,000,000 1,500,000,000,000 1,600,000,000,000 1,700,000,000,000
Realisasi 2014 APBD 2015 Proyeksi 2016
Belanja Daerah
42.32% 39.02% 37.86%
57.68% 60.98% 62.14%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Realisasi 2014 APBD 2015 Proyeksi 2016
(2)
III - 14
Arah kebijakan belanja daerah Kota Surakarta tahun 2016,
yaitu sebagai berikut :
a.
Belanja Langsung diupayakan untuk mendukung prioritas
pembangunan nasional, Provinsi Jawa Tengah dan prioritas
pembangunan daerah melalui RKPD Kota Surakarta Tahun 2016;
b.
Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung diharapkan juga
menampung beberapa issue tahun 2016 seperti:
Penyelenggaraan
Pemilukada
menyesuaikan
keputusan
pemerintah;
Penyesuaian kebijakan BPJS atas jaminaan kesehatan dan
kecelakaaan kerja kepada PNS dan Pegawai Pemerintah Bukan
PNS (PPBPNS);
Pembangunan
pusat-pusat
pertumbuhan
baru
kawasan
menyesuaikan dengan perkembangan tata ruang nasional,
provinsi dan kawasan;
Beberapa
kegiatan
yang
bersifat
lanjutan
dari
tahun
sebelumnya seperti Pembangunan kembali Pasar Klewer dan
gedung kelurahan yang belum terbangun.
Proyeksi masing-masing unsur belanja daerah dan pengeluaran
pembiayaan daerah tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:
(3)
III - 15
Tabel 3.3 Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Tahun 2016
NO URAIAN REALISASI APBD
2014 APBD 2015 PROYEKSI 2016 LEBIH / (KURANG)
(1) (2) (3) (4) (5) (6 =5 – 4)
1. BELANJA 1.479.827.902.466 1.617.596.295.000 1.594.108.232.000 (23.488.063.000)
1.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 853.528.504.730 986.368.122.500 990.613.493.000 4.245.370.500
1.1.1 Belanja Pegawai 769.847.763.306 927.088.744.000 954.901.406.000 27.812.662.000
1.1.11 Belanja Bunga Hutang 707.163.870 558.512.000 441.571.000 (116.941.000)
1.1.12 Belanja Hibah 82.186.330.510 52.388.550.000 30.000.000.000 (22.388.550.000)
1.1.13 Belanja Bantuan Sosial 57.000.000 2.196.875.000 1.500.000.000 (696.875.000)
1.1.14 Belanja Bantuan Keuangan 696.837.653 770.516.000 770.516.000 0
1.1.15 Belanja Tidak Terduga 33.409.391 3.364.925.500 3.000.000.000 (364.925.500)
1.2 BELANJA LANGSUNG 626.299.397.736 631.228.172.500 603.494.739.000 (27.733.433.500)
1.2.1 - DAK 43.848.110.000 3.750.100.000 3.750.100.000 0
- Bangub 19.876.104.000 32.000.468.000 35.272.468.000 3.272.000.000
- DID 25.350.120.000 25.350.120.000 0
- DBHCHT 8.769.622.000 5.034.494.000 6.300.000.000 1.265.506.000
- Belanja BLUD 36.623.106.000 49.566.709.000 12.943.603.000
- Lainnya (APBD) 553.805.561.736 528.469.884.500 483.255.342.000 (45.214.542.500)
2. PENGELUARAN PEMBIAYAAN 24.685.688.218 6.721.944.000 20.176.505.000 13.454.561.000
2.1 Penyertaan modal (investasi) 19.439.000.000 1.833.000.000 13.787.561.000 11.954.561.000
2.2 Pembayaran hutang pokok 3.331.701.018 888.944.000 888.944.000 0
2.3 Pemberian pinjaman daerah / kredit bergulir
0 0 1.000.000.000 1.000.000.000
2.4 Pengembalian pihak ketiga 1.914.987.200 4.000.000.000 4.500.000.000 500.000.000
(4)
III - 16
Proyeksi belanja langsung masing-masing unsur pembangunan
tahun 2016 dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
Tabel 3.4 Proyeksi Pagu Indikatif Belanja Langsung Per Urusan Tahun
2016
No Urusan /
Bidang
APBD
2015 %
Proyeksi
2016 %
A Urusan Wajib 568.594.081.200 95,11% 2.582.478.265.523 98,48%
1 Pendidikan 83.804.506.700 14,02% 149.102.128.000 5,69%
2 Kesehatan 79.507.163.500 13,30% 140.851.063.153 5,37%
3 Pekerjaan Umum 58.325.854.000 9,76% 253.495.853.000 9,67%
4 Perumahan 7.751.996.000 1,30% 41.262.550.000 1,57%
5 Penataan Ruang 4.284.740.000 0,72% 87.620.600.000 3,34%
6 Perencanaan
Pembangunan 16.851.368.000 2,82% 16.931.531.000 0,65%
7 Perhubungan 20.243.308.500 3,39% 44.783.407.950 1,71%
8 Lingkungan Hidup 83.857.776.000 14,03% 139.256.065.720 5,31%
9 Pertanahan 808.500.000 0,14% 1.400.000.000 0,05%
10 Kependudukan dan
Catatan Sipil 4.245.868.000 0,71%
6.028.303.100 0,23%
11
Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak
9.812.301.000 1,64% 24.653.520.000 0,94%
12
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
1.668.780.000 0,28% 2.909.010.000 0,11%
13 Sosial 3.852.369.000 0,64% 4.486.138.000 0,17%
14 Ketenagakerjaan 3.296.700.000 0,55% 5.287.217.900 0,20%
15 Koperasi dan UKM 4.544.179.000 0,76% 8.490.920.000 0,32%
16 Penanaman Modal 2.012.060.800 0,34% 3.470.000.000 0,13%
17 Kebudayaan 8.574.389.200 1,43% 1.344.641.200.000 51,28%
18 Kepemudaan dan
Olah Raga 4.764.432.000 0,80%
11.006.250.000 0,42%
19 Kesatuan Bangsa dan
Politik Dalam Negeri 25.701.401.000 4,30%
31.908.770.000 1,22%
20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm.Keuangan, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian
117.592.399.000 19,67% 211.670.473.200 8,07%
21 Ketahanan Pangan 12.160.186.000 2,03% 13.426.550.000 0,51%
22 Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa 5.314.280.000 0,89% 19.558.556.500 0,75%
23 Statistik 298.000.000 0,05% 313.000.000 0,01%
24 Kearsipan 722.300.000 0,12% 1.005.000.000 0,04%
(5)
III - 17
No Urusan /
Bidang
APBD
2015 %
Proyeksi
2016 %
Informatika
26 Perpustakaan 2.566.187.000 0,43% 10.277.000.000 0,39%
B. Urusan Pilihan 29.218.659.800 4,89% 39.773.992.800 1,52%
1 Pertanian 2.660.288.000 0,45% 6.034.264.000 0,23%
2 Energi dan
Sumberdaya Mineral - -
3 Pariwisata 6.691.409.800 1,12% 5.031.250.000 0,19%
4 Kelautan dan
Perikanan 104.980.000 0,02% 505.000.000 0,02%
5 Perdagangan 17.461.252.000 2,92% 25.332.973.800 0,97%
6 Industri 2.050.730.000 0,34% 2.508.005.000 0,10%
7 Ketransmigrasian 250.000.000 0,04% 362.500.000 0,01%
JUMLAH 597.812.741.000 100% 2.622.252.258.323 100%
3.
Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah
Pemerintah Kota Surakarta tidak merencanakan penerimaaan
pinjaman daerah, sehingga praktis sumber penerimaaan pembiayaan
mengalami tekanan yang berdampak pada menurunnya sumber
pendapatan
daerah
dari
pos
penerimaaan
pembiayaan.
Pola
pengelolaan, penerimaan, pembiayaan daerah masih bertumpu pada
penerimaan SILPA, penerimaan kredit bergulir dan penerimaan dari
pihak ketiga. Penerimaan pembiayaan daerah Kota Surakarta pada
tahun
2016
diproyeksikan
menurun
menjadi
sebesar
Rp35.020.000.000,00 seperti terlihat pada gambar berikut:
Gambar 3.9 Grafik Realisasi dan Proyeksi Penerimaan Pembiayaan Daerah
Tahun 2014-2016
166,446,860,002
64,413,981,000 35,020,000,000
0 100,000,000,000 200,000,000,000
Realisasi 2014 APBD 2015 Proyeksi 2016
(6)
III - 18
Pengeluaran pembiayaan daerah Kota Surakarta pada tahun 2016
diproyeksikan meningkat menjadi sebesar Rp20.176.505.000 seperti
terlihat pada gambar berikut:
Gambar 3.10 Grafik Realisasi dan Proyeksi Pengeluaran Pembiayaan
Daerah Tahun 2015-2016
Arah kebijakan yang diambil berkaitan dengan pembiayaan daerah
adalah sebagai berikut:
a.
Penerimaan pembiayaan daerah masih bertumpu terhadap sisa dana
tahun lalu (SILPA), serta tidak melakukan kebijakan pinjaman
daerah.
b.
Pengeluaran pembiayaan diutamakan untuk penyertaan
modal.
24,685,688,218 6,721,944,000
20,176,505,000
0 10,000,000,000 20,000,000,000 30,000,000,000 Realisasi 2014
APBD 2015 Proyeksi 2016