batu bara. Fly ash dapat dibedakan menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal yang di hasilkan dari pembakran batubara antrasit atau batubara bitomius dan abu
terbang kelas C yang di hasilkan dari batubara jenis legnite atau subbitumeus. Abu terbang kelas C kemungkinan mengandung kapur lime lebih dari 10
beratnya. Kandungan kimia yang dibutuhkan dalam fly ash tercantum dalam tabel 2.3 ASTM C.618-95:305
Tabel 2.3 kandungan kimia fly ash
Senyawa kimia Jeni F
Jenis C Oksida silika SiO2 + Oksida alumina
Al
2
O
3
+oksida besi Fe
2
O
3
, minimum 70.0
50.0
Trioksida sulfur SO
3
, masimum 5.0
5.0 Kadar air, maksimum
3.0 3.0
Kehilangan panas, maksimum 6.0
6.0 Penggunaan sampai dengan 12 masih diijinkan jika ada perbaikan kinerja atau
hasil test laboratorium menunjukan demikian.
II.1.4.4 Abu sawit Palm Oil Ash
Kelapa sawit bukanlah tanaman asli Indonesia, kelapa sawit adalah tanaman yang berasal dari daerah hutan tropis di Afrika Barat. Tanaman kelapa
sawit itu sendiri berada di Indonesia pada tahun 1848 didatangkan oleh pemerintahan Hindia-Belanda dan untuk pertama kalinya tanaman ini ditanam di
perkebunan raya bogor dan mulai di tanam di Sumatera Utara pada tahun 1870-an di daerah Deli.
Universitas Sumatera Utara
Pohon kelapa sawit menghasilkan buah sawit yang terkumpul di dalam satu tandan, oleh karena itu sering disebut dengan istilah TBS Tandan
BuahSegar. Sawit yang sudah berproduksi optimal dapat menghasilkan TBS dengan berat antara 15-30 kgtandan. Tandan-tandan inilah yang kemudian
diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut menghasilkan minyak sawit. Produksi utama pabrik sawit adalah CPO dan minyak inti sawit. CPO diekstrak dari
sabutnya. Dari hasil proses pembuatan Crude Palm Oil CPO maka akan dihasilkan
limbah padat diantaranya serabut buah dan cangkang kelapa sawit itu sendiri, namun ini tidak menjadi masalah bagi Pabrik Kelapa sawit PKS karena limbah
ini akan menjadi bahan bakar daripada boiler. Limbah padat berupa cangkang dan serat digunakan sebagai bahan bakar ketel boiler untuk menghasilkan energi
mekanik dan panas. Uap dari boiler dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik dan untuk merebus TBS sebelum diolah di dalam pabrik.
Cangkang dan serat buah sawit yang sudah terbakar, akan menghasilkan sisa- sisa pembakaran yang nantinya akan menjadi limbah daripada boiler atau
furnance tungku pembakaran berupa: 1. Abu, yakni abu yang berada dibawah tungku tepatnya ditempat
pengumpulan abu. 2. Kerak boiler kelapa sawit, yakni kerak yang melekat pada dinding boiler.
Masalah yang kemudian timbul adalah sisa dari pembakaran pada boiler yang berupa abu dengan jumlah yang terus meningkat sepanjang tahun yang
sampai sekarang masih belum termanfaatkan. Ternyata limbah abu sawit banyak mengandung unsur silika SiO2 yang merupakan bahan pozzolanic. Berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
penelitian yang dilakukan Graille dkk 1985 ternyata limbah abu sawit banyak mengandung unsur silika SiO2 yang merupakan bahan pozzolanic.
Hayward 1995 dalam Utama dan Saputra 2005 menyatakan dalam bahan pozzolan ada dua senyawa utama yang mempunyai peranan penting dalam
pembentukan semen yaitu senyawa SiO2 dan Al2O3 yang dimana abu Sawit merupakan bahan pozzolanic, yaitu material yang tidak mengikat seperti semen,
namun mengandung senyawa silika oksida SiO2 aktif yang apabila bereaksi dengan kapur bebas atau Kalsium Hidroksida CaOH2 dan air akan membentuk
material seperti semen yaitu Kalsium Silikat Hidrat. Adapun penelitian yang pernah di lakukan :
1. Limbah kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan dasar pembuatan genteng. Komposisi campuran optimum dalam pembuatan
genteng limbah kelapa sawit dapat diperoleh dengan perbandingan volume capuran semen persentase sekitar 30-40 dengan pelaksanaan
pembuatan dengan perbandingan semen ; pasir ; abu sawit
=
1:1:2 atau sekitar 33,3 dari sejumlah campuran agregat halus, nindyo sowarno
1997. 2. Penlitian dilakukan pada campuran beton dengan komposisi 5, 10,
15, dan 20 sebagai bahan tambah pada beton. Hasil tes tekan dan tes tarik pada penelitian beton telah membuktikan bahwa abu sawit telah
berfungsi sebagai pozzolan dengan kuat tekan terbesar dan kuat tarik terbesar pada beton dengan 5 Monita Olivia dkk , 2005.
3. Persentase optimum abu kelapa sawit terhadap berat jenis, kuat tekan tidak diperoleh karena semakin tinggi kandungan abu kelapa sawit berat jenis,
Universitas Sumatera Utara
dan kuat tekan, semakin menurun. Semakin besar persentase abu kelapa sawit dalam mortar, maka semakin besar pula nilai daya resap airnya.
Penggantian sebagian semen dengan abu kelapa sawit pada adukan mortar ternyata mengurangi kekedapan mortar, dan semakin besar persentasenya
semakin membuat mortar tidak kedap air. ermiyati, 2007 4. Aplikasi dalam ilmu teknik, abu sawit dimanfaatkan dalam berbagai
bidang antara lain: sebagai bahan tambahan pengganti semen dalam desain beton mutu tinggi, bahan pengisifiller dalam lapisan perkerasan
jalan raya, bahan stabilisator pada campuran tanah lempung dan tanah dasar pada lapisan jalan raya, bahan tambahan pengganti semen dalam
campuran paving block serta juga merupakan bahan material yang bersifat pozzolan Susanto dan Budhi, 1998.
Bahan tambah yang digunakan dalam penelitian ini adalah abu sawit yang berasal dari limbah produksi pabrik penglolahan kelapa sawit Adolina PPKS
Adolina, termasuk dalam kategori bahan tambah mineral Mineral admixture.
II.2. Sifat-Sifat Beton
Karakteristik dari beton dipertimbangkan dalam hubungannya dengan kualitas yang dituntut untuk suatu tujuan konstuksi tertentu. Pendekatan praktis
yang paling baik adalah mengusahakan kesempurnaan semua sifat beton. Adapun sifat beton yaitu :
Universitas Sumatera Utara