semen,  penambahan  air  pada  pencampuran  beton  yang  daat  menyebabkan terjadinya rongga pada beton, sehingga kualita beton yang dihasilkan menurun.
g.   Pekerjaan Perawatan curing
Tujuan  perawatan  beton  adalah  memelihara  beton  dalam  kondisi  tertentu pasca  pembukaan  bekisting  demoulding  of  form  work  agar  optimasi  kekuatan
beton  dapat  dicapai  mendekati  kekuatan  yang  telah  direncanakan.  Perawatan  ini berupa  pencegahan  atau  mengurangi  kehilanganpenguapan  air  dari  dalam  beton
yang  ternyata  masih  diperlukan  untuk  kelanjutan  proses  hidrasi.  Bila  terjadi kekurangankehilangan air maka proses hidrasi akan tergangguterhenti dan dapat
mengakibatkan  terjadinya  penurunan  perkembangan  kekuatan  beton,  terutama penurunan kuat tekan Lubis, 1986; Mulyono, 2004; dan Amri, 2005.
Sehari  setelah  pengecoran  merupakan  saat  yang  terpenting  untuk  periode sesudahnya.  Oleh  sebab  itu  diperlukan  perawatan  dengan  air  sehingga  untuk
jangka  panjang,  kualitas  beton,  baik  kekuatan  maupun  kekedapan  airnya,  dapat lebih baik.  Perawatan dengan cara membasahi  menghasilkan beton  yang  terbaik.
Semakin erat pendekatan kondisi perawatan, semakin kuat beton yang dihasilkan. Hal ini diperlihatkan pada Gambar 2.10 Murdock dan Brook, 1999.
Dalam  menafsirkan  hasil  pengujian  laboratorium,  harus  diperhitungkan bahwa  bahan  yang  diuji  umumnya  kecil.  Oleh  karenanya  sifat-sifat  bahan  ini
sangat dipengaruhi oleh perubahan dari lapisan permukaannya. Karena umumnya lapisan permukaan mudah terpengaruh oleh kondisi perawatan. Hal ini dibuktikan
oleh  kerusakan  tampang  melintang  yang  tebal  jauh  lebih  kecil  dar  ipada  yang ditunjukkan oleh contoh bahan uji yang lebih kecil.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.10. Kuat Desak Tekan Beton yang Dikeringkan dalam Udara di Laboratorium Sesudah Perawatan Awal dengan Membasahinya Murdock dan
Brook, 1999
II.2.2.2 Penyerapan Air Water Absorbtion
Uji penyerapan air di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui persentase penyerapan  air  oleh  benda  uji.  Uji  penyerapan  air  water  absorbtion  di  lakukan
dengan menggunakan benda uji berbentuk silinder. Untuk mengetahui besarnya penyerapan air dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
100 96
1 2
 
 jam
X X
WA
………….  2.5
Dimana :
 WA
Water Absorption
cc jam
X
1
= Massa benda sewaktu buka cetakan  gram X
2
= Massa benda sewaktu 4 hari perandaman  gram
Universitas Sumatera Utara
II.2.2.3 Modulus Elastisitas
Modulus  elastisitas  beton  dipengaruhi  oleh  jenis  agregat,  kelembaban  benda uji  beton,  faktor  air  semen,  umur  beton  dan  temperaturnya.  Secara  umum,
peningkatan kuat tekan beton seiring dengan peningkatan modulus elastisitasnya. Menurut pasal 10.5 SNI-03 2847 2002 hubungan antara nilai modulus elastisitas
beton normal dengan kuat tekan beton adalah  Ec =
4700 √f c .
Setiap  benda  yang  menahan  gaya  akan  mengalami  deformasi.  Deformasi ini  tergantung  pada  besarnya  gaya  dan  modulus  elastisitas  dan  dipengaruhi  oleh
faktor tegangan dan remangan. Modulus elastisitas tergantung lepada umur beton, sifat-sifat dari agregat dan semen, kecepatan pembebanan, jenis dan usuran benda
uji  tersebut.  Karena  memperlihatkan  deformasi  yang  tetap  permanen  sekalipun dengan  beban  kecil,  maka  untuk  beton  perlu  diadakan  pengujian  untuk
mengetahui  modulus  elastisitasnya.  Disamping  mendapatkan  nilai  modulus elastisitas,juga  untuk  membandingkan  batas  elastis  plastis  pada  beton  dengan
nilai elastis plastis pada baja. Nilai dari modulus elastisitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
...................... ..         2.6
Dimana: E
= Modulus elastisitas beton MPa S2
= Tegangan yang terjadi saat beban 40 P maksimum, A
P S
2 2
P2 = Beban pada saat 40  P maksimum
00005 ,
2 1
2 
 
s s
E
Universitas Sumatera Utara
S1 = Tegangan yang terjadi saat regangan mencapai 0,00005,
A P
S 1
1 
P1 = Beban pada saat regangan mencapai 0,00005.
ε2 = Regangan longitudinal pada saat beban mencapai 40  Pmak P2.
II.2.2.4 Klasifikasi Retak
Klasifikasi Retak bervariasi yaitu:
a  Umum  yang  terdiri  dari  retak  akibat  rangkak  creep  dan  retak  akibat susut shrinkage
b  Lebar retak yang terdiri dari retak mikro, retak makro dan retak mayor c  Bentuk  dan  pola  retak  yang  terdiri  dari  retak  tunggal,  retak  ganda,
retak bercabang.
Retak  yang  diperbolehkan  harus  sesuai  dengan  factor  keamanan, perawatan perlakuan dan kekuatan bahan pada beton itu sendiri meskipun retak
tidak  dapat  ditentukan  bentuk  dan  pola  yang  terjadi,  hal  ini  dikarenakan  retak berhubungan dengan permukaan yang bebas tidak diberikan beban.
II.2.2.4.1 Rangkak Creep dan Susut Shrinkage
Pada  umumnya    penyebab  retak  adalah  rangkak  creep  dan  susut shrinkage  yang tergantung pada waktu. Rangkak creep adalah salah satu sifat
beton dimana beton mengalami deformasi yang menerus menururt waktu dibawah pembebanan  yang  diijinkan.  Deformasi  yang  tidak  elastis  ini  bertambah  dengan
Universitas Sumatera Utara
tingkat perubahan yang berkurang selama pembebanan dan jumlah totalnya dapat
mencapai besar beberapa kali dari deformasi elastis dalam waktu jangka pendek.
Definisi  shrinkage  secara  umum  adalah  perubahan  volume  yang  tidak berhubungan dengan pembebanan dan lebih dipengaruhi oleh suhu, kelembaban,
aliran angin dan factor lingkungan lainnya. Saat beton masih bersifat plastis maka partikel  agregat  akan  turun  kebawah  sedangkan  air  dan  udara  akan  naik  keatas
akibatnya  dapat  terjadi  retak  retak.  Retak  akibat  penyusutan  volume  pada  beton plastis  disebut  plastic  shrinkage  crack  sedangkan  retak  akibat  penyusutan  yang
terus  terjadi  karena  panas  hidrasi  pada  beton  keras  hardened  concrete  disebut
drying shrinkage crack.
II.2.2.4.2 Plastic Shrinkage Crack
Setelah semen bereaksi  dengan air maka pasta akan mengalami  reduksi dalam  volume  beton,  tetapi  ini  seharusnya  menjadi  catatan  bahwa  hal  tersebut
disebabkan  oleh  hidrasi  pada  beton  yang  meningkat.  Perawatan  beton  yang disimpan  dalam  air  secara  kontinu  akan  menambah  volume  beton  berkisar  0.01
sd 0.02  dari volume semula akibat beton tersebut mengembang. Namun disatu sisi jika beton disimpan ditempat yang kering dan panas dry curing maka beton
akan menyusut sehingga volume beton berkurang.
Plastic  shrinkage  terjadi  pada  hari  pertama  setelah  pengecoran  berkisar antara  5
– 10 jam. Retak sering terjadi pada permukaan beton dan terlihat tidak teratur.  Retak  juga  lebih  banyak  terjadi  pada  arah  horizontal.  Retak  plastic
shrinkage  banyak  terjadi  pada  slab  dan  perkerasan  jalan  raya  dengan  bidang
Universitas Sumatera Utara
permukaan yang luas sehingga terjadi evaporasi yang sangat tinggi. Kondisi udara yang sangat panas juga dapat meningkatkan terjadinya plastic shrinkage.
Besar  kemungkinan  terjadinya  plastic  shrinkage  dapat  dipengaruhi  dalam merencanakan campuran antara lain yaitu:
1. Tipe semen 2. Faktor air semen
3. Jumlah dan ukuran agregat kasar 4.Konsistensi dalam campuran
Beberapa  cara  dapat  dilakukan  untuk  mengatur  seminimal  mungkin retak  akibat  plastic  shrinkage.  Penyemprotan  air  dingin  pada  agregat  sebelum
dicampur  dan  penggunaan  air  dingin  pada  campuran  bisa  mengurangi  terjadinya plastic shrinkage crack. Meminimalkan atau mengurangi terjadinya penguapan air
juga  dapat  menurunkan  besar  terjadinya  plastic  shrinkage  yang  dapat  dilakukan dengan perawatan terhadap benda uji supaya lembab atau ditutup dengan  plastik
agar terhindar dari pengaruh udara luar.
Penurunan  suhu  beton  pada  saat  pencampuran  akan  mengurangi  besar penyusutan  plastis  pada  beton  tersebut.  Penurunan  suhu  semen  antara  8-10°  C,
suhu air menurun 4 ° C dan suhu agregat menurun 1,8° C akan dapat menurunkan suhu beton sebesar 1° C.
Universitas Sumatera Utara
II.2.2.4.3 Drying Shrinkage Beton
Drying  Shrinkage  terjadi  pada  beton  yang  telah  mengeras  hardened concrete akibat kehilangan air dari pasta semen. Rata
– rata drying shrinkage bisa mencapai sebesar 500 x 10
-6
in atau 0,05  dari panjang beton dan pada umumnya sebesar  350
–  650  x  10
-6
in.  Hal  ini  berarti  bahwa  untuk  sebuah  ukuran  slab dengan  ukuran  30  ft  x  80  ft  dapat  menyusut  berkisar  antara  0,12
–  0,23  in terhadap lebar dan 0,34
– 0,62 in terhadap panjang slab.
Perawatan  juga  mempengaruhi  retak.  Pada  slab  cenderung  untuk mengeringkan bagian atas dan menyusutkan bagian bawah slab yang mempunyai
kelembaban tinggi. Perbedaan kelembaban ini dapat diatasi dengan menggunakan admixture,  yang  dapat  mengubah  cara  air  berpindah  tempat  dalam  campuran
beton sehingga menghasilkan kelembaban yang seragam.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya drying shrinkage antara lain adalah :
1.  Tipe semen. 2.  Jumlah semen.
3.  Ukuran dari bentuk struktur. 4.  Perawatan curing.
5.  Proporsi campuran.
Universitas Sumatera Utara
II.2.2.4.4 Lebar Retak
Retak  dapat  dikenali  dengan  tiga  parameter  yaitu  lebarnya,  panjangnya dan  pola  umumnya,  lebar  retak  ini  sulit  diukur  karena  bentuknya  yang  tidak
teratur  irregular shape. Pada fase pengerasan beton  terdapat  retak mikro, retak ini sulit dideteksi karena terlalu kecil.
Untuk melihat lebar retak mikro biasanya dipergunakan Crack Microscope yang  lebarnya  bervariasi  antara  0,125
–  1,0  μm  8  jam  pertama  setelah pencetakan. Lebar retak minimum yang dapat dilihat oleh mata sebesar 0,13 mm
0,005  in,  dikenal  dengan  retak  mikro.  Retak  mikro  apabila  dibebani  akan menjadi  retak  mayor  atau  retak  yang  lebih  besar.  Lebar  retak  maksimum  yang
diijinkan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.6. Lebar retak maksimum yang diijinkan [ACI Committee 244, 1972]
No Jenis Struktur dan kondisi
Toleransi lebar retak
mm
1 2
3 1.  Struktur dalam ruangan In-door struktur, Udara kering
dry-air, pemberian lapisan yang kedap air 0,41
2.  Struktur luar Out-door strukture, Kelembaban sedang, tidak ada pengaruh korosi
0,30 3.  Struktur luar Out-door strukture, Kelembaban tinggi,
pengaruh kimiawi 0,18
4.  Struktur dengan kelembaban tinggi dan dipengaruhi oleh korosi saljues, air laut
0,15 5.  Struktur berkaitan dengan air Reservoir
0,10
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
III.I Umum
Metode  yang  digunakan  pada  penelitian  ini  adalah  kajian  eksperimental yang dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara. Secara umum urutan tahap penelitian meliputi : a.  Penyediaan bahan penyusun beton.
b.  Pemeriksaan bahan. c.  Perencanaan campuran beton Mix Design.
d.  Pembuatan benda uji. e.  Pemeriksaan nilai slump.
f.  Pengujian kuat tekan beton umur 28 hari. g.  Pengujian elastisitas beton  umur 28 hari.
h.  Pemeriksaan pola retak beton pada umur 3, 7, 14, 21, 28, 45 dan 60 hari
III.2 Urutan Tahapan Penelitian III.2.1 Bahan-bahan penyusun beton
Bahan penyusun beton  terdiri dari semen portland, agregat  halus,  agregat kasar  dan  air.  Sering  pula  ditambah  bahan  campuran  tambahan  yang  sangat
bervariasi  untuk  mendapatkan  sifat-sifat  beton  yang  diinginkan.  Biasanya perbandingan  campuran  yang  digunakan  adalah  perbandingan  jumlah  bahan
penyusun  beton  yang  lebih  ekonomis  dan  efektif.  Bahan-bahan  penyusun  beton dalam penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara