Derajat Penyakit DBD Program Pencegahan Demam Berdarah Dengue

menunjukkan bahwa adanya penurunan kadar fibrinogen, protrombin dan antitrombin III. Penurunan antiplasmin plasmin inhibitor dijumpai pada beberapa kasus. Waktu tronboplastin parsial memanjang pada setengah sampai sepertiga kasus DBD dan waktu trombin juga memanjang pada kasus berat, serta dijumpai kadar komplemen serum menurun. Hasil laboraturium nilainya adalah hipoproteinemia, hiponatremia, dan peningkatan kadar SGOT ringan. Acidosis metabolik sering kali dijumpai pada kasus penyakit yang disertai syok berkepanjangan. Nitrogen urea darah BUN meningkat pada stadium terminal pada kasus syok berkepanjangan. Misnadiarly, 2009

3.9 Derajat Penyakit DBD

Derajat penyakit Demam Berdarah Dengue yaitu antara lain: Derajat I ringan; terdapat demam mendadak selama 2-7 hari di sertai gejala klinis lain dengan manifestasi perdarahan teringan, yaitu uji tourniquet positif. Derajat II sedang; demam dan perdarahan spontan, pada umumnya di kulit dan manifestasi perdarahan lainnya. Derajat III; kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah, tekanan darah menurun 20 mmHg atau hipotensi disertai ekskremitas dingin dan anak gelisah. Derajat IV; demam, perdarahan spontan, di sertai atau tidak disertai hepatomegali dan ditemukan gejala renjatan hebat nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur .

3.10. Program Pencegahan Demam Berdarah Dengue

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aides Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat baik secara lingkungan, biologis maupun secara kimiawi yaitu: Lingkungan yaitu metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk PSN, pengelolaan sampah padat, modofikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. PSN pada dasarnya merupakan pemberantasan jentik atau mencegah agar nyamuk tidak berkembang tidak dapat berkembang biak. Pada dasarnya PNS ini dapat dilakukan dengan cara menguras bak mandi dan tempat-tempat panampungan air sekurang- kurangnya seminggu sekali,. Ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa perkembangan telur agar berkembang menjadi nyamuk adalah 7-10 hari, menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum, dan tempat air lain dengan tujuan agar nyamuk tidak dapat bertelur pada tempat-tempat tersebut, mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung setidaknya seminggu sekali, membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas terutama yang berpotensi menjadi tempat berkembangnya jentik-jentik nyamuk, seperti sampah keleng, botol pecah, dan ember plastik, menutup lubang-lubang pada pohon terutama pohon bambo dengan menggunakan tanah, dan membersihkan air yang tergenang di atap rumah serta membersihkan salurannya kembali jika salurannya tersumbat oleh sampah- sampah dari daun. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Biologis yaitu pengandalian perkambangan nyamuk dan jentiknya dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. seperti memelihara ikan cupang pada kolam atau menambahkannya dengan bakteri Bt H-14. Dan kimiawi yaitu merupakan cara pengandalian serta pembasmian nyamuk serta jentiknya dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Cara pengendalian ini antara lain dengan : Pengasapanfogging dengan menggunakanmal athion dan fenthion yang berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan Aedes Aegypti sampai batas tertentu, memberikan bubuk abate temephos pada tempat- tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain. Sukowati, 2010 3.11Pemberantasan Kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan pelacakan penderita penyelidikan epidemiologis, PE, yaitu kegiatan mendatangi rumah-rumah dari kasusu yang di laporkan indek kasus untuk mencari penderita lain dan memeriksa angka jentik dalam radius lebih kurang 100 m dari rumah indek, penemuan dan pertolongan penderita, yaitu kegiatan pencarian penderita lain. Jika terdapat tersangka kasus DBD maka harus segera di lakukan penanganan kasus termasuk merujuk ke unit pelayanan kesehatan UPK terdekat, abatisasi selektif AS atau larvasida selektif, yaitu kegiatan memberikan atau menaburkan larvasida kedalam penampungan air yang positif terdapat jentik aedes, poging focus FF, yaitu kegiatan menyemprot dengan insektisida malation, losban untuk membunuh nyamuk dewasa dalam radius 1 RW per 400 rumah per penduduk, pemeriksaan jentik berkala PJB, yaitu kegiatan regular tiga bulan sekali, dengan cara mengambil sampel 100 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara rumahdesakelurahan. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan cara random atau metode spiral dengan rumah di tengah sebagai pusatnya atau metode zig-zag. Dengan kegiatan ini akan didapatkan angkat kepadatan jentik atau HL house indek, pembentukan kelompok kerja pokja DBD ini semua level administrasi, mulai dari desa, kecamatan, sampai tingkat pusat, pergerakan PSN pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M menutup dan menguras tempat pembuangan air bersih, mengubur barang bekas, dan membersihkan tempat yang berpotensi bagi perkembangbiakan nyamuk di daerah endemic dan sporadik serta memberi penyuluhan tentang gejala awal penyakit, pencegahan, dan rujukan penderita. Widoyono, 2008

3.10 Penatalaksanaan