Peran Serta Mayrakat dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah

(1)

Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Pencegahan

dan Pemberantasan DBD di Kecamatan Bies

Kecamatan Aceh Tengah

Fitri Anita

101121112

Skripsi

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

(4)

Judul : Peran Serta Mayrakat dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah.

Nama Mahasiswa : Fitri Anita

NIM : 101121112

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2010

Abstrak

Peran serta masyarakat sangat penting dilakukan untuk meningkatkan status kesehatan di masyarakat yaitu dengan cara ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikut sertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan setiap permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan untuk menggambarkan bagaimana peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling dengan sampel 50 kepala keluarga, pengumpulan data dilakukan pada bulan pada tanggal 5 sampai 20 oktober 2012. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner data demografi. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan jumlah responden mayoritas peran serta masyarakat berdasarkan motivasi dalam kategori baik sebanyak 38 responden (76%), berdasarkan komunikasi berkategori cukup sebanyak 26 responden (52%). Pada aspek ini peran serta masyarakat sudah cukup baik, timbulnya kesadaran diri pada masyarakat menjadi modal utama sehingga menciptakan suatu komunikasi antar setiap anggota masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit DBD. berdasarkan koordinasi mayoritas yang berkategori kurang sebanyak 39 responden (78%), sedangkan berdasarkan mobilisasi yang berkategori cukup sebanyak 37 responden (74%), Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya partisipasi dan kerjasama antara anggota masyarakat menjadi faktor utamanya, sehingga tidak terjadi team work yang baik antar setiap anggota masyarakat maupun tim pelayanan kesehatan. Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan dukungannya untuk melaksanakan peran serta dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD untuk masa yang akan datang untuk lebih baik lagi, dan untuk peneliti berikutnya diharapkan untuk meneliti pengetahuan masyarakat dalam upayan pencegahan dan pemberantasan Demam Berdarah Dengue.


(5)

Prakata

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan berjudul “Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah”, yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesakan pendidikan Program Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku pembantu dekan II Fakultas Keperawatan Sumatra Utara Medan. Bapak Ikhsanudin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS, selaku pembantu dekan III Fakultas Keperatan Universitas Sumatra Utara Medan.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku pembantu dekan II Fakultas Keperawatan Sumatra Utara Medan dan sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan dan masukan dengan penuh kesabaran dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Siti Zahara SKp, MNS selaku dosen penguji I, dan Ibu Lutfiani, S.kep, Ns selaku dosen penguji II yang telah memberi masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi. Dan tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih


(6)

kepada seluruh staf dan dosen pengajar di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.

Terimakasih kepada Bapak M. Yusuf, S.Pd, selaku Camat Bies yang telah memberi izin penelitian tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan dan Pemberantasn DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah, dan terima kasih juga saya ucapkan kepada seluruh staf pegawai kantor camat Bies Kabupaten Aceh Tengah yang telah membantu dalam proses penelitian. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis persembahkan kepada kedua orang tua yang sangat penulis sayangi dan hormati, kakak, abang dan orang terdekat yang telah memberi penulis dorongan dan masukan selama menjalani perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman sejawat Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi lebih baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pelayanan serta untuk masukan penelitian selanjutnya.

Medan,…Januari 2012 Penulis

Fitri Anita (101121112)


(7)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

Prakarta ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... viii

Skema ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 3

3. Tujuan Penelitian ... 3

4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

1. Peran Serta Masyarakat ... 5

2. Masyarakat ... 30

3. Demam Berdarah Dengue ... 43

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 46

1. Kerangka Penelitian ... 46

2. Defenisi Operasional Peran Serta Masyarakat ... 47

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 48

1. Desain Penelitian ... 48


(8)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 49

4. Pertimbangan Etik ... 49

5. Instrumen Penelitian ... 50

6. Validitas Instrumen Penelitian ... 51

7. Realibitas Instrumen Penelitian ... 51

8. Rencana Pengumpulan Data ... 52

9. Analisa Data ... 52

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

1. Hasil Penelitian ... 54

2. Pembahasan ... 59

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

1. Kesimpulan ... 63

2. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran – lampiran 1. Inform Consent 2. Kuesioner Penelitian 3. Instrument Penelitian 4. Surat Izin Penelitian 5. Taksasi Dana

6. Jadwal Tentatif Penelitian 7. Lembar Bukti Pembimbing Curriculum Vitae


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan presentase karakteristik responden (n=50) ... 54 Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase kategori peran serta masyarakat (n=50)

... 56

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD berdasarkan motivasi (n=50) ... 56

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD berdasarkan komunikasi (n=50)

... 57

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD berdasarkan koordinasi (n=50) 58

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD berdasarkan mobilisasi (N=50) 59


(10)

SKEMA

Skema 1. Kerangka konsep peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD... 46


(11)

Judul : Peran Serta Mayrakat dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah.

Nama Mahasiswa : Fitri Anita

NIM : 101121112

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2010

Abstrak

Peran serta masyarakat sangat penting dilakukan untuk meningkatkan status kesehatan di masyarakat yaitu dengan cara ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikut sertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan setiap permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan untuk menggambarkan bagaimana peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling dengan sampel 50 kepala keluarga, pengumpulan data dilakukan pada bulan pada tanggal 5 sampai 20 oktober 2012. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner data demografi. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan jumlah responden mayoritas peran serta masyarakat berdasarkan motivasi dalam kategori baik sebanyak 38 responden (76%), berdasarkan komunikasi berkategori cukup sebanyak 26 responden (52%). Pada aspek ini peran serta masyarakat sudah cukup baik, timbulnya kesadaran diri pada masyarakat menjadi modal utama sehingga menciptakan suatu komunikasi antar setiap anggota masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit DBD. berdasarkan koordinasi mayoritas yang berkategori kurang sebanyak 39 responden (78%), sedangkan berdasarkan mobilisasi yang berkategori cukup sebanyak 37 responden (74%), Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya partisipasi dan kerjasama antara anggota masyarakat menjadi faktor utamanya, sehingga tidak terjadi team work yang baik antar setiap anggota masyarakat maupun tim pelayanan kesehatan. Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan dukungannya untuk melaksanakan peran serta dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD untuk masa yang akan datang untuk lebih baik lagi, dan untuk peneliti berikutnya diharapkan untuk meneliti pengetahuan masyarakat dalam upayan pencegahan dan pemberantasan Demam Berdarah Dengue.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dari nyamuk Aedes Aegypti, yang berdampak terhadap gangguan pembuluh darah kapiler dan sistem pembekuan darah sehingga terjadi perdarahan, yang dapat menimbulkan kematian. (Misnadiarly, 2009). Di wilayah pengawasan WHO Asia Tenggara, Thailand merupakan negara peringkat pertama yang melaporkan kasus Demam Berdarah Dengue yang dirawat di rumah sakit. Sedangkan Indonesia ternasuk peringkat kedua. Sejak tahun 1980 dengan jumlah kasus yang di laporkan lebih dari 10.000 setiap tahunnya. (Soegeng, 2006)

Di Indonesia, DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta. Namun pada tahun 1994 telah menyebar di 27 propinsi di Indonesia, dan 12 propinsi di antaranya dalam status kejadian luar biasa (Depkes, 2004). Pada tahun 2008 tercatat ada 136.399 kasus Demam Berdarah, sekitar 1.170 korban di antaranya meninggal dunia. Umumnya, kasus ini terjadi pada anak-anak. Sepanjang tahun 2009 jumlah kasus naik menjadi 154.855 kasus dan 1.384 meninggal dunia. (Depkes, 2010). Sama halnya yang terjadi di Sumatra Utara, Kasus penyakit Demam Berdarah Dengue yang menjangkiti masyarakat dari berbagai usia di berbagai kabupaten/kota di Sumatera Utara cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehata (DBD) pada tahun 2005 mencapai 35,69 per 100 ribu penduduk. Sementara pada


(13)

tahun 2007 sebesar 34,10 per 100 ribu penduduk, tahun 2008 sekitar 34,30 per 100 ribu penduduk dan tahun 2010 hingga akhir September mencapai 36,52 per 100 ribu penduduk. (Depkes, Sumut)

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) data dari kabupaten Aceh Tengah pada periode Januari-Juli 2010 sebanyak 72 orang atau meningkat 67 persen dibandingkan tahun 2009 yang hanya 43 orang. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Aceh Tengah, bahwa sebelumnya kasus DBD tidak pernah ditemukan di daerahnya, yang merupakan daerah dataran tinggi, tapi dalam dua tahun terakhir mulai terjangkit, sehingga perlu kewaspadaan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Takengon, bahwa jumlah penderita DBD itu hanya terdata pada saat pasien berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Datu Beru Takengon dan puskesmas-puskesmas yang tersebar di 14 Kecamatan di daerah itu. Sementara pasien-pasien DBD yang berobat di rumah sakit swasta dan tempat praktik dokter belum terdata secara akurat, sehingga kemungkinan jumlah penderitanya lebih banyak dari perkiraan. (Dinkes Takengon, 2010)

Seiring dengan kejadian yang terus meningkat, di karenakan belum optimalnya peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD. Hal ini di buktikan juga pada setiap kunjungan kerumah-rumah penduduk, bahwa masih banyak ditemukan jentik nyamuk Aedes Aegypti di tempat-temapat penampungan air, bekas tempat minuman yang bisa menampung air dan tempat lainnya. Berdasarkan data di atas dapat kita lihat bahwa kasus DBD di Aceh pada tahun 2010 mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan belum optimalnya peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD.


(14)

Maka perlu dilakukan trombosan untuk meningkatkan peran serta masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam setiap program pencegahan dan pemberantasan DBD. Maka perlu dilakukan penelitian bagaimana peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah.

2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dalam rumusan latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah.

3 Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi bagaimana peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah.

4 Manfaat Penelitian

4.1Bagi Pelayanan Keperawatan Komunitas

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi dalam meningkatkan pelayanan Keperawatan Komunitas terutama tentang peran serta masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan DBD.


(15)

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan masukan bagi institusi pelayanan kesehatan dengan peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah.

4.3Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan tentang peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan Pemberantasan DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah.

4.4Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil Penelitian ini juga dapat digunakan peneliti selanjutnya sebagai bahan perbandingan dan referensi tambahan terkait dengan peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Peran Serta Masyarakat

1.1Definisi Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikut sertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan setiap permasalahan. Di dalam hal ini masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan, melaksanakan dan mengevaluasikan program-program kesehatan masyarakatnya. Lembaga atas wadah yang ada di masyarakat hanya dapat memotivasi, mendukung dan membimbingnya. (Notoatmodjo, 2007)

1.2Elemen-Elemen Peran Serta Masyarakat

1.2.1 Motivasi

Motivasi adalah persyaratan masyarakat untuk berpartisipasi, tanpa motivasi masyarakat sulit untuk berpartisipasi di semua program. Timbulnya motivasi harus dari masyarakat itu sendiri dan pihak luar hanya memberikan dukungan dan motivasi saja. Untuk itu maka pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan tumbuhnya motivasi masyarakat. (Notoatmodjo, 2007)


(17)

bertindak, dimana bila orang tersebut yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalamdiri. Sebenarnya pada dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi yang pemicunya datang dari luar diri kita. Sementara meotivasi dari dalam ialah motivasi yang muncul dari diri kita. Sudrajad (2008)

Sudrajad (2008), mengemukakan beberapa teori motivasi yaitu antara lain: teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan), teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu: kebutuhan fisiologikal seperti rasa lapar, haus, istirahat dan sex; kebutuhan rasa aman, tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; kebutuhan akan kasih saying; kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan aktualisasi diri, dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama fisiologis dan kedua keamanan kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara


(18)

membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual. Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman.

Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik,


(19)

seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.

Teori Mc Clelland (Teori Kebutuhan BerprestasI), dari Mc Clelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin sesuai dengan kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil. Menurut Mc Clelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi memiliki tiga ciri umum yaitu: sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

Teori Clyton Alderfer (Teori ERG), menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Teori Alderfer menyatakan bahwa makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya, kuatnya keinginan


(20)

untuk memuaskan kebutuhan yang lebih tinngi semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah duipuaskan. Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar.

Teori Herzberg (Teori dua faktor), teori ini dikenal dengan teori dua faktor dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau pemeliharaan. Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. (Sudrajat, 2008)

Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku. Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik atau yang bersifat ekstrinsik. (Sudrajat, 2008)


(21)

Teori penetapan tujuan, bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yaitu tujuan-tujuan mengarahkan perhatian, tujuan-tujuan mengatur upaya, tujuan-tujuan meningjatkan persistensi, tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. (Sudrajat, 2008)

Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan),Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah. (Sudrajat, 2008)

Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku, berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif.


(22)

Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut. Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku. Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan. (Sudrajat, 2008)

Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi, bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah: persepsi seseorang mengenai diri sendiri, harga diri, harapan pribadi, kebutuhaan, keinginan, kepuasan kerja, prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah: jenis dan sifat pekerjaan, kelompok kerja dimana seseorang bergabung, organisasi tempat bekerja, situasi lingkungan pada umumnya dan sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya. (Sudrajat, 2008)


(23)

Fungsi motivasi sangat erat kaitannya dengan tujuan, apapun bentuk kegiatannya akan dengan mudah tercapai jika diawali dengan motivasi yang jelas. Untuk itu motivasi memiliki beberapa fungsi antara lain: motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat, fungsi motivasi dipandang sebagai pendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan motivasi individu dituntut untuk melepaskan energy dalam kegiatannya; motivasi sebagai penentu arah perbuatan, motivasi akan menuntun seseorang untuk melakukan kegiatan yang benar-benar sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin dicapainya; motivasi sebagai proses seleksi perbuatan, motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk memperioritaskan kegiatan mana yang harus dilakukan; motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi, prestasi dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam melakukan kegiatan. (Setiawan, 2008)

Jenis motivasi sendiri dilihat dari dasar pembentukannya yaitu: motivasi diri adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa memerlukan bantuan orang lain. Kita memiliki kemampuan untuk mendapatkan alasan atau dorongan untuk bertindak. Proses mendapatkan dorongan bertindak ini pada dasarnya sebuah proses penyadaran akan keinginan diri sendiri yang biasanya terkubur. Setiap orang memiliki keinginan yang merupakan dorongan untuk bertindak, namun seringkali dorongan tersebut melemah karena faktor luar. Melemahnya dorongan ini bisa dilihat dari hilangnya harapan dan ketidakberdayaan. Motivasi yang dipelajari yaitu motivasi akan ada dan berkembang karena adanya keingintahuan seseorang dalam proses pembelajaran. Selanjutnya motivasi kognitif,


(24)

bermakna bahwa motivasi akan muncul karena danya desakan proses pikir, sehingga motivasi ini sangat individualistik. Motivasi eskpresi diri, motivasi individu dalam melakukan aktivitas/kegiatan bukan hanya untuk memuaskan kebutuhannya saja tetapi ada kaitannya dengan bagaimana individu tersebut berhasil menampilkan diri dalam kegiatan tersebut, dan motivasi aktualisasi diri yaitu motivasi bisa dijadikan sebagai bentuk aktualisasi diri. (Setiawati, 2008)

Setiawati (2008), menyebutkan jenis motivasi atas dasar pembentukannya terdiri atas: motivasi bawaan, motivasi jenis ini ada sebagai insting manusia sebagai makhluk hidup, motivasi untuk berumah tangga, motivasi untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan serta motivasi untuk terhindar dari penyakit. Motivasi ini terus berkembang sebagai konsekuensi logis manusia; motivasi yang dipelajari, motivasi jenis ini akan ada dan berkembang karena adanya keingintahuan seseorang dalam proses pembelajarannya; motivasi kognitif, motivasi kognitif bermakna bahwa motivasi akan muncul karena adanya desakan proses pikir, sehingga motivasi ini sangat individualistik; motivasi ekpresi diri, motivasi individu dalam melakukan aktiftas/kegiatan bukan hanya untuk memuaskan kebutuhan saja tetapi ada kaitannya dengan bagaimana individu tersebut berhasil menampilkan diri dengan kegiatan tersebut; motivasi aktualisasi diri, Rowling dengan Harry Potternya telah berhasil membukt ikan bahwa dengan menulis dirinya bisa memberikan banyak makna buat pembaca. Tulisannya menjadi sumber inspirasi bahkan jutaan orang, bahwa motivasi menulis bukan semata


(25)

memuaskan hobi saja melainkan bisa dijadikan sebagai bentuk aktualisasi diri. (Setiawan, 2008)

1.2.2 Komunikasi

Komunikasi adalah Suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan yang dapat menyampaikan ide dan penerimaan informasi kepada masyarakat. Media masa seperti TV, radio, poster, film, dan sebagainya. Sebagian dari informasi tersebut adalah sangat efektif untuk menyampaikan pesan yang akhirnya dapat menimbulkan suatu partisipasi. (Notoatmodjo, 2007). Menurut Nasir, dkk (2009) bahwa komunikasi merupakan penyampaian informasi dalam sebuah intraksi tatap muka yang berisi ide, perasaan, perhatian, makna serta pikiran yang diberikan kepada penerima pesan dengan harapan penerima pesan menggunakan informasi tersebut untuk mengubah sikap dan prilaku.

Komunikasi adalah suatu proses pengoprasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang atau symbol bahasa atau gerak (non-verbal), untuk mempengaruhi prilaku orang lain. Stimulus atau rangsangan ini dapat berupa suara atau bunyi dan juga bisa menggunakan bahasa lisan, maupun berupa gerakan, tindakan atau simbol-simbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain dan pihak lain tersebut merespon atau bereaksi sesuai dengan maksud dan tujuan dari pihak yang memberikan stimulus tersebut.

Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa. Tujuan utama


(26)

komunikasi kesehatan adalah perubahan prilaku kesehatan masyarakat, dan selanjutnya perilaku kesehatan masyarakat tersebut akan berpengaruh kepada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Bentuk komunikasi yang sering dipergunakan dalam program-program kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut : Komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi langsung, tatap muka antara satu orang dengan orang lain baik perorangan maupun kelompok. Komunikator langsung bertatap muka dengan komunikan, baik secara individual ataupun kelompok. Di dalam pelayanan kesehatan atau komunikasi antarpribadi ini terjadi antara petugas kesehatan health provider dengan clients, atau kelompok masyarakat atau anggota masyarakat. Komunikasi antar pribadi merupakan pelengkap komunikasi massa. Artinya pesan-pesan kesehatan yang telah disampaikan lewat media massa dapat ditindaklanjuti dengan melakukan komunikasi antar pribadi, misalnya: penyuluhan kelompok dan konseling kesehatan. Metode komunikasi antar pribadi yang paling baik adalah konseling (councelling), karena didalam cara ini antara komunikator atau konseler dengan komunikan atau klien terjadi dialog. Klien lebih terbuka menyampaikan masalah dan keinginan-keinginannya, karena tidak ada pihak ketiga yang hadir. (Notoatmodjo, 2007)

Komunikasi mempunyai beberapa tujuan. Tujuan utama komunikasi yaitu sebagai perubahan sikap (attitude change), seorang komunikasi setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah menjadi positif maupun negatiF. Dalam berbagai situasi kita berusaha memengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai dengan keinginan kita. Komunikasi sebagai perubahan pendapat (opinion change) yaitu dalam


(27)

komunikasi berusaha menciptakan pemahaman, pemahaman ialah kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. Setelah memahami apa yang dimaksud komunikator, maka akan tercipta pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan. Komunikasi sebagai perubahan prilaku (behavior change) yaitu komunikasi bertujuan untuk mengubah prilaku maupun tindakan seseorang, dari prilaku yang destruktif (tidak mencerminkan prilaku hidup sehat, menuju prilaku hidup sehat). Komunikasi sebagai perubahan sosial (social change) yaitu untuk membangun dan memelihara ikatan hubungan dengan orang lain sehigga menjadi hubungan yang semakin baik.

Komunikasi kesehatan mempunyai tujuan starategis diantaranya yaitu: sebagai penerus informasi, percepatan pengambilan keputusan, memperkenalkan priaku sehat, pertukaran informasi kesehatan, pemeliharaan kesehatan secara mandiri dan pemenuhan permintaan pelayanan kesehatan. Tujuan komunikasi selanjutnya yaitu tujuan praktis, dimana tujuan umum komunikasi kesehatan adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui beberapa cara yaitu diantaranya untuk meningkatkan bebagai pengetahuan terkait dengan komunikasi, meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam berkomunikasi yang efektif dan untuk membentuk sikap dan prilaku berkomunikasi yang baik. (Setiawati, 2008)

Fungsi komunikasi antara lain: sebagai informasi yaitu suatu proses penyampaian pesan atau menjabarluaskan informasi kepada orang lain, artinya diharapkan dari penyebaran informasi tersebut, para penerima informasi akan mengetahui sesuatu yang ingin dia ketahui sebelumnya. Fungsi komunikasi


(28)

selanjutnya yaitu fungsi pendidikan adalah menyebarkan informasi yang bersifat mendidik atau sebagai penyampai komunikasi kepada orang lain. Fungsi instruksi yaitu komunikasi untuk memberikan instruksi atau perintah kepada penerima untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan kepada dirinya. Fungsi persuasi yaitu suatu komunikasi memiliki fungsi mempengaruhi sikap penerima agar menentukan sikap dan prilaku yang sesuai dengan kehendak pengirim dan fungsi menghibur yaitu fungsi pengirim untuk mengirimkan pesan-pesan yang menandung hiburan kepada penerima agar penerima menikmati apa yang di informasikan. (Setiawati, 2008)

Komunikasi mempunyai beberapa prinsip dasar yaitu antara lain: komunikasi adalah suatu proses simbolik, kesepakatan menggunakan lambing atau simbol dalam suatu komunitas merupakan syarat terjadinya komunitas antarmanusia. Hal tersebut sangat berbeda sekali dengan hewan yang tidak memerlukan simbol dalam komunikasi. Lambing atau simbol tersebut berupa: kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Kemampuan seseorang menggunakan lambing verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani antarmanusia dan objek (baik nyata maupun tidak nyata) tanpa kehadiran manusia atau objek tersebut. Namun selain adanya simbol atau lambing, masih ada sarana lain yang dapat dijadikan komunikasi yaitu ikon dan indeks, akan tetapi untuk menggunakannya tidak memerlukan kesepakatan.

Kedua setiap prilaku mempunyai potensi komunikasi, komunikasi terjadi bila seseorang member makna pada prilaku orang lain atau prilaku diri


(29)

sendiri. Penafsiran perilaku seseorang membuat orang tersebut berkomunikasi pada diri sendiri maupun dengan orang lain. Ketika perawat melihat klien duduk termenung, dapat ditafsirkan bermacam-macam, mungkin klien tersebut sedih memikirkan sesuatu atau mungkin ada hal-hal yang lain. Ketigam komunikasi punya dimensi isi dan hubungan, setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. dalam arti apa yang di ucapkan harus sama dengan gerakan atau prilaku yang dilakukan atau yang diperlihatkan. Keempat, komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan, setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang dimulai dari tidak disengaja atau tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan tanpa mengharapkan respons), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikasi mengharapkan respons dan berharap tujuannya tercapai). Kesengajaan bukanlah syarat yang mutlak untuk terjadinya komunikasi.

Kelima, komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu, pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun nonverbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung. Kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung. Komunikasi juga mampu menembus factor ruang dan waktu. Keenam, komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi, tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan atau mengajak komunikasi di luar norma yang berlaku pada diri orang yang di ajak komunikasi terutama


(30)

mengesampingkan aturan dan tata karma. Ketujuh, komunikasi itu bersifat sistemik, agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh orang lain. Sistem internal dan sistem eksternal sangat memengaruhi penyerapan pesan yang disampaikan oleh orang lain. Sistem internal merupakan seluruh sistem nilai yang dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosial. Kesepuluh, komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional yaitu komunikasi merupakan penawaran sebuah ide maupun gagasanm komunikasi dikembangkan seuai dengan bagaimana seseorang menilai suatu gagasan tersebut sebagai masukan yang berharga untuk dijadikan acuan untuk berbuat dalam berprilaku. Keputusan untukl mengunakan gagasan atau ide tersebut merupakan hak dari komunikasi. Kesebelas, komunikasi bersifat ireversibel yaitu setiap orang yang melakukan komunikasi tidak dapat mengontrol efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan, komunikasi tidak dapat ditarik kembali. (Nasir, 2009)

Agar terjadi komunikasi yang efektif antara pihak satu dengan pihak yang lain, antara kelompok satu dengan yang lain, atau seseorang dengan orang lain, diperlukan keterlibatan beberapa unsur komunikasi yaitu: komunikator (source) adalah orang atau sumber yang menyampaikan atau mengeluarkan stimulus antaralain dalam bentuk informasi-informasi, atau lebih tepat disebut pesan-pesan (message) yang harus disampaikan kepada pihak atau orang lain, dan diharapka orang atau pihak tersebut memberikan respons atau jawaban. Apabila orang lain atau pihak lain tersebut tidak memberikan respons atau jawaban, berarti tidak menjadi komunikasi antara


(31)

kedua variabel tersebut. Sumber atau komunikator merupakan pemrakarsa atau orang yang pertama memulai terjadinya proses komunikasi. Hal ini disebabkan karena semua peristiwa komunikasi akan melibatkan dan tergantung dari sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber inilah penentu keberhasilan sebuah proses komunikasi sehingga diperlukan kiat-kiat tertentu dalam menyampaikan sebuah informasi. Sumber dapat berasal dari individu, kelompok maupun organisasi.

Komunikan (receiver) merupakan objek sasaran pesan yang dikirim oleh pengirim pesan. Dalam proses komunikasi, keberadaan penerima pesan tergantung adanya sumber berita, mungkin tidak ada penerima pesan jika tidak ada sumber berita. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi adalah karakteristik, budaya, teknik/cara penyampaian, tingkat pemahaman, waktu, lingkungan fisik dan psikologis dan tingkat kebutuhan.

Pesan (message) merupakan produk utama komunikasi. Pesan berupa lambang-lambang yang menjelaskan ide/gagasan, sikap, perasaan, praktik, atau tindakan.pesan ini dapat berbentuk kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar, angka-angka, benda, gerak-gerik atau tingkah laku dan berbagai bentuk tanda-tanda lainnya. Komunikasi dapat terjadi dalam diri seseorang, antara dua orang, diantara beberapa orang atau beberapa orang. Komunikasi mempunyai tujuan tertentu, artinya komunikasi dilakukan dengan keinginan dan kepentingan para pelakunya. Pesan merupakan segala sesuatu yang akan disampaikan dari pengirim ke penerima pesan. Pesan yang disampaikan merupakan isi atau inti sari dari hal-hal yang akan disampaikan, bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, maupun propaganda yang


(32)

merupakan ide, pendapat, pikiran, maupun saran dari pengirim pesan. Cara penyampaian pesan tersebut berupa pesan verbal maupun pesan nonverbal. Kesan nonverbal yang telah disampaikan lebih dipercaya daripada pesan verbal. Orang yang tampak sedih akan terlihat jelas dalam raut mukanya malaupun orang tersebut mengatakan tidak sedih. Raut muka yang tampak mengalami kesedihan akan tergambar sangat jelas daripada pesan verbal yang disampaikan.

Saluran (media) merupaka sarana yang digunakan oleh komunikator untuk memindahkan pesan dari pihak satu ke pihak lainnya. Media merupakan alat atau sarana yang digunakan oleh komunikasi dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan. Jenis dan bentuk saluran atau media komunikasi sangat bervariasi, mulai dari yang paling tradisional yaitu melalui mulut (lisan), bunyi-bunyian (kentongan), tulisan (cetakan) sampai dengan elektronik yang paling modern, yaitu televisi dan internet. (Tamsuri, 2006)

Dengan melakukan komunikasi kesehatan dengan pihak kesehatan yang menjadi pesan pokok adalah kesehatan dan problima-problema yang dihadapi. Agar proses komunikasi kesehatan itu efektif dan terarah, dapat dilakukan melalui bentuk-bentuk komunikasi antara lain sebagai berikut: komunikasi dirinya sendiri (Intraversonal Communication) adalah komunikasi didalam diri sendiri terjadi apabila seseorang memikirkan masalah yang dihadapi. Komunikasi interpersonal juga terjadi apabila seseorang melakukan pertimbangan-pertimbangan sebelum mengambil suatu keputusan. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang dilakukan pada diri sendiri atas sensasi, persepsi dan berpikir. Komunikasi interpersonal


(33)

merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemperosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan dan memberikan umpan balik dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi interpersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi antar pribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang seling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh dari proses persepsi, maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang memersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun objek.

Elemen dari kesadaran diri adalah konsep diri, proses menghargai diri sendiri (self esteem), dan identitas diri kita yang berbeda-beda (multiple selves). Prilaku seseorang diwakili dengan kesadaran terhadap stimulus yang masuk (sensasi) dan di terjemahkan dalam bentuk persepsi dan disimpan dalam storage dalam bentuk memori serta diaplikasikan dalam bentuk prilaku. Dalam komunikasi intrapersonal ada upaya mengembangkan kreativitas berpikir dan berprilaku melalui pengembangan kreativitas berimajinasi, mempelajari dan memahami diri sendiri, serta mengendalikan diri sendiri. Komunikasi intrapersonal terjadi akibat seseorang yang memberi arti terhadap suatu objek yang diamatinya atau tercetus dalam pikirannya. Objek dalam hal ini bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, atau fakta yang mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar maupun


(34)

dalam diri seseorang.oleh karena itu, prilaku kita selalu berbentuk dari proses mengamati stimulus dari luar diri sendiri. Tanpa adanya stimulus dari luar kita tidak melakukan sutu tindakan apapun. Stimulus dari luar menggerakkan kita untuk melakukan suatu perbuatan sehingga terdapat kesan “ada aksi ada reaksi”. Dengan adanya reaksi akibat dari aksi tersebut, seseorang mengomunikasikan dengan diri sendiri termasuk apa yang sedang atau akan diperbuat.

Komunikasi antarpribadi (Interpersonal communication) adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling efektif, karena antara komunikan dan komunikator dapat langsung tatap muka, sehingga stimulus yakni pesan atau informasi yang disampaikan oleh komunikan, langsung dapat direspons atau ditanggapi pada saat itu juga. Apabila terjadi ketidakjelasan pesan atau informasi yang diterima oleh komunikan, maka pada saat itu juga dapat diklarifikasi atau dijelaskan oleh komunikator (pembawa pesan).

Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan di antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang dengan berbagai efek dan umpan balik. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupaka proses pengiriman pesan antara dua orang atau lebih dengan efek dan feedback langsung. Komunikasi interpersonal juga merupakan suatu pertukaran yaitu tindakan penyampaian dan penerima pesan secara timbal balik. Makna adalah suatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut. Selain itu, makna juga merpakan kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap orang-orang yang digunakan dalam proses komunikasi. Komunikasi


(35)

interpersonal mempunyai sifat-sifat yaitu sifat dua arah yang berarti melibatka dua orang dalam situasi intraksi, ada yang unsure dialogis dan ditujukan kepada sasaran terbatas dan dikenal.

Komunikasi interpersonal bersifat transaksional yaitu tindakan pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak dalam menyampaikan dan menerima pesan. Komunikasi interpersonal merupakan rangkaian tindakan, kejadian dan kegiatan yang terjadi secara terus menerus. Komunikasi interpersonal bukan sesuatu yang statis tetapi bersifat dinamis. Hal ini berarti segala yang tercakup dalam komunikasi interpersonal selalu dalam keadaan berubah baik pelaku komunikasi, pesan, situasi, maupun lingkungannya. Komunikasi interpersonal juga menyangkut aspek-aspek isi pesan dan hubungan antar pribadi, melibatkan dengan siapa kita berkomunikasi dan bagaimana hubungan dengan patner. Dalam komunikasi interpersonal dilakukan pemahaman komunikasi dan hubungan interpersonal dari sudut individu, yang selanjutnya disebut dengan proses psikologis. Seorang psikologis merupakan bagian penting dalam komunikasi interpersonal individu mencoba menginterprestasikan makna yang menyangkut diri sendiri, diri orang lain dan hubungan yang terjadi. Proses psikologis dapat berpengaruh pada komunikasi dan hubungan interpersonal. Dalam komunikasi interpersonal, terjadi komunikasi konvergen. Komunikasi konvergen merupakan proses mencipta dan saling berbagi informasi mengenai realita di antara dua partisipan komunikasi atau lebih agar dapat dicapai saling pengertian dan kesepakatan makna (meaning) antara satu dengan yang lain. Komunikasi melibatkan realitas fisik maupun psikologis dalam menanggapi


(36)

sebuah informasi. Masing-masing pihak akan melakukan penerapan (perceiving), lalu menginterprestasikan informasi tersebut sehingga menjadi pemahaman (understanding) dan selanjutnya timbul keyakinan (believing) yang menimbulkan tindakan (action).

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan saluran (media) massa, atau berkomunikasi melalui media massa. Komunikasi melalui media massa kurang efektif bila dibandingka n dengan komunikasi interpersonal, meskipun mungkin lebih efisien. Media yang paling banyak digunakan dalam komunikasi massa atau lebih popular disebut media massa ini bermacam-macan antara lain: media cetak (koran, majalah, jurnal, selebaran/flyer), media elektronik (tadio, televisi, internet), billboard, spanduk, umbul-umbul dan sebagainya. Ciri-ciri komunikasi massa adalah sebagai berikut: sifatnya terbuka dengan pesan-pesan umum, penerimanya variatif dengan hkalayak yang jumlahnya besar, heterogen dan anonym. Sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara mekanik. Sumbernya dari suatu lembaga atau institusi yang terdiri atas banyak orang. Pesan komunikasi berlangsung satu arah, tanggapan balik lambat atau tertunda dan proses penyampaian pesannya lebih formal, terencana dan lebih rumit. Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat disimpulkan komunikasi massa merupakan pengiriman informasi kepada khalayak untuk penyebarluasan informasi yang mengandung kaidah-kaidah kearifan dalam rangka perbaikan perilaku masyarakat yang bersifat informatif sehingga khalayak mengetahui tanpa mendatangani sumber informasi.


(37)

Dalam penerima informasi, seharusnya khalayak mendapatkan dampak untuk perbaikan perilaku dan tidak sebaliknya menyebabkan masalah dalam kehidupan sosial bermasyarakat seperti perilaku masyarakat jadi destruktif dan anti sosial. Untuk itu dalam memberikan informasi selalu media massa yang merupakan salah satu bentuk komunikasi massa, sebaiknya mengandung unsure yang memberikan dorongan/motivasi untuk berubah menjadi lebih baik, menampilkan isu yang mendorong untuk masyarakat mendiskusikannya, memberikan pencerahan, dan upaya untuk menampilkan ragam budaya yang menjangkau seluruh budaya bangsa sebagai tampilan khasanah budaya nasional yang bermartabat dan otonomi, serta ada upaya untuk menjaga stabilitas keamanan nasional melalui publikasi dengan menekan perbedaan antar sesama warga masyarakat.

Pengiriman pesan melalui komunikasi massa seharusnya juga mempertimbangkan khalayak dengan berbagai jenis, berbagai ragam budaya dengan perbedaan tingkat pendidikan, agama, ras, suku dan bentuk perbedaan lainnya sehingga apa yang disampaikan akan bisa diterima sebagai informasi yang bermanfaat. Perlu diketahui bahwa dengan kemajuan teknologi yang semakin cepat terciptalah media komunikasi yang sangat canggih sehingga perlu diantisipasi keberadaannya terutama pengaruh yang negative. Adanya internet maupun sarana komunikasi yang canggih lainnya menuntut kita untuk selalu waspada terhadap perkembangan psikologisnya. Dengan adanya media internet seakan-akan batas dunia semakin lebih tipis dan trasparan. Kita akan lebih mudah mendapatkan informasi yang kita inginkan dari seluruh dunia melalui internet sehingga komunikasi massa diharapkan mempunyai dampak


(38)

yang lebih baik lagi dengan meninggalkan yang buruk. Karena tujuan komunikasi massa salah satunya adalah mendidik.

Komunikasi publik (public communication) merupakan suatu proses komunikasi dimana pesan-pesan yang disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besan dengan tujuan menumbuhkan semangat kebersamaan, memberikan informasi, mendidik serta memengaruhi orang lain dalam upaya menumbuhkan semangat. Pada komunikasi publik tidak pernah/jarang dijumpai proses feed back, karena komunikasi bersifat searah. Apa yang didapat dari member pesan mencoba dimengerti tanpa adanya umpan balik, apabila unsure tidak dipercaya. Jadi apa yang telah disampaikan oleh komunikator dicerna dengan baik dan dipercayai sebagai ilmu pengetahuan dan merupakan pembenaran dari ilmu yang telah ada. Maka seorang pembicara dalam komunikasi publik sudah merencanakan dengan matang materi yang akan disampaikan dari berbagai sumber yang ada. Dalam komunikasi publik, pihak yang terlibat berusaha untuk menjadi bagian dari kelompok tersebut dan menambahkan diri sebagai identitas kelompok. (Nasrul, dkk, 2009)

Komunikasi mempunyai beberapa bentuk diantaranya: aggressive communication, komunikasi inidapat mengurangi hak orang lain dan cendrung untuk merendahkan/mengendalikan/ menghukum orang lain. Komunikasi ini menenggelamkan hak orang lain. Komunikasi agresif memiliki satu buah sub yaitu komunikasi agresif tidak langsung yang berupaya untuk memeksa orang lain melakukan hal yang kita dikehendaki tetapi mereka tidak menghendakinya. Ciri-ciri dari jenis komunikasi agresif adalah: ingin


(39)

kemauan dan pendapatnya diikuti, memaksa orang untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan, keras dan bermusuhan, menyerang secara fisik atau verbal, interupsi, intimidasi dan ingin menang dengan segala cara.

Possive communication (submissive), komunikasi ini merupakan lawan dari komunikasi agresif dimana orang tersebut cendrung untuk mengalah dan tidak dapat mempertahankan kepentingannya sendiri. Bahkan hak mereka cendrung dilanggar namun dibiarkan. Mereka cendrung untuk menolak cecara pasif (dengan mengomel dibelakang). Ciri-ciri komunikasi pasif ini adalah sebagai berikut: orang yang jarang mengungkapkan keinginan dan kebutuhan atau perasaan, mengikuti tuntutan dan kemauan orang lain, ingin menghindari konflik, tidak mampu mempertahankan hak dan pribadinya, selalu mengedepankan orang lain, minta maaf berlebihan, marah, kecewa dan frustasi dipendam, tidak tahu apa yang diinginkan, tidak bisa ambil keputusan dan selalu mencari-cari alasan atas tindakan. Untuk jangka pendek, komunikasi ini bisa mengakibatkan rasa lega, terhindar dari rasa bersalah, bangga, dan kasihan pada diri sendiri. Namun untuk jangka dapat kehilangan percaya diri dan hormat pada diri sendiri.

Komunikasi asertif (assertive communication) adalah komunikasi yang terbuka, menghargai diri sendiri dan orang lain. Komunikasi asertif tidak menaruh perhatian hanya pada hasil akhir, tetapi juga hubungan perasaan antar manusia. Ciri-ciri komunikasi asertif adalah sebagai berikut: terbuka dan jujur terhadap pendapat diri dan orang lain, mendengarkan pendapat orang lain dan memahami, menyatakan pendapat prbadi tanpa mengorbankan perasaan orang lain, mencari solusi bersama dan keputusan, menghargai diri sendiri dan orang


(40)

lain, mengatasi konflik, menyatakan perasaan pribadi dan jujur tetapi hati-hati, mempertahankan hak diri. Prilaku asertif memiliki manfaat sebagai berikut: meingkatkan self esteem dan pecaya diri dalam mengekspresikan diri sendiri, dapat menegosiasi lebih produktif dengan orang lain, dapat mengubah situasi kerja yang negatif menjadi positif, meningkatkan hubungan antarmanusia pada pekerjaan dan mengurangi kesalahpahaman, meningkatkan pengembangan diri dan kepuasan dari pada pekerjaan/karir sesuai dengan kebutuhan, gaya dan kemampuan, mampu membuat keputusan dan lebih mempunyai peluang mendapatkan apa yang cari dalam hidup. Hambatan yang didapat saat mencoba untuk asertif adalah sebagai berikut: tindakan dan cara berpikir nefatif yang membatasi peluang anda, takut mengahadapi konflik sehingga menghindari tanggapan asertif dalam situasi yang menentukan, keterampilan komunikasi ketidak mampuan menanggapi berbagai situasi sehingga mengakibatkan emosi, pikiran dan kecemasan yang negatif. (Nasir, 2009)

2.1.3 Koordinasi

Koordinasi adalah Kerjasama dengan intansi-intansi di luar kesehatan masyarakat dan instansi kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Terjelmanya team work antara mereka ini akan membantu menumbuhkan partisipasi. Suatu usaha kerjasama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi. Koordinasi juga merupakan suatu usaha yang sinkron / teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. (Nasir, 2009)


(41)

Syarat-syarat koordinasi yaitu Sense of Cooperation yaitu perasaan untuk saling bekerja sama, dilihat perbagian. Rivalry yaitu dalam perusahaan besar sering diadakan persaingan antar bagian, agar saling berlomba untuk kemajuan. Team Spirit yaitu satu sama lain perbagian harus saling menghargai. Esprit de Corps yaitu bagian yang saling menghargai akan makin bersemangat. Cara mengadakan koordinasi yaitu antara lain: memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat, keterangan mengenai pekerjaan saja tidak cukup, karena tindakan yang tepat harus diambil untuk menciptakan, menghasilkan koordinasi yang diharapkan. Mensosialisasikan tujuan kepada para anggota, agar tujuan tersebut berjalan secara bersama, tidak sendiri-sendiri. Mendorong anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide dan lain-lain. Dan mendorong anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan penciptaan sasaran.

2.1.4 Mobilisasi

Mobilisasi merupakan partisipasi yang bukan hanya terbatas pada tahap pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat dapat dimulai seawal mungkin sampai seakhir mungkin, dari identifikasi masalah, menentukan prioritas, perencaaan, program, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan program. Juga hanya terbatas pada bidang kesehatan saja, melainkan bersifat multidisiplin. (Notoatmodjo, 2007)

1.3 Metode Paran Serta Masyarakat

Partisipasi dengan paksaan (Enforcement Participation) yaitu memaksa masyarakat untuk konstribusi dalam suatu program, baik melalui


(42)

perundang-undangan, peraturan-peraturan maupun dengan perintah lisan saja. Cara ini akan lebih cepat hasilnya dan mudah. Tetapi masyarakat akan takut, merasa dipaksa dan kaget, karna dasarnya bukan kesadaran (awerenees), tetapi ketakutan. Akibatnya lagi masyarakat tidak akan mempunyai rasa mememiliki terhadap program.

Partisipasi dengan persuasi dan edukasi yaitu suatu partisipasi yang didasari pada kesadaran. Sukar ditumbuhkan dan akan memakan waktu yang lama. Tetapi bila tercapai hasilnya ini akan memiliki rasa memiliki dan rasa memelihara. Partisipasi dimulai dengan penerangan, pendidikan dan sebagainya, baik secara langsung dan tidak langsung. Nilai-nilai peran serta masyarakat merupakan suatu pendekatan atau jalan yang terbaik untuk memecahkan masalah-masalah kesehatan, yang dikarenakan hal-hal seperti: Partisipasi masyarakat adalah cara yang paling mudah. Dengan ikut berpartisipasinya masyarakat dalam program-program kesehatan, itu berarti diperolehnya sumber daya dan dana dengan mudah untuk melengkapi fasilitas kesehatan mereka sendiri. Bila partisipasi itu berhasil, bukan hanya salah satu bidang saja yang dapat dipecahkan, tetapi dapat menghimpun dana dan daya untuk memecahkan masalah di bidang yang lain.

Partisipasi masyarakat akan membuat semua orang untuk belajar bertangguang jawab terhadap kesehatannya sendiri. Apabila masyarakat hanya menerima saja pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah atau instansi penyelenggara kesehatan yang lain, masyarakat tidak merasa mempunyai tanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri. Penyembuhan atau pengobatan penyakit terhadapnya hanya dianggap sebagai barang pinjaman


(43)

dari luar saja, sehingga mereka tidak belajar apa-apa tentang penyakit dan pemeliharaan kesehatan.

Partisipasi masyarakat di dalam pelayanan kesehatan adalah sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari bawah dengan rangsangan dan bimbingan dari atas dan bukan sesuatu yang dipaksa dari atas. Dalam hal ini, suatu pertumbuhan yang alamiah bukan pertumbuhan yang semu. Partisipasi masyarakat akan menjamin suatu perkembangan yang langsung, karena dasarnya adalah kebutuhan dan kesadaran masyarakat sendiri. Melalui partisipasi setiap anggota masyarakat dirangsang untuk belajar berorganisasi, dan mengambil peran yang sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.

Strategi partisipasi masyarakat yaitu diantaranya adalah: lembaga sosial desa atau tenaga atau tenaga kerja pembangunan masyarakat desa (LKPMD) adalah suatu wadah kegiatan antardisiplin di tingkat desa, tiap kelurahan atau desa mempunyai lembaga seperti ini. Tugas utama lembaga ini adalah merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan pembangunan di desanya, termasuk juga pembangunan di bidang kesehatan. Oleh karena itu tenaga kesehatan dari puskesmas dapat memanfaatkan lembaga ini untuk menjual idenya, dengan memasukkan ide-idenya kedalam program LKPMD.

Program yang dijual oleh puskesmas ke lembaga ini tidak harus kesehatan, akan tetapi juga kegiatan-kegiatan non-kesehatan yang akhirnya akan menyokong suatu program kesehatan, misalnya: pertanian, perternakan,


(44)

pendidikan dan lain-lain. Puskesmas dapat dijadikan suatu pusat kegiatan, walaupun pusat perencanaannya adalah desa (LKPMD), dan petugas kesehatan adalah merupakan sebagai motivator dan dinamisatornya. Dokter puskesmas atau petugas-petugas kesehatan yang lain dapat membentuk suatu team work atau membentuk suatu kelompok kerjasama yang baik dengan dinas-dinas atau instansi-intansi lain. Dalam pelaksanaan program dapat dimulai dari desa ke desa tidak seluruh desa di kecamatan tersebut. Hal ini untuk menjamin agar puskesmas dapat memonitor dan membimbingnya dengan baik. Bilamana perlu membentuk suatu proyek percontohan sebagai pusat pengembangan untuk desa yang lain. Bila desa ini masih dianggap terlalu besar, maka dapat dimulainya dari tingkat RW atau RT yang populasinya lebih kecil sehingga mudah diorganisasi. (Notoatmodjo. 2007)

2. Masyarakat

2.1Definisi Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau berintraksi antara satu dengan yang lainnya. Kesatuan hidup manusia yang berintraksi menurut suatu system adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Menurut Nasrul (1998) masyarakat terbagi beberapa jenis yaitu, masyarakat desa, masyarakat madya dan masyarakat kota. Masing-masing jenis masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut: masyarakat desa yang memiliki ciri-ciri yaitu hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat, adat istiadat masih di pegang sangat kuat, sebagian besar memiliki kepercayaan terhadap hal-hal yang ajaib, tingkat


(45)

buta huruf masih tinggi, masih berlaku hukum tak tertulis yang intinya diketahui dan dipahami oleh setiap orang, jarang bahkan tidak ada lembaga pendidikan khusus di bidang teknologi dan keterampilan, sistem ekonomi yang sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sebagian kecil dijual, dan gotong royong sangat kuat.

Masyarakat Madya yang mempunyai ciri-ciri yaitu hubungan keluarga masih tetap kuat, dan hubungan kemasyarakatan mulai mengendor, adat istiadat masih dihormati, dan sikap masyarakat mulai terbuka dari pengaruh luar, timbul rasionalitas pada cara berpikir, sehingga kepercayaan pada kekuatan gaib mulai berkurang dan akan timbul kembali telah kehabisan akal, timbul pendidikan pormal dalam masyarakat terutama pendidikan dasar dan menengah, tingkat buta huruf sudah menurun, hokum tertulis mulai mendampingi hokum tidak tertulis, ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah kepada produksi pasaran, sehingga menimbulkan deferensiasi dalam struktur masyarakat karenanya uang semakin meningkat penggunaannya, dan gotong royong tradisional tinggal untuk keperluan sosial dikalangan keluarga dan tetangga. Dan kegiatan-kegiatan umum lainnya didasarnya didasarkan upaya.

Masyarakat kota yaitu memiliki ciri-ciri yaitu hubungan didasarkan atas kepentingan pribadi, hubungan antara masyarakat dilakukan secara terbuka dan saling mempengaruhi, kepercayaan masyarakat yang kuat akan manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi, strata mesyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian, tingkat pendidikan formal tinggi dan merata,


(46)

hokum yang berlaku adalah tertulis, ekonomi hamper seluruhnya ekonomi pasar, dan gotong royong tidak sekuat masyarakat desa.

Namun demikian, cirri-ciri masyarakat tersebut tersebut di atas tidak semuanya kita dapatkan dalam masyarakat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh, tidak semua masyarakat desa memiliki kepercayaan pada hal-hal gaib dan juga saat ini pendidikan masyarakat desa sudah mulai merata serta masih banyak lagi perubahan yang terjadi. (Wahit, 2009)

2.2Ciri-ciri Masyarakat

Masyarakat memiliki ciri-ciri yaitu: Intraksi diantara sesama anggota masyarakat, di dalam masyarakat terjadi intraksi sosial yang merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara perseorangan, antara kelompok-kelompok maupun antara perseorangan dengan kelompok, untuk terjadinya interaksi sosial harus memiliki dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.

Wilayah tertentu yaitu suatu kelompok masyarakat menempati suatu wilayah tertentu menurut suatu keadaan geografis sebagai tempat tinggal komunitasnya, baik dalam ruang lingkup yang kecil, desa keseluruhan, kecamatan, kabupaten, profinsi, dan bahan negara. Saling ketergantungan yaitu setiap anggota masyarakat yang hidup pada suatu wilayah tertentu dan yang saling ketergantungan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Tiap-tiap anggota masyarakat mempunyai keterampilan sesuai dengan kemampuan dan mereka profesi


(47)

masing-masing. Mereka hidup saling melengkapi, saling memenuhi satu sama lain agar tetap berhasil dalam kehidupannya.

Adat istiadat dan kebudayaan diciptakan untuk untuk mengatur tantanan kehidupan bermasyarakat, yang mencakup bidang yang sangat luas diantara tata cara berintraksi antara kelompok-kolompok yang ada di masyarakat, apakah itu dalam perkawinan, kesenian, mata pencaharian, sistem kekerabatan dan sebagainya. Ciri yang terakhir yaitu Identitas, dimana suatu kelompok masyarakat yang memiliki identitas dapat dikenali oleh anggota masyarakat yang lainnya, hal ini penting untuk menompang kehidupan dalam bermasyarakat yang lebih luas.

Menurut WHO ada beberapa indikator untuk masyarakat sehat yaitu antara lain: keadaan yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat yang meliputi indikator komprehensif (terdiri dari angka kematian kasar menurun, rasio angka mortalitas proporsional rendah, dan umur harapan hidup meningkat) dan Indikator spesifik (meliputi angka kematian ibu dan anak menurun, angkat kematian karena penyakit menular menurun dan angka kelahiran menurun). Indikator pelayanan kesehatan meliputi rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk yang seimbang, distribusi tenaga kerja merata, informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di rumah sakit, fasilitas kesehatan lain dan sebagainya, dan informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehatan diantaranya rumah sakit, puskesmas, rumah bersalin, posyandu dan sebagainya.


(48)

Masyarakat modern memiliki ciri-ciri yaitu hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi, hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka dalam suasana saling pengaruh mempengaruhi, kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat, strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian yang dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga keterampilan dan kejuruan, tingkat pendidikan formal tinggi dan merata, hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang kompleks, dan ekonomi hamper seluruhnya ekonomi pasar yang didasarkan atas penggunaan uang dan alat pembayaran lainnya.

2.4Ciri-Ciri Masyarakat Sehat

peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan terutama untuk ibu dan anak, peningkatan kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup, peningkatan satatus gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status ekonomi sosial masyarakat, dan ppenurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit. (Nasrul Efffendy, 1998)

3. Demam Berdarah Dengue


(49)

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dari nyamuk Aedes aegypti yang berdampak terhadap gangguan pembuluh darah kapiler dan sistem pembekuan darah sehingga terjadi perdarahan, yang dapat menimbulkan kematian. (Misnadiarly, 2009).

3.2Penularan DBD

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebabkan oleh artropoda. Virus ini termasuk genus Flavivirus dari family Flaviviridae. Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes Aegypti (di daerah perkotaan) dan Aedes Albopictus (di daerah pedesaan). Nyamuk Aedes Aegypti mempunyai cici-ciri yaitu : Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih, berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC, tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung, dan lain-lain, jarak terbang lebih kurang 100 m, nyamuk betina bersifat “multiple biters” (menggit beberapa orang karena sebelum byamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat), dan tanah dengan suhu panas dan kelembaban tinggi. (widoyono, 2008)

Faktor yang mempengaruhi morbilitas dan mortalitas penyakit DBD antara lain yaitu imunitas penjamu, kepadatan populasi nyamuk, trasmisi virus dengue, virulensi virus, dan keadaan geografis setempat. Dan faktor penyebaran kasus DBD antara lain pertumbuhan penduduk, urbanisasi yang tidak terkontrol, dan transportasi. (Widoyono, 2008)


(50)

3.3Patogenesis

Virus dengue masuk kedalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Organ sasaran dari virus adalah organ hepar, nodus limfakticus, sumsum tulang serta paru-paru. Data dari berbagai penelitian menunjukan bahwa sel-sel monosit dan makrofak mempunyai peranan besar pada infeksi ini. Dalam peredaran darah, virus tersebut akan di fagosit oleh sel monosit perifer. (Soegeng, 2006)

Virus memasuki aliran darah manusia untuk kemudian bereplikasi (memperbanyak diri). Sebagai perlawanan, tubuh akan membentuk antibodi, dan selanjutnya akan membentuk kompleks virus-antibodi dengan virus yang berfungsi sebagai antigennya. Kompleks antigen-antibodi tersebut akan melepaskan zat-zat yang merusak sel-sel pembuluh darah, yang di sebut dengan proses autoimun. Proses tersebut menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat yang salah satunya ditujukkan dengan melebarnya pori-pori pembuluh darah kapiler. Hal tersebut akan mengakibatkan bocornya sel-sel darah, antara lain trombosit dan eritrosit. Akibatnya tubuh akan mengalami perdarahan mulai dari bercak sampai perdarahan hebat pada kulit saluran pencernaan (muntah darah, berak darah), saluran pernapasan (mimisan, batuk darah), dan organ vital (jantung, hati, dan ginjal) yang sering mengakibatkan kematian. ( Widoyono, 2005)

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti / Aedes albopictus betina yang pada sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah lain. Nyamuk aedes aegypti


(51)

berasaldari Brasil dan Etiopia, dan sering menggigit manusia pada waktu pagi dan siang.

Pada orang yang beresiko terkena penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terbanyak adalah anak-anak yang berusia dibawah 15 tahun, dan sebagian besar bertempat tinggal di lingkungan yang lembab, serta bertempat tinggal di daerah pinggiran sungai (tempat kumuh). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sering terjadi di daerah tropis dan penyakit ini biasa muncul pada saat musim penghujan. Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim atau alam serta perilaku manusia itu sendiri.

3.4Tanda dan Gejala

Pasien penyakit DBD pada umumnya disertai dengan tanda-tanda yaitu demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas, manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie (+) samp[ai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau berak darah-hitam, hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal 150.000-300.000 L), hemaktokrit meningkat (normal: pria <45, wanita > 40), dan akral dingin, gelisah, tidak sadar (DSS, dengue shock syndrome). (Widoyono, 2005) Gejala lainnya adalah seperti tidak ada nafsu makan, berubahnya indra perasaan, konstipasi, nyeri perut, nyeri pasa lipatan paha, radang pada tenggorokan dan depresi. (Misnadiarly, 2009)


(52)

Virus dengue merupakan virus RNA rantai tunggal, genus flavivirus, terdiri atas 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Struktur antigen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing-masing serotipe tidak dapat saling memberikan perlindungan silang.

Variasi genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak hanya menyangkut antara serotype, tetapi juga pada serotype itu sendiri tergantung pada waktu dan daerah penyebarannya. Pada masing-masing segmen codon, variasi diantara serotipe dapat mencapai 2, 6, 11, 0% pada tingkat nukleotida dan 1, 3, 7, 7% untuk tingkat protein. Perbedaan urutan nukleotida ini ternyata menyebabkan variasi dalam sifat biologis dan antigenitasnya.

Virus dengue yang genomnya mempunyai berat molekul 11 Kb tersusun dari protein struktural dan nonstruktural. Protein struktural yang terdiri atas protein envelope (E) protein permembran (prM), dan protein core (C) merupakan 25% dari total protein, sedangkan protein nonstruktural merupakan bagian terbesar (75%) terdiri atas NS-1, NS-5. Dalam merangsang pembentukan antibodi di antara protein structural, urutan imunogenitas tertinggi adalah protein E, kemudian diikuti prM, dan C, sedangkan pada protein nonstruktural paling berperan adalah protein NS-1. (Misnadiarly, 2009)

Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh


(53)

manusia, virus ini akan berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit demam berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan berada dalam darah selama satu minggu. Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya akan sakit demam berdarah dengue. Ada yang mengalami demam ringan dan sembuh dengan sendirinya, atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa virus dengue selama satu minggu, sehingga dapat menularkan kepada orang lain diberbagai wilayah yang ada nyamuk penularannya. Sekali terinfeksi nyamuk menjadi infeksi seumur hidupnya. (Widoyono, 2008)

3.6Vektor

Virus dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae) dari subgenus Stegomyia. Aedes Aegypti merupakan vektor epidemi yang paling utama, namun pada spesies lain seperti Aedes albopictus, Aedes polynesiensis, anggota dari Aedes Scutellaris complex, dan Aedes (Finlaya) niveus juga dianggap sebagai vektor sekunder. Kecuali Aedes Aegypti, semuanya mempunyai daerah distribusi sendiri yang terbatas. Meskipun mereka merupakan host yang sangat baik untuk virus Dengue, biasanya mereka merupakan vektor eoidemi yang kurang efisien dibandingkan Aedes Aegypti. (WHO, 2000)

3.7Diagnosis DBD

Kriteria diagnosis (WHO, 1997) yaitu kriteria klinis seperti Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung terus-menerus


(54)

selama 2-7 hari, terdapat manifestasi perdarahan, pembesaran hati dan syok, kriteria laboratories yaitu Trombositopenia (<100.000/mm3) dan hemokonsentrasi (Ht meningkat >20%). Pasien dinyatakan menderita penyakit DBD bila terdapat minimal 2 gejala klinis yang positif dan satu hasil laboraturium yang positif. Tetapi bila gejala dan tanda tersebut masih kurang dari ketentuan yang dijelaskan di atas maka pasien dinyatakan menderita demam dengue. (Widoyono, 2005)

3.8Pemeriksaan Laboraturium klinis

Hasil pemeriksaan laboraturium penyakit DBD yaitu antara lain: terdapat Jumlah leukosit dapat normal namun leukopenia biasa dijumpai pada awal penyakit dengan dominasi neutropil. Mendeteksi fase akhir demam terdapat penurunan jumlah leukosit total persamaan dengan penurunan sel polimorfanuklear, tampak leukosit antipik ditemukan menjelang masa akhir fase demam atau disebut juga dengan fase kritis dan pada awal terjadinya syok. Trombositopenia dan hemokonsentrasi selalu dijumpai pada penderita Demam Berdarah Dengue. Penurunan jumlah trombosit di bawah 100.000/mm, biasanya ditemukan pada hari sakit 3-8 hari. Naiknya hematokrit juga tampak dikasus DBD, terutama pada kasus stadium syok. Terjadinya hemakosentrasi dengan peningkatan hematokrit sampai 20% atau lebih merupakan buktia adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan bocornya plasma. Selain itu juga harus di perhatikan pula bahwa kadar hematokrit mungkin dapat terpengaruh oleh pergantian cairan awal dan perdarahan. Kadang-kadang dijumpai albuminuria ringan yang bersifat sementara. Sering dijumpai adanya darah dalam tinja, dan uji koagulasi dan fibtinoltik


(55)

menunjukkan bahwa adanya penurunan kadar fibrinogen, protrombin dan antitrombin III. Penurunan antiplasmin (plasmin inhibitor) dijumpai pada beberapa kasus. Waktu tronboplastin parsial memanjang pada setengah sampai sepertiga kasus DBD dan waktu trombin juga memanjang pada kasus berat, serta dijumpai kadar komplemen serum menurun. Hasil laboraturium nilainya adalah hipoproteinemia, hiponatremia, dan peningkatan kadar SGOT ringan. Acidosis metabolik sering kali dijumpai pada kasus penyakit yang disertai syok berkepanjangan. Nitrogen urea darah (BUN) meningkat pada stadium terminal pada kasus syok berkepanjangan. (Misnadiarly, 2009)

3.9Derajat Penyakit DBD

Derajat penyakit Demam Berdarah Dengue yaitu antara lain: Derajat I (ringan); terdapat demam mendadak selama 2-7 hari di sertai gejala klinis lain dengan manifestasi perdarahan teringan, yaitu uji tourniquet positif. Derajat II (sedang); demam dan perdarahan spontan, pada umumnya di kulit dan manifestasi perdarahan lainnya. Derajat III; kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah, tekanan darah menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai ekskremitas dingin dan anak gelisah. Derajat IV; demam, perdarahan spontan, di sertai atau tidak disertai hepatomegali dan ditemukan gejala renjatan hebat (nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur ).


(56)

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aides Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat baik secara lingkungan, biologis maupun secara kimiawi yaitu: Lingkungan yaitu metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modofikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. PSN pada dasarnya merupakan pemberantasan jentik atau mencegah agar nyamuk tidak berkembang tidak dapat berkembang biak. Pada dasarnya PNS ini dapat dilakukan dengan cara menguras bak mandi dan tempat-tempat panampungan air sekurang- kurangnya seminggu sekali,. Ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa perkembangan telur agar berkembang menjadi nyamuk adalah 7-10 hari, menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum, dan tempat air lain dengan tujuan agar nyamuk tidak dapat bertelur pada tempat-tempat tersebut, mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung setidaknya seminggu sekali, membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas terutama yang berpotensi menjadi tempat berkembangnya jentik-jentik nyamuk, seperti sampah keleng, botol pecah, dan ember plastik, menutup lubang-lubang pada pohon terutama pohon bambo dengan menggunakan tanah, dan membersihkan air yang tergenang di atap rumah serta membersihkan salurannya kembali jika salurannya tersumbat oleh sampah-sampah dari daun.


(57)

Biologis yaitu pengandalian perkambangan nyamuk dan jentiknya dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. seperti memelihara ikan cupang pada kolam atau menambahkannya dengan bakteri Bt H-14. Dan kimiawi yaitu merupakan cara pengandalian serta pembasmian nyamuk serta jentiknya dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Cara pengendalian ini antara lain dengan : Pengasapan/fogging dengan menggunakanmal athion dan fenthion yang berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan Aedes Aegypti sampai batas tertentu, memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain. (Sukowati, 2010)

3.11Pemberantasan

Kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan pelacakan penderita (penyelidikan epidemiologis, PE), yaitu kegiatan mendatangi rumah-rumah dari kasusu yang di laporkan (indek kasus) untuk mencari penderita lain dan memeriksa angka jentik dalam radius lebih kurang 100 m dari rumah indek, penemuan dan pertolongan penderita, yaitu kegiatan pencarian penderita lain. Jika terdapat tersangka kasus DBD maka harus segera di lakukan penanganan kasus termasuk merujuk ke unit pelayanan kesehatan (UPK) terdekat, abatisasi selektif (AS) atau larvasida selektif, yaitu kegiatan memberikan atau menaburkan larvasida kedalam penampungan air yang positif terdapat jentik aedes, poging focus (FF), yaitu kegiatan menyemprot dengan insektisida (malation, losban) untuk membunuh nyamuk dewasa dalam radius 1 RW per 400 rumah per penduduk, pemeriksaan jentik berkala (PJB), yaitu kegiatan regular tiga bulan sekali, dengan cara mengambil sampel 100


(58)

rumah/desa/kelurahan. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan cara random atau metode spiral (dengan rumah di tengah sebagai pusatnya) atau metode zig-zag. Dengan kegiatan ini akan didapatkan angkat kepadatan jentik atau HL (house indek), pembentukan kelompok kerja (pokja) DBD ini semua level administrasi, mulai dari desa, kecamatan, sampai tingkat pusat, pergerakan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dengan 3M (menutup dan menguras tempat pembuangan air bersih, mengubur barang bekas, dan membersihkan tempat yang berpotensi bagi perkembangbiakan nyamuk) di daerah endemic dan sporadik serta memberi penyuluhan tentang gejala awal penyakit, pencegahan, dan rujukan penderita. (Widoyono, 2008)

3.10 Penatalaksanaan

Dasar penatalaksanaan demam dengue ialah simtomatik dan suportif. Selama demam dianjurkan untuk istirahat baring. Antipiretik diberikan bila diperlukan. Analgesik atau sedatif ringan diberikan untuk penderita dengan keluhan nyeri hebat. Cairan dan elektrolit peroral dianjurkan diberikan pada penderita dengan demam tinggi yang disertai muntah, diare atau pengeluran keringat berlebihan. Dasar terapi pasien demam berdarah dengue antara lain demam tinggi harus diatasi dengan kompres dan penggunaan parasetamol yang tepat. (Asam asetilisilat /aspirin dan salisilat lain tidak boleh diberika karena dapat menimbulkan perdarahan dan menyebabkan iritasi lambung dan asidosis), terapi rehidrasi oral harus diberikan pada tahap awal demam, pasien harus segera di rujuk ke rumah sakit bila ada perdarahan dan rujukan segera ke rumah sakit atau pusat kesehatan yang ada untuk pemberian cairan intravena bila suhu tubuh turun, ektremitas menjadi dingin atau pasie menjadi gelisah.


(59)

Bila rujukan tidak memungkinkan, rehidrasi oral harus di lanjutkan sampai pasien mengalami haluaran urine normal dan kulit menjadi hangat. (Monica, 1999)

Pada penatalaksanaan penderita dengan DHF diperlukan tindakan perawatan-perawatan invansif, seperti pemasangan infus, pengambilan darah vena dan arteri, kompres dingin, uji turniket dan pemasangan Naso Gastrik Tube (NGT) atau sonde lambung jika perlu, dan juga perlu dilakukan hal-hal seperti berikut:

Pemasangan infus yang tujuannya adalah untuk memberikan cairan melalui intravena. Daerah pemasangan infus yang dianjurkan antara lain vena sefalika, vena mediana kubiti, vena mediana anterbrakial dan vena radialis. Tindakan kewaspadaan pada pasien dengan pemberikan infuse adalah melakukan teknik aseptik pada saat pemasangan infuse, rawat daerah pemasangan infus setiap hari (ganti balutan infus), ganti set infus setiap hari, observasi tanda-tanda phlebitis dengan tingkat keparahan.

Bila aliran mengalami thrombosis maka akan menyebabkan aliran infus tidak lancer atau bahkan terhenti. Tindakan yang dilakukan adalah melakukan kompres pada alkohol pada bagian phlebitis dengan terlebih dahulu mengkaji apakah pasien memiliki alergi pada alcohol atau tidak. Perhatikan tetesan cairan yang masuk, bila cairan terhenti segera hentikan pemberian cairan intravena.

Kompres dingin yaitu tujuannya adalah untuk mengatasi hipertermi (menurunkan suhu tubuh). Daerah pemberian kompres yang disarankan adalah


(60)

kedua aksila dan kedua lipat paha. Kompres dingin diberikan pada pasien dengan kenaikan suhu tubuh >38 C. sering sekali pasien menggigil sebelum panas tinggi dan hal ini biasanya membuat keluarga cemas. Hal-hal yang perlu di perhatikan sebelum melakukan kompres dingin adalah memberikan penjelasan pada keluarga tentang proses penyakit dan demam yang dialami pasien, anjurkan keluarga untuk tidak memberikan selimut tebal pada pasien, ukur suhu tubuh pasien setelah pemberian kompres dingin, jangan pernah memberikan kompres dingin dengan es balok secara langsung (gunakan kain untuk membalut es) atau gunakan cold pack. Pada pasien dengan suhu lebih dari 40 C selain diberikan obat antipiretik juga dilakukan surface cooling, kejang yang mungkin timbul dapat diatasi dengan pemberian obat antikonvulsan.

Pengambilan darah vena yaitu tujuannya adalah untuk pemeriksaan kimia atau hematologi darah. Specimen darah yang digunakn sesuai dengan jenis pemeriksaan darah seperti: darah beku atau darah sitrat. Tempat pengambilan darah yang disarankan adalah di vena sefalika, vena mediana kubiti dan lain-lain. Hal yang harus diperhatikan saat pengambilan darah yaitu tekan daerah tusukan jarum atau tempat pengambilan darah dengan kapas alkohol untuk menghentikan pendarahan (pasien dengan DHF mempunyai masa masa perdarahan yang panjang dan mengalami trombositopenia).

Pengambilan darah arteri yaitu tujuannya adalah untuk pemeriksaan analis gas darah dengan menambahkan heparin kedalam darah yang akan diperiksa. Tempat pengambilan darah yang disaarankan adalah pada arteri radialis, arteri brakialis, arteri dorsalis pedis, dan arteri femoralis. Arteri


(61)

radialis memiliki aliran darah korateral yang baik dan merupakan pilihan yang terbaik jika mungkin, sedangkan arteri femoralis sering kali berbahaya karena memiliki kemungkinan perdarahan lebih besar. Pemasangan NGT yaitu ditujukan untuk mengeluarkan cairan lambung pada perdarahan saluran pencernaan atas. Melakukan uji tourniquet (rumple leede) dilakukan untuk mengetahui perdarahan yang ada dibawah kulit. Hasilnya dikatakan positif jika tampak adanya petekie atau bintik-bintik merah dibawah kulit. Sebagian orang dewasa mungkin menunjukkan hasil positif tergantung dari tekstur, ketipisan dan suhu kulit mereka, sehingga uji tourniquet bukan satu-satunya pemeriksaan untuk menentukan diagnosa DBD (penderita yang menunjukkan hasil positif belum tentu DBD) akan tetapi penderita DBD biasanya menunjukkan hasil yang positif pada uji tourniquet. (Effendy 1995)

Uji tourniquet dilakukan dengan terlebih dahulu aliran darah pada lengan atas dibendung dengan manset anak selama 5 menit pada tekanan antara sistol dan diastole, kemudian lihat pada bagian bawah depan apakah timbul bintik-bintik merah tanda perdarahan. Hasil tourniquet dianggap positif (+) apabila ditemukan sebanyak 20 atau lebih perdarahan (petechiae) pada luas diameter 2,8 cm kuadrat (1 inci). (Misnadiarly, 2009)


(62)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1 Kerangka Konseptual

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana peran serta masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah. Menurut Notoatmodjo (2007) peran serta masyarakat dapat diidentifikasi dari beberapa elemen yaitu motivasi, komunikasi, koordinasi dan mobilisasi.

Skema 1. Kerangka konsep peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD.

Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Pencegahan dan

Pemberantasan DBD

Elemen Peran Serta:

- Motivasi

- Komunikasi

- Koordinasi

- Mobilisasi

Kategori Peran Serta:

- Baik

- Cukup


(1)

Lampiran 6

JADWAL TENTATIF PENELITIAN

No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 1 Mengajukan judul 2 Menetapkan judul penelitian 3

Menyiapkan proposal

penelitian 4 Mengajukan sidang proposal 5 Sidang proposal penelitian 6 Revisi proposal penelitian 7 Mengajukan izin penelitian 8 Pengumpulan data 9 Analisa data 10 Penyusunan laporan/skripsi 11 Pengajuan sidang skripsi 12 Ujian sidang


(2)

CURRICULUM VITAE

Nama : Fitri Anita

Tempat Tanggal Lahir : Takengon, 29-04-1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln. Takengon-Angkup Aceh Tengah

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun (1999-2001) : SD Negeri 7 Bies Takengon

2. Tahun (2001-2004) : SMP Negeri 2 Takengon

3. Tahun (2004-2007) : SMA Negeri 1 Bebesen Takengon


(3)

Lampira 1 No. Responden :…

Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah

Saya yang bernama Fitri Anita/101121112 mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara, yang saat ini sedang melakukan penelitian tentang “Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini akan bermanfaat untuk mengetahui Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah.

Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini, dan saya mohon kesediaannya untuk memberikan jawaban berdasarkan kuesioner dengan jujur apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu/Saudara sekalian. Terima kasih saya ucapkan atas partisipasi Bapak/Ibu/Saudara dalam penelitian ini.

Tebes Lues, Juli 2011

Peneliti Responden


(4)

(5)

(6)