kota  mungkin  semacam  dusun  terpencil  di  Indonesia.  Kelompok  tersebut membentuk  benteng-benteng  yang  merupakan  pagar,  pertahanan  dari  ancaman
yang  datang  dari  luar.  Dalam  kondisi  seperti  itu,  diperlukan  kekuatan  untuk menegakkan  aturan  yang  disepakati,  agar  dipatuhi  untuk  mempertahankan  diri
dari ancaman pihak luar Polis. Kekuataan inilah yang kemudian disebut kepolisian dan eksistensinya melahirkan polisi.
14
4. Pengertian Penanggulangan
Dalam  “Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia”  penanggulangan  berasal  dari kata”tanggulang”  yang  berarti  menghadapi,  mengatasi.  Kemudian  ditambah
awalan  “pe”  dan  akhiran  “an”  sehingga  menjadi  penaggulangan  yang  berarti proses, cara, perbuatan menanggulangi.
Penanggulangan  adalah  upaya  yang  dilaksanakan  untuk  mencegah, menghadapi,  atau  mengatasi  suatu  keadaan  mencakup  aktivitas  preventif  dan
sekaligus berupaya untuk memperbaiki perilaku seseorang  yang telah dinyatakan bersalah.
5. Pengertian Pidana dan Tindak Pidana
a. Pengertian Pidana
Menurut sejarah, istilah pidana secara resmi dipergunakan oleh rumusan Pasal  VI  Undang-undang  Nomor  1  Tahun  1946  untuk  peresmian  nama  Kitab
Undang-undang Hukum Pidana KUHP. Sekalipun dalam Pasal IX-XV masih tetap  dipergunakan  istilah  hukum  pidana.  Penggunaan  istilah  pidana  diartikan
sebagai  sanksi  pidana.  Untuk  pengertian  yang  sama  sering  juga  digunakan
14
Kunarto, Etika Kepolisian, PT. Cipta Manunggal, Jakarta, 1996, hal.51
istilah  lain  yaitu  hukuman,  penghukuman,  pemidanaan,  penjatuhan  hukuman, pemberian pidana dan hukuman pidana.
15
Sebelum  mengenal  arti  dari  pidana  terlebih  dahulu  mengerti  akan pengertian  hukum  pidana  itu  sendiri.  Sebagian  besar  para  ahli  hukum
berpendapat  bahwa hukum  pidana adalah kumpulan aturan  yang mengandung larangan  dan  akan  mendapatkan  sanksi  pidana  atau  hukuman  bila  dilarang.
Sanksi  dalam  hukum  pidana  jauh  lebih  keras  dibanding  dengan  akibat  sanksi hukum  lainnya,  akan  tetapi  pidana  tidak  mengadakan  norma  baru  melainkan
mempertegas  sanksi  belaka  sebagai  ancaman  pidana  sehingga  hukum  pidana adalah hukum sanksi belaka.
16
Menurut  Simons  hukum  pidana  itu  dapat  dibagi  menjadi  hukum  pidana dalam  arti  objektif  atau  strafrecht  in  objectieve  zin  dan  hukum  pidana  dalam
arti subjeltif atau strafrecht in subjective zin. Hukum pidana dalam arti objektif adalah  hukum  pidana  yang  berlaku,  atau  yang  juga  disebut  sebagai  hukum
positif atau ius poenale. Simons merumuskan hukum pidana objektif sebagai : 1.
Keseluruhan larangan dan perintah yang oleh negara diancam dengan nestapa yaitu suatu pidana apabila tidak ditaati.
2. Keseluruhan  peraturan  yang  menetapkan  syarat-syarat  untuk
penjatuhan pidana lain. 3.
Keseluruhan ketentuan yang memberikan dasar untuk penjatuhan dan penerapan pidana.
15
Marlina, Op.Cit hal.13
16
Ibid, Hal.15
Hukum  pidana  dalam  arti  sujektif  bisa  diartikan  secara  luas  dan  sempit,  yaitu sebagai berikut :
17
1. Dalam arti luas
Hak  negara  atau  alat-alat  perlengkapan  negara  untuk  mengenakan  atau mengancam pidana terhadap perbuatan tertentu.
2. Dalam arti sempit
Hak  untuk  menuntut  perkara-perkara  pidana,  menjatuhkan  dan melaksanakan  pidana  terhadap  orang  yang  melakukan  perbuatan  yang  dilarang.
Hak  ini  dilakukan  oleh  badan-badan  peradilan.  Jadi  ius  puniendi  adalah  hak mengenakan  pidana.  Hukum  pidana  dalam  arti  subjektif  ius  puniendi    yang
merupakan  peraturan  yang  mengatur  hak  negara  dan  alat  perlengkapan  negara untuk mengancam, menjatuhkan dan melaksanakan hukuman terhadap seseorang
yang  melanggar  larangan  dan  perintah  yang  telah  diatur  di  dalam  hukum  pidana itu  diperoleh  negara  dari  peraturan-peraturan  yang  telah  ditentukan  oleh  hukum
pidana  dalam  arti  objektif  ius  poenale.  Dengan  kata  lain  ius  puniendi  harus berdasarkan kepada ius poenale.
Menurut  Pompe,  hukum  pidana  adalah  semua  aturan-aturan  hukum  yang menentukan  terhadap  perbuatan-perbuatan  apa  yang  seharusnya  dijatuhi  pidana
dan apakah macamnya pidana.
18
Pidana  berasal  dari  kata  straf  Belanda,  yang  pada  dasarnya  dapat dikatakan sebagai suatu penderitaan nestapa yang sengaja dikenakandijatuhkan
kepada seseorang yang telah terbukti bersalah melakukan suatu tindak pidana.
17
Mohammad Ekaputra, Dasar-dasar Hukum Pidana, USU Pres, Medan, 2013, hal. 1-2
18
Ibid, hal.3
Menurut Van Hammel, pidana Straf  merupakan suatu penderitaan yang bersifat  khusus  yang  telah  dijatuhkan  oleh  kekuasaan  yang  berwenang  untuk
menjatuhkan  pidana  atas  nama  negara  sebagai  pelanggar,  yakni  semata-mata karena  orang  tersebut  telah  melanggar  suatu  peraturan  hukum  yang  harus
ditegakkan oleh negara.
19
Bonger  mengatakan  pidana  adalah  mengenakan  suatu  penderitaan  karena orang itu telah melakukan suatu perbuatan yang merugikan masyrakat.
Dengan di berikannya sanksi hukaman kepada para pelaku tindak pidana bertujuan  untuk  memberikan  efek  jera  dan  mencegah  terjadinya  pengulangan
tindak pidana to prevent recidivism. Sejak  tahun  1972  mengenai  tujuan  pemidanaan  telah  menjadi  pemikiran
para  perancang  perundang-undangan,  hal  ini  terbukti  dengan  telah  diaturnya tujuan  pemidanaan  dalam  pasal  2  konsep  tahun19711972,  kemudian  tujuan
pemidaan  tersebut  mengalami  perubahan  pada  konsep  Kitab  Undang-undang Hukum Pidana KUHP tahun 19821983 dalam  Buku I,  yang selanjutnya dalam
konsep  rancangan  KUHP  tahun  19911992  yang  tujuan  pemidanaan  isinya  sama dengan  pada  konsep  KUHP  19821983,  selanjutnya  dalam  konsep  KUHP
Nasional  2000  mengenai  tujuan  pemidanaan  secara  tegas  diatur  dalam  Pasal  50, yang menentukan bahwa :
20
1 Pemidanaan bertujuan untuk:
1. Mencegah dilakukanya tindak pidana dengan mencegah norma hukum
demi pengayoman masyarakat.
19
Marlina, Hukum Panitensier, Refika Aditama, Bandung, 2011, hal.18
20
Ibid, hal. 27
2. Memasyarakatkan  terpidana  dengan  mengadakan  pembinaan  sehingga
menjadikanyya orang yang baik dan berguna. 3.
Menyelesaikan  konflik  yang  ditimbulkan  oleh  tindak  pidana, memulihkan  keseimbangan  dan  mendatangkan  serta  rasa  damai  dalam
masyarakat. 4.
Membebaskan krasa bersalah pada terpidana 2
Pemidanaan  tidak  dimaksudkan  untuk  menderitakan  dan  tidak diperkenankan merendahkan martabat manusia.
b. Pengertian Tindak Pidana
Istilah tindak pidana adalah berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana  Belanda  yaitu  strafbaar  feit.  Walaupun  istilah  ini  terdapat  dalam  WvS
Belanda  atau  Kitab  Undang-undang  Hukum  Pidana,  tetapi  tidak  ada  penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan tindak pidana tersebut. Kerena itu para
ahli hukum berusaha untuk memberikan arti dan isi dari istilah itu.
21
Istilah yang digunakan baik dalam perundang-undangan yang ada maupun dalam  berbagai  literatur  hukum  sebagai  terjemahan  dari  istilah  strafbaar  feit
adalah : a. Tindak Pidana
b. Peristiwa Pidana, digunakan oleh beberapa ahli hukum, misalnya Mr.R.tresna dan Pompe
Pompe merumuskan bahwa straafbaar feit itu sebenarnya adalah tidak lain dari  pada  suatu  tindakan  yang  menurut  sesuatu  rumusan  undang-undang  telah
dinyatakan  sebagai  tindakan  yang  dapat  dihukum.  Sedangkan  R.  Tresna
21
Martiman  Prodjo  Hamidjojo,  Memahami  Dasar-Dasar  Hukum  Pidana,  Jakarta, PT.Paradnya Paramita, 1997, hal. 15
merumuskan  bahwa  peristiwa  pidana  itu  adalah  suatu  perbuatan  atau  rangkaian perbuatan  manusia,  yang  bertentangan  dengan  undang-undang  atau  peraturan
perundang-undangan  lainnya,  terhadap  perbuatan  mana  yang  diadakan  tindakan penghukuman.
22
Peristiwa  tidak  saja  menunjuk  pada  perbuatan  manusia,  melainkan mencakup  pada  seluruh  kejadian  yang  tidak  saja  disebabkan  oleh  adanya
perbuatan  manusia  semata,  tetapi  juga  oleh  alam,  seperti  matinya  seseorang disambar  petir  atau  tertimbun  tanah  longsor  yang  tidak  penting  dalam  hukum
pidana,  baru  menjadi  penting  dalam  hukum  pidana  apabila  kematian  orang  itu diakibatkan oleh perbuatan manusia baik aktif maupun pasif.
c. Delik
Sebenarnya  berasal  dari  bahasa  latin  “delictum”  juga  digunakan  untuk menggambarkan  tentang  apa  yang  dimaksud  dengan  strafbaar  feit.  Delik
merupakan  perbuatan  yang  dikenakan  hukuman  karena  merupakan pelanggaran terhadap undang-undang tindak pidana.
d. Pelanggaran pidana. e. Perbuatan yang boleh dihukum
f. Perbuatan yang dapat dihukum g. Perbuatan pidana
Istilah peristiwa pidana atau tindak pidana adalah sebagai terjemahan dari istila
h bahasa Belanda “Strafbaar feit”  atau “delict” . Menurut bahasa Indonesia di samping istilah peristiwa pidana
untuk terjemahan “strafbaar feit” atau “delict”
22
Adami Chazawi, 2002, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hal. 72
sebagaimana  yang  dipakai  oleh  Mr.  R.  Tresna  dan  E  Utrecth  dikenal  pula beberapa terjemahan yang lain seperti:
a. Tindak pidana b. Perbuatan pidana
c. Pelanggaran pidana d. Perbuatan yang boleh dihukum
e. Perbuatan yang dapat dihukum.
23
Tindak  pidana  bisa  dijatuhkan  hukuman  pidana  harus  memenuhi  unsur- unsur dari tindak pidana tersebut, seperti pendapat para ahli dibawah ini:
Pompe mengatakan bahwa unsur dari strafbaar feit terdiri atas: a.
Wederrechtelijkheid unsur melawan hukum b.
Schuld unsur kesalahan c.
Subsociale unsur bahayagangguanmerugikan
24
Menurut  Moeljatno  unsur-unsur  atau  elemen-elemen  yang  harus  ada  dalam suatu perbuatan pidana, adalah
25
: 1.
Kelakuan dan akibat dapat disamakan dengan perbuatan. 2.
Hal atau keadaan yang menyertai perbuatan. 3.
Keadaan tambahan yang memberatkan pidana. 4.
Unsur  melawan  hukum  objektif  yaitu  sifat  melawan  hukum  yang  terletak pada  keadaan  objektif,  yang  merujuk  kepada  keadaan  lahiriah  yang
menyertai perbuataan,  yang tidak perlu dirumuskan lagi sebagai unsur atau
23
Kansil, 2004, Pokok-Pokok Hukum Pidana,  PT. Pradnya Paramita, Jakarta, Hal. 36-37
24
Mohammad Ekaputra, Dasar-dasar Hukum Pidana, USU Pres, Medan, 2013 hal.104
25
Ibid. Hal.110
elemen  tersendiri    yang  menunjukkan  bahwa  perbuatan  itu  bertentangan dengan hukum.
5. Unsur  melawan  hukum  subjektif  adalah  sifat  melawan  hukumnya  suatu
keadaaan tidak terletak  pada keadaan objektif, tetapi terletak pada keadaan subjektif, yaitu terletak dalam hati sanubari terdakwa, atau dapat dikatakan
bahwa  sifat  melawan  hukumnya  perbuatan  tergantung  kepada  bagaimana sikap batinnya terdakwa.
6. Pengertian Pencurian
Dalam  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia,  bahwa  kata  “pencurian  diartikan sebagai  perkara  atau  perbuatan
mencuri”.  Pengertian  ini  berbeda  dengan pengertian  sebagaimana  dirumuskan  dalam  perundang-undangan.  Hal  tersebut
dapat  dimaklumi  sebab  pengertian  menurut  perundang-undangan  haruslah memenuhi  unsur-unsur  yang  lengkap  dari  suatu  pasal  yang  didakwakan  jika
terjadi  pelanggaran  terhadap  aturan  perundang-undangan  itu  sendiri  maupun untuk  merumuskan  sebuah  tindakan  apakah  masuk  kategori  tindak  pidana  atau
bukan.
26
Tindak pidana pencurian dalam hukum positif dijelaskan pada BAB XXII KUHP, yaitu mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian termasuk
kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak.
Para  sarjana  hukum  tidak  memberikan  defenisi  tentang  pencurian,  akan tetapi unsur-unsur dan elemen-elemennya saja yang berdasarkan Pasal 362 Kitab
26
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hal 177
Undang-undang Hukum Pidana KUHP yang berbunyi “Barang siapa mengambil
suatu  barang,  yang  sama  sekali  atau  sebagian  termasuk  kepunyaan  orang  lain dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum, karena
pencurian,  dengan  hukuman  penjara  selama-lamanya  lima  tahun  atau  denda sebanyak-banyaknya Rp. 900,-.
”.
27
Berdasarkan  rumusan  Pasal  362  KUHP  diatas  maka  unsur-unsur  tindak  pidana pencurian sebagai  berikut:
1. Perbuatan Mengambil
Unsur  pertama  dari  pencurian  ini  adalah  mengambil  barang,  maksudnya membawa  barang  tersebut  di  bawah  penguasaannya  yang  menyebabkan  barang
yang  diambil  tidak  lagi  menjadi  milik  dari  pemilik  semula.  Menurut  pendapat Lamintang  yang secara lengkap dalam bahasa Belanda yakni :  Wegnemen is ene
gedraging  wa  ardor  man  het  goed  bring  thin  zijn  feitolijke  heerrchappij,  be doeling  die  men  opzichte  van  dat  goed  verder  koestert.  mengambil  itu  adalah
suatu prilaku yang membuat suatu benda berada dalam penguasaannya yang nyata atau  benda  dalam  kekuasaannya  atau  di  dalam  detensinya,  terlepas  dari
maksudnya  tentang  apa  yang  diinginkan  dengan  benda  tersebut.  Pengambilan pencurian  itu  sudah  dapat  dikatakan  selesai,  apabika  barang  tersebut  sudah
pindah  tempat.  Bila  orang  baru  memegang  saja  barang  tersebut,  dan  belum berpindah  tempat,  maka  orang  tersebut  belum  dapat  dikatakan  mencuri,  akan
tetapi ia baru mencoba mencuri.
28
Seiring dengan kasus hukum yang berkembang
27
R.  Soesilo.  1995.  Kitab  Undang-undang  Hukum  Pidana  KUHP  Serta  Komentar- komentarnya, Politeia: Bogor.Hal: 249
28
Ibid, Hal. 250
di  masyrakat,  maka  pencurian  pun  tidak  hanya  dikategorikan  memindahkan barang atau benda saja.
Perkembangan  hukum  pidana  menyebabkan  perbuatan  mengambil  dapat ditafsirkan  luas,  seperti  yang  dipakai  oleh  pembuat  undang-undang  yaitu  tidak  terbatas
dengan tangan saja melainkan biasa juga mengambil dengan kaki, atau dengan menggigit atau  dengan  menggunakan  satu  macam  alat  lain,  sebagaimana  ajaran  teori  alat  dalam
hukum  pidana. Contoh  kasus  hukum  pidana  yang  melakukan  penafsiran  “mengambil”
adalah  pencurian  arus  listrik.  mengambil  aliran  listrik  dari  suatu  tempat  yang dikehendaki.  dengan  cara menempatkan  sepotong  kabel  untuk  mengalirkan  muatan  arus
listrik  tanpa  melalui  alat  ukur  Perusahaan  Listrik  Negara    PLN  ,  telah  dapat dikategorikan sebagai kejahatan pencurian.
Berdasarkan  rumusan  tersebut  diatas,  dapat  dikatakan  bahwa  pencurian adalah  perbuatan  yang  sengaja  dilakukan  dengan  jalan  mengambil  barang  milik
orang  lain  baik  seluruhnya  atau  sebagian  dimana  barang  tersebut  adalah kepunyaan orang lain dengan maksud ingin dimiliki dengan melawan hukum.
29
2. Yang diambil harus “suatu barang”
Barang  sebagai  objek  pencurian  adalah  barang  berharga  yang  ekonomis dan  barang  berharga  tidak  ekonomis.  Barang  berharga  ekonomis  dimaksudkan
adalah  barang  tersebut  mempunyai  nilai  uang  atau  setidak-tidaknya  dapat ditukarkan dengan uang. Sedangkan barang berharga tidak ekonomis yaitu barang
yang  tidak  memiliki  nilai  tukar  uang,  tetapi  menurut  ukuran  pihak  korban pencurian, barang tersebut mempunyai nilai dan berharga.
30
29
Lamintang,  P.A.F,  Delik-Delik  Khusus  Kejahatan-Kejahatan  Terhadap  Harta Kekayaan, Sinar Baru : Bandung,1989,  hal.13
30
Ibid, hal. 2
Menurut  R.  Soesilo,  barang  yang  dimaksud  adalah  segala  sesuatu  barang yang  berwujud  maupun  barang  yang  tidak  berwujud.    Barang  yang  berwujud
misalnya uang, baju, kalung, dan sebagainya akan tetapi manusia tidak termasuk. Barang tidak berwujud dalam hal ini seperti gas, listrik.
3. Barang itu “seluruhnya atau sebahagian kepunyaan orang lain”.
Secara sederhana penulis akan memberikan contoh mengenai barang yang seluruhnya  kepunyaan  orang  lain.  Misalnya  :  si  A  membeli  sepeda  motor  yang
kemudian  sepeda  motor  tersebut  dicuri  oleh  si  B.  Sepeda  motor  ini  sepenuhnya milik  si  A  sehingga  si  B  sama  sekali  tidak  mempunyai  hak  milik  atas  sepeda
motor tersebut yang telah dicurinya. Pengertian sebahagian kepunyaan orang lain, misalnya: si A bersama si B
membeli sepeda  motor,  maka sepeda tersebut  kepunyaan si  A dan si  B  disebut milik bersama  yang kemudian disimpan di rumah si A, kemudian dicuri oleh B.
atau  A  dan  B  menerima  warisan  dari  C,  disimpan  dirumah  A,  kemudian  dicuri oleh B, kemudian dicuri oleh B. Dalam hal ini barang yang dicuri si B sebahagian
kepunyaan si A. 4.
Pengambilan dilakukan dengan sengaja dan dengan maksud untuk dimiliki. Orang  karena  keliru  mengambil  barang  orang  lain  itu  bukan  pencurian.
Seseorang menemui barang dijalan kemudian diambilnya, bila waktu mengambil tersebut  sudah  ada  maksud  untuk  memiliki  barang  itu  maka  perbuatan  tersebut
masuk  pencurian.  Jika  waktu  mengambil  pikiran  seseorang  barang  akan diserahkan  pada  polisi,  akan  tetapi  serenta  datang  dirumah  barang  itu  dimiliki
untuk  diri  sendiri  tidak  diserahkan  kepada  polisi  maka  ia  salah  dan  masuk
penggelapan  Pasal  372,  karena  waktu  barang  itu  dimilikinya  sudah  berada ditangannya.
31
Kitab Undang-undang Hukum  Pidana KUHP sebagaimana diatur dalam Buku  II  Pasal  362  sampai  dengan  Pasal  367    terdapat  5  kualifikasi  pencurian
sebagai berikut: a.
Pencurian biasa b.
Pencurian dengan pemberatan c.
Pencurian ringan d.
Pencurian dengan kekerasan e.
Pencurian dalam kalangan keluarga Untuk  memahami  lebih  jelas  terhadap  kualifikasi  pencurian  tersebut  akan
dijelakan satu persatu: a.
Pencurian biasa Jenis  pencurian  ini  diatur  dalam  Pasal  362  KUHP.  Pasal  362  tersebut
merupakan  dasar  pencurian  dan  juga  menjadi  tolak  ukur  apakah  suatu  peristiwa pencurian termasuk dalam pencurian biasa, berat, ringan, dan lain-lain. Suatu hal
penting  yang  perlu  diperhatikan  adalah  perbuatan  pembuat  harus  memenuhi rumusan Pasal 362 KUHP.
Dari rumusan Pasal 362 KUHP tersebut, ditarik suatu rumusan yang akan dipergunakan menentukan kategori pencurian biasa sebagai berikut :
1. Perbuatan mengambil;
2. Yang diambil adalah sesuatu barang;
31
R.Soesilo,  Kitab  Undang-undang  Hukum  Pidana  KUHP  Serta  Komentar- komentarnya, Politeia: Bogor, 1995, hal.252
3. Barang tersebut seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain;
4. Maksud hendak memiliki secara melawan hukum.
Apabila  semua  unsur  diatas  telah  dilakukan  oleh  si  pencuri,  maka  akan  dijatuhi hukuman penjara selama-lamanya 5 lima tahun atau denda sebanyak Rp. 900,--
.Sembilan ratus rupiah. b.
Pencurian dengan pemberatan Dirumuskan dalam Pasal 363 KUHP, yang berbunyi :
32
1 Diancam dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun:
1. Pencurian ternak KUHP 101
2. Pencurian  pada  waktu  ada  kebakaran,  letusan,  banjir  gempa  bumi,  atau
gempa  laut,  gunung  meletus,  kapal  karam,  kapal  terdampar,  kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang;
3. Pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup
yang  ada  rumahnya,  yang  dilakukan  oleh  orang  yang  ada  di  situ  tidak diketahui  atau tidak dikehendaki  oleh  yang berhak yang punya; KUHP
98, 167 s, 365 4.
Pencurian  yang  dilakukan  oleh  dua  orang  bersama-sama  atau  lebih: KUHP 364
5. Pencurian  yang  dilakukan  oleh  tersalah  dengan    masuk  ke  tempat
kejahatan itu atau dapat  mencapai barang untuk  diambilnya, dengan jalan membongkar, memecah, atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci
palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.KUHP 99 s, 364 s
32
R.  Soesilo,  Kitab  Undang-undang  Hukum  Pidana  KUHP  Serta  Komentar- komentarnya, Politeia: Bogor, 1995, hal.250-251
2 Jika pencurian  yang diterangkan dalam butir 3 disertai dengan salah satu
hal  dalam  butir  4  dan  5,  dijatuhkan  hukuman  penjara  selama-lamanya sembilan tahun.KUHP 35, 366,486
c. Pencurian ringan
Pencurian ringan diatur dalam Pasal 364 KUHP yang berbunyi:
33
“Perbuatan yang diterangkan dalam pasal 362 dan pasal 363 butir 4, begitu pun perbuatan  yang  diterangkan  dalam  pasal  363  Nomor  5,  asal  saja  tidak  dilakukan
dalam  sebuah  rumah  atau  pekarangan  tertutup  yang  ada  rumahnya,  maka  jika harga  barang  yang  dicuri  tidak  lebih  dari  dua  ratus  lima  puluh  rupiah,  dihukum
sebagaiman pencurian ringan dengan hukuman penjara selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 900,-
“ R. Soesilo mengatakan pencurian barang yang harganya tidak dapat dinilai
dengan uang, tidak masuk pencurian ringan. Suatu tindak pidana pencurian ringan bisa dikatakan apabila pencurian barang tersebut bernilai ekonomis.
Pengecualian dari pencurian ringan meskipun harganya tidak lebih dari Rp. 250,  jika :
1. Barang yang dicuri adalah hewan.
2. Dilakukan pada waktu kebakaran ataupun malapetaka yang lain.
3. Pencurian  pada  waktu  malam  dalam  rumah  atau  pekarangan  tertutup  yang
ada rumahnya, oleh orang  yang berada disitu  tidak mengetahui kejadian itu atau tidak atas kehendak orang yang mempunyai hak.
4. Pencurian yang disertai dengan kekerasan Pasal 365.
33
R.Soesilo,  Kitab  Undang-undang  Hukum  Pidana  KUHP  Serta  Komentar- komentarnya, Politeia: Bogor, 1995, hal. 364
d. Pencurian dengan kekerasan
Jenis pencurian ini diatur dalam Pasal 365 KUHP sebagai berikut : 1.
Dengan  hukuman  penjara  selama-lamanya  Sembilan  tahun,  dihukum pencurian  yang  didahului,  disertai  atau  diikuti  dengan  kekerasan  atau
ancaman kekerasan terhadap orang, dengan maksud akan menyiapkan atau memudahkan pencurian itu atau jika tertangkap tangan terpergok supaya
ada  kesempatan  bagi  dirinya  sendiri  atau  bagi  kawannya  yang  turut melakukan  kejahatan  itu  akan  melarikan  diri  atau  supaya  barang  yang
dicuri itu tetap, ada ditangannya. KUHP 89, 335. 2.
Hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun dijatuhkan: a.
Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam didalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup, yang ada rumahnya atau di jalan umum atau
didalam kereta api atau trem yang sedang berjalan. KUHP 98,363. B b.
Jika  perbuatan  dilakukan  oleh  dua  orang  bersama-sama  atau  lebih. KUHP 363 butir 4.
c. Jika sitersalah masuk ketempat melakukan kejahatan itu dengan jalan
membongkar  atau  memanjat  atau  dengan  jalan  memakai  kunci  palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu. KUHP 99, 100, 364 s.
d. Jika perbuatan itu menjadikan ada orang mendapat luka berat. KUHP
90. 3.  Hukuman  penjara  selama-lamanya  lima  belas  tahun  dijatuhkan  jika  karena
perbuatan itu ada orang mati. KUHP 35, 89, 366.
4. Hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya  dijatuhkan,  jika    perbuatan  itu  menjadikan  ada  orang
mendapat luka berat atau mati, dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih dan disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam butir no.1
dan 3. KUHP 339, 366, 486. e.  Pencurian dalam kalangan keluarga
Tindak  pidana  ini  diatur  dalam  Pasal  367  KUHP  yang  berbunyi  sebagai berikut:
1. Jika  pembuat  atau  pembantu  salah  satu  kejahatan  yang  diterangkan  dalam
bab ini ada suami isteri dari orang  yang kena kejahatan itu, tidak bercerai meja makan dan tempat tidur atau bercerai harta benda, maka pembuat atau
pembantu ini tidak dapat dituntut hukuman. 2.
Jika ia suaminya isterinya yang sudah diceraikan meja makan, tempat tidur atau  harta  benda,  atau  sanak  atau  keluarga  orang  itu  karena  kawin,  baik
dalam keturunan lurus,  maupun keturunan  yang  menyimpang dalam derajat yang  kedua,  maka  bagi  ia  sendiri  hanya  dapat  dilakukan  penuntutan,  kalau
ada pengaduan dari orang yang dikenakan kejahatan itu. 3.
Jika  menurut  adat  istiadat  keturunan  ibu,  kekuasaan  bapak  dilakukan  oleh orang  lain  dari  bapak  kandung  sendiri,  maka  ketentuan  dalam  ayat  kedua
berlaku juga bagi orang itu.
7.    Pengertian Kelapa Sawit