Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.3 Studi Kelayakan Proyek

Proyek mempunyai beberapa pengertian. Proyek menurut Kadariah et.al (1999) adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) diwaktu yang akan datang dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai suatu unit. Sedangkan menurut Gittinger (1986) proyek didefinisikan sebagai suatu kegiatan investasi yang mengubah Proyek mempunyai beberapa pengertian. Proyek menurut Kadariah et.al (1999) adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) diwaktu yang akan datang dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai suatu unit. Sedangkan menurut Gittinger (1986) proyek didefinisikan sebagai suatu kegiatan investasi yang mengubah

Analisis kelayakan usaha atau juga dapat disebut studi kelayakan proyek perlu dilakukan untuk melihat apakah suatu proyek dapat memberikan manfaat atas invetasi yang telah ditanamkan. Definisi studi kelayakan proyek menurut Husnan dan Suwarsono (2000) studi kelayakan proyek adalah suatu penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil. Proyek yang dimaksudkan disini biasanya merupakan proyek investasi.

Analisis kelayakan proyek memiliki tujuan antara lain untuk memperbaiki pemilihan investasi. Pemilihan antara berbagai proyek perlu dilakukan mengingat sumber-sumber daya yang tersedia terbatas. Kesalahan pemilihan proyek dapat mengakibatkan pengorbanan terhadap sumber-sumberdaya yang langka (Kadariah et. al, 1999). Selain untuk memperbaiki pemilihan investasi, analisis kelayakan proyek juga bertujuan menghindari ketelanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan dan Suwarsano, 2000). Suatu proyek investasi umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang, karena itu perlu dilakukan analisis untuk menghindari kesalahan

Dalam studi kelayakan hal-hal yang perlu diketahui adalah :

a. Ruang lingkup kegiatan proyek, untuk menentukan pada bidang-bidang apa proyek akan beroperasi.

b. Cara kegiatan proyek dilakukan, untuk menentukan apakah proyek akan ditangani

sendiri atau diserahkan pada pihak lain.

c. Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya seluruh proyek, untuk

mengidentifikasi faktor-faktor kunci keberhasilan usaha.

d. Sarana yang diperlukan oleh proyek, menyangkut kebutuhan proyek dan fasilitas-

fasilitas pendukung.

e. Hasil kegiatan proyek serta biaya-biaya yang harus ditanggung untuk memperoleh

hasil tersebut.

f. Akibat-akibat yang bermanfaat maupun tidak bermanfaat akibat dari adanya proyek

tersebut (manfaat dan pengorbanan ekonomis dan sosial).

g. Langkah-langkah rencana mendirikan proyek. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), lembaga-lembaga yang memerlukan studi kelayakan adalah :

1. Investor Pihak yang akan menanamkan modal dalam suatu usaha akan lebih memperhatikan proyek tersebut. Prospek disini adalah tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut beserta resikonya. Semakin tinggi resiko investasi, tingkat keuntungan yang diminta oleh investor tersebut juga tinggi.

2. Kreditur (Bank)

Para kreditur (Bank) akan lebih memperhatikan segi keamanan dana yang dipinjamkan mereka. Dengan demiklian mereka mengharapkan agar bunga plus angsuran pokok pinjaman bisa dilakukan tepat pada waktunya, dengan memperhatikan pola aliran kas selama jangka waktu pinjaman tersebut.

3. Pemerintah Pemerintah berkepentingan dengan manfaat proyek tersebut bagi perekonomian nasional. Manfaat ini terutama dikaitkan dengan penanggulangan masalah-masalah yang sering dihadapi oleh negara tersebut.

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), tahap-tahap untuk melakukan proyek investasi adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut.

2. Perumusan merupakan tahap untuk menerjemahkan kesempatan investasi kedalam suatu rencana proyek yang kongkrit, dengan faktor-faktor yang penting dijelaskan secara garis besar.

3. Penilaian dilakukan dengan cara analisa dan menilai aspek pasar, teknik, keuangan dan perekonomian.

4. Pemilihan dilakukan dengan mengingat segala keterbatasan dan tujuan yang akan dicapai.

5. Implementasi yaitu menyelesaikan proyek tersebut dengan tetap berpegang pada anggaran.

Aspek-Aspek Studi Kelayakan

Untuk menjalankan suatu proyek terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek apa yang akan dipelajari. Aspek-aspek studi kelayakan usaha yang biasanya dianalisis antara lain menyangkut aspek pasar, teknis, keuangan, hukum dan ekonomi. Menurut kadariah et al (1978) menyatakan bahwa proyek dapat dievaluasi dari aspek teknis, aspek manajerial administratif, aspek organisasi, aspek komersil, aspek finansial, dan aspek ekonomi. Dilain pihak, Gitingger (1986) menyebutkan proyek penelitian memiliki enam aspek yaitu aspek teknis, aspek institusional manajerial, aspek komersil, aspek sosial, aspek finansial, dan aspek ekonomi.

Aspek Pasar

Menurut Husnan dan Suwarsuono (2000), aspek pasar dan pemasaran mempelajari tentang :

1. Permintaan, baik secara total maupun diperinci dan proyeksi permintaan dimasa

mendatang

2. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun impor. Perkembanganm di

masa lalu dan yang akan datang, jenis barang yang menyaingi, dan sebagainya.

3. Harga, perbandingan dengan barang-barang impor dan produksi dalam negeri lainnya,

serta pola perubahan harganya.

4. Program pemasaran, mencakup stategi pemasaran yang akan dipergunakan, marketing mix , identifikasi siklus kehidupan produk, dan pada tahap apa produk akan dibuat.

5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa dikuasai

oleh perusahaan Pengkajian aspek pasar dilakukan karena tidak ada proyek yang berhasil tanpa oleh perusahaan Pengkajian aspek pasar dilakukan karena tidak ada proyek yang berhasil tanpa

Struktur pasar adalah suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran, deskripsi produk atau diferensiasi produk, syarat- syarat masuk dan sebagainya. Kohls (1998) mengklasifikasikan pasar menjadi dua macam berdasar sifat bentuknya, yaitu pasar bersaing sempurna dan pasar bersaing tidak sempurna. Asumsi yang harus dipenuhi pada pasar bersaing sempurna antara lain: (1) Banyak pembeli dan penjual, (2) pembeli dan penjual hanya menguasai sebagian kecil dari barang atau jasa yang dipasarkan (sebagai price taker), (3) barang dan jasa yang dipasarkan bersifat homogen (tidak ada diferensiasi produk), (4) pembeli maupun penjual bebas keluar masuk pasar, dan (5) informasi pasar yang sempurna.

Struktur pasar yang kedua adalah pasar bersaing tidak sempurna yang dapat dilihat dari sisi pembeli dan penjual. Berdasarkan sisi pembeli terdapat pasar persaingan monopsonistik, oligopsoni ,dan monopsoni. Apabila dilihat dari sisi penjual terdiri dari pasar persaingan monopolistik, oligopoli, dan monopoli.

Aspek Teknis

Dalam pemilihan teknologi yang akan dipergunakan sebaiknya tidak dipergunakan teknologi yang telah usang, atau teknologi yang masih tahap coba-coba (Hasan dan Suwarsono, 2000) teknologi yang sudah usang akan mengakibatkan sebuah perusahaan sulit untuk bersaing dengan perusahaan yang lain, sedangkan teknologi yang masih dicoba-coba mengakibatkan kesulitan dalam perawatan fasilitas

Kuntjoro (2002) menyebutkan bahwa aspek teknis menyangkut berbagai hal berkaitan dengan proses produksi yasng dijalankan, seperti teknologi yang digunakan dan skala produksi yang dipilih, fasilitas lokasi dan produksi, dan pemilihan proses produksi mencakup teknologi, perlengkapan dan alat-alat, bahan, tenaga kerja dan pengawasan kualitas.

Aspek Manajemen

Aspek manajemen menurut Gittinger (1986) berkisar diantara penetapan institusi, organisasi dan manajerial yang tepat dan tidak tumpang tindih, yang secara jelas memiliki pengaruh yang penting terhadap pelaksanaan proyek. Kuntjoro (2002) menyatakan bahwa aspek manajemen merupakan manajemen dalam pelaksanaan proyek, penjadwalan penyelesaian proyek, serta struktur organisasi dalam manajemen operasional, seperti deskripsi jabatan.

Aspek Ekonomi dan Sosial

Kuntjoro (2002) menyatakan adanya keterkaitan aspek ekonomi dan sosial, sehingga dalam pelaksanaan suatu proyek, harus memperhatikan manfaat proyek tersebut bagi masyarakat, penambahan atau pengurangan devisa, penambahan kesempatan kerja, dan pengaruh terhadap perkembangan industri lain. Aspek sosial dapat dilihat manfaatnya pada lingkungan sekitar, dapat berupa manfaat maupun pengorbanan yang dirasakan.

Menurut Gittinger (1986) analisis ekonomi dilakukan dengan mempertimbangkan apakah suatu proyek bisa memberikan sumbangan atau peranan nyata terhadap perekonomian secara keseluruhan dan apakah sumbangan tersebut cukup besar dalam Menurut Gittinger (1986) analisis ekonomi dilakukan dengan mempertimbangkan apakah suatu proyek bisa memberikan sumbangan atau peranan nyata terhadap perekonomian secara keseluruhan dan apakah sumbangan tersebut cukup besar dalam

Aspek Finansial

Kadariah et, al. (1978) menyatakan bahwa analisis finansial dimulai dengan analisis biaya dan manfaat suatu proyek. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan revenue earning dari suatu proyek, apakah proyek akan menjamin atas dana yang diperlukan, apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut, dan apakah proyek akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri.

Kuntjoro (2002) menyebutkan bahwa biaya yang diperlukan untuk proyek terdiri dari biaya modal, biaya operasional dan biaya lainnya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaanya bersifat jangka panjang, contohnya tanah, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin, biaya pendahuluan sebelum operasi seperti biaya penelitian. Biaya operasional disebut sebagai biaya modal kerja karena biaya ini dikeluarkan untuk menutupi kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan dan didasarkan pada situasi produksi, biasanya dibutuhkan sesuai dengan tahap operasi contohnya biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja, biaya perlengkapan penunjang. Biaya lain yang dikeluarkan proyek diantaranya pajak, bunga pinjaman, dan asuransi.

Gittinger (1986) menyebutkan beberapa biaya yang menyangkut proyek pertanian antara lain meliputi barang-barang fisik, tenaga kerja, tanah, cadangan-cadangan yang tidak terduga, pajak, jasa pinjaman dan biaya yang tidak diperhitungkan. Penambahan Gittinger (1986) menyebutkan beberapa biaya yang menyangkut proyek pertanian antara lain meliputi barang-barang fisik, tenaga kerja, tanah, cadangan-cadangan yang tidak terduga, pajak, jasa pinjaman dan biaya yang tidak diperhitungkan. Penambahan

Kadariah et al (1978) mengungkapkan bahwa benefit dari proyek terbagi menjadi direct benefit , indirect benefit dan itangible benefit. Direct benefit disebutkan sebagai peningkatan output produksi ataupun penurunan biaya. Indirect benefit merupakan keuntungan sampingan akibat adanya proyek, sedangkan itangible benefit merupakan keuntungan yang tidak dapat diukur dengan uang seperti perbaikan lingkungan hidup dan sebagainya

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), dalam menganalisa suatu proyek investasi lebih relevan terhadap kas bukan terhadap laba, karena dengan kas seseorang bisa berinvestasi dan dengan kas pula seseorang membayar kewajibannya, sehingga untuk mengetahui sejauh mana keadaan finansial perusahaan maka perlu dilakukan analisa aliran kas (cashflow). Kuntjoro (2002) menyebutkan bahwa cashflow adalah susunan arus manfaat bersih tambahan sebagai hasil pengurangan arus biaya tambahan terhadap arus manfaat. Tambahan ini merupakan perbedaan antara kegiatan dengan proyek (with project) dan tanpa project (without project), arus tersebut menggambarkan keadaan dari tahun ketahun selama jangka hidup (life time period). Adapun yang termasuk kedalam komponen cashflow ini terdiri dari inflow dan outflow. Inflow biasanya terdiri dari nilai produksi total, penerimaan pinjaman, bantuan, nilai sewa dan nilai sisa (salvage value). Komponen outflow diantaranya biaya barang modal, bahan- bahan tenaga kerja, tanah, pajak dan debt service (biaya bunga).

Nilai waktu uang adalah adalah suatu konsep dimana sejumlah uang tertentu pada masa yang akan datang memiliki manfaat yang lebih kecil jika dibandingkan pada waktu sekarang dengan nilai nominal yang sama, sehingga dalam penilaian kriteria investasi akan lebih baik jika digunakan konsep nilai waktu uang yang diwujudkan dengan perhitungan present value dari suatu anggaran tertentu. Kuntjoro (2002) menyebutkan alasan penggunaan present value yaitu karena adanya ketidakpastian dari hasil, harga dan biaya yang ditetapkan sepanjang proyek berjalan, serta jika dipikirkan secara logis, nilai uang yang sama jumlahnya yang diterima atau dikeluarkan sekarang, akan lebih berharga dari pada nilai uang itu pada masa yang akan datang.

Menurut Kadariah et. al,1999 dalam menentukan umur suatu proyek terdapat beberapa pedoman yang dapat dijadikan sebagai acuan, antara lain:

1. Sebagai ukuran umum dapat diambil suatu periode yang kira-kira sama dengan umur proyek secara ekonomis yaitu umur ekonomis suatu aset berupa jumlah tahun selama pemakaian aset dapat meminimumkan biaya tahunnya.

2. Proyek-proyek dengan investasi modal yang sangat besar, umur proyek yang digunakan berdasarkan unsur-unsur pokok investasi adalah umur teknis yang lama dengan umur ekonomis yang dapat lebih pendek akibat obsolescence (ketinggalan zaman karena penemuan teknologi baru yang efisien menggantikan teknologi lama).

3. Proyek dengan umur diatas 25 tahun dapat diambil 25 tahun, karena nilai-nilai sesudah itu, jika di-discount dengan discount rate sebesar 10 persen keatas maka present value -nya sudah sangat kecil.

Kuntjoro (2002) menyatakan bahwa aspek keuangan mempelajari beberapa faktor Kuntjoro (2002) menyatakan bahwa aspek keuangan mempelajari beberapa faktor

Metode penilaian yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi dan menganalisis kelayakan finansialnya, yaitu:

™ Net Present Value

Net Present Value yaitu selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan dengan tingkat bunga yang relevan. Sedangkan NPV dari suatu proyek merupakan nilai bersih sekarang arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran awal.

Suatu proyek dikatakan layak atau bermanfaat untuk dilaksanakan jika NPV proyek tersebut lebih besar atau sama dengan nol (NPV ≥ 0). Jika nilai NPV sama dengan nol, berarti proyek tidak untung tetapi juga tidak rugi (hanya mampu menutupi biaya yang dikeluarkan). Jika nilai NPV lebih kecil dari nol, maka proyek tidak layak untuk dijalankan karena tidak menghasilkan senilai biaya yang keluarkan. Oleh karena itu, sumberdaya yang digunakan dalam proyek tersebut sebaiknya dialokasikan pada kegiatan atau proyek lain yang lebih menguntungkan.

™ Internal Rate of Return (IRR)

Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dimasa mendatang atau penerimaan kas dengan pengeluaran investasi awal.

Suatu proyek dikatakan layak jika nilai IRR yang diperoleh oleh proyek tersebut lebih besar dari tingkat diskonto. Sedangkan jika nilai IRR yang diperoleh lebih kecil dari tingkat diskonto, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Penerapannya lebih sulit bila dibandingkan dengan NPV, karena dalam hal tertentu terdapat kemungkinan dihasilkannya nilai IRR yang lebih dari satu yang dapat membuat NPV sama dengan nol.

™ Net B/C Ratio

Net B/C Ratio merupakan angka perbandingan antara nilai kini dan arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Untuk pemilihan ukuran B/C Ratio dari manfaat proyek adalah memilih semua proyek yang nilai B/C Ratio sebesar satu atau lebih jika arus biaya dan manfaat didiskontokan pada tingkat biaya opportunitas kapital (Gittinger, 1986).

Suatu proyek dinyatakan layak jika nilai Net B/C lebih besar atau sama dengan satu, hal ini berarti proyek tersebut layak untuk dilaksanakan. Sedangkan jika nilai Net B/C lebih kecil dari satu, maka proyek menghasilkan manfaat lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan yang artinya tidak layak untuk dilaksanakan.

™ Payback Period (PP)

Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Payback period dapat diartikan juga sebagai rasio antara nilai investasinya dengan kas masuk bersih, yang hasilnya merupakan satuan waktu. Kelemahan metode ini yaitu tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah payback, sehingga metode ini pada umumnya digunakan sebagai

™ Analisis Switching Value

Analisis switching value (nilai pengganti) digunakan dalam rangka menganalisis sampai pada tingkat mana perubahan-perubahan yang terjadi masih dapat ditolerir sehingga suatu proyek masih dapat dikatakan layak atau terus diusahakan. Dalam analisis ini dicoba melihat kondisi kelayakan yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan biaya dan manfaat.

Pada analisis switching value dicari berapa nilai pengganti pada komponen biaya dan penurunan manfaat yang terjadi, yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal. Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV sama dengan nol, IRR sama dengan tingkat diskonto yang digunakan, dan nilai Net B/C sama dengan satu (cateris paribus).

™ Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis kembali untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Dalam analisis sensitivitas perubahan nilai yang dipilih dianalisis terhadap masalah yang dianggap penting pada analisis proyek dan akan menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik proyek.

Proyek-proyek pertanian umumnya sensitif terhadap terhadap perubahan- perubahan 4 variabel berkut ini:

1. Harga jual output yang akan berpengaruh terhadap manfaat, manfaat sekarang netto, dan tingkat pengembalian secara finansial maupun ekonomi

2. Keterlambatan pelaksanaan yang akan mempengaruhi biaya maupun manfaat dan

3. Kenaikan biaya

4. Produk yang dihasilkan

Adapun kelemahan yang dimiliki analisis sensitivitas, antara lain :

1. Analisis ini tidak dipakai dalam pemilihan proyek karena merupakan analisis parsial dan hanya mengubah satu parameter masa suatu saat tertentu

2. Analisis ini hanya mengidentifikasi apa yang akan terjadi bila terdapat perubahan biaya atau manfaat bukan menentukan kelayakan suatu proyek