Pertemanan usaha tani Pertemanan usaha tani

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI DAN KELAYAKAN USAHATANI VANILI PADA KETINGGIAN LAHAN 350-800 M DPL DI KABUPATEN TASIKMALAYA (Studi Kasus: Desa Cibongas, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya)

Disusun oleh :

Avenia Nur Aulia A14304041 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

RINGKASAN

AVENIA NUR AULIA. Analisis Pendapatan Usahatani Padi dan Kelayakan Usahatani Vanili Pada Ketinggian Lahan 350-800 mdpl di Kabupaten Tasikmalaya (Studi Kasus: Desa Cibongas, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya). Dibimbing oleh

YAYAH K. WAGIONO.

Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat berperan dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal tersebut bisa dilihat dari kontribusinya terhadap PDB (produk domestik bruto), penyerapan tenaga kerja, penghasil devisa. PDB sektor pertanian, termasuk pula kehutanan dan perikanan, adalah sebesar Rp 63,8 triliun, nilai ini terus meningkat menjadi Rp 66,4 triliun pada tahun 2000. Besarnya PDB pertanian tersebut memberikan kontribusi sekitar 17 persen terhadap PDB nasional.

Sektor pertanian tidak akan pernah lepas dari fungsinya sebagai sumber utama untuk penyediaan bahan pangan. Dalam meningkatkan ketahanan pangan, tantangan besar saat ini adalah konsumsi masih bertumpu pada beras. Segala upaya telah dilakukan dalam rangka peningkatan produksi pangan terutama beras yang masih terus menjadi masalah utama. Meskipun revolusi hijau yang diiringi social engineering di bidang produksi telah berhasil mengejar tingginya pertumbuhan penduduk, namun masih belum dapat mengubah ketergantungan masyarakat terhadap beras.

Dewasa ini masalah yang timbul terkait dengan peran pertanian sebagai sektor penghasil bahan pangan utama adalah terancamnya kestabilan pangan yang diakibatkan oleh adanya krisis pangan dimana produktivitas produk pertanian semakin berkurang. Ada dua faktor yang menjadi penyebab dari adanya pengurangan produktivitas pertanian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu adanya pengaruh dari buruknya sistem ketahanan, sedangkan faktor eksternal yang merupakan fenomena yang telah melanda sejumlah negara yakni pemanasan global.

Keterkaitan antara efek rumah kaca, pemanasan global dan perubahan iklim digambarkan oleh hubungan sebab akibat dimana efek rumah kaca menyebabkan terjadinya akumulasi panas di atmosfer bumi. Dengan adanya akumulasi yang berlebihan tersebut, iklim global melakukan penyesuaian. Penyesuaian yang dimaksud adalah salah satunya peningkatan temperatur bumi, kemudian disebut pemanasan global dan berubahnya iklim regional, seperti perubahan pola curah hujan, penguapan, pembentukan awan.

Salah satu gejala pemanasan global seperti naiknya permukaan laut menjadi masalah dasar yang dapat menggangu stabilitas lahan pertanian yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan di negara Indonesia. Mekanisme peningkatan permukaan air laut menyebabkan terjadinya pergeseran lahan tanam pertanian dari lahan dataran rendah dialihkan ke dataran tinggi. Akibat adanya pergeseran lahan pertanian dari dataran rendah ke dataran tinggi menyebabkan persaingan antara tanaman untuk lahan dataran rendah dan tanaman lahan dataran tinggi. Hal ini tentu saja dapat menjadi masalah bagi para petani dalam memanfaatkan lahan mereka yang terbatas, sementara lahan pertanian mereka harus dimanfaatkan agar dapat memberikan keuntungan yang optimal, baik

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani padi dan kelayakan finansial usahatani vanili di Kabupaten Tasikmalaya dilihat dari aspek finansial dan lingkungan serta membandingkan keuntungan usahatani padi dan usahatani vanili di Kabupaten Tasikmalaya dilihat dari aspek finansial dan lingkungan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pencatatan dan wawancara langsung dengan para petani padi maupun vanili menggunakan kuesioner yaitu kuesioner yang meminta jawaban rinci dan lengkap dari responden tentang kegiatan usahatani yang mereka lakukan. Data sekunder berupa literatur yang dibutuhkan yang berkaitan dengan penelitian. Sebagai data penunjang digunakan data dari media massa, internet, artikel dan data statistik dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik dan Departemen Pertanian. Metode yang digunakan yaitu analisis pendapatan usahatani dan analisis kelayakan usaha.

Analisis pendapatan usahatani menunjukan bahwa usahatani padi di Desa Cibongas menguntungkan secara finansial dengan R/C ratio lebih besar dari satu yaitu 2,86 atas pendapatan tunai dan 1,62 untuk pendapatan total. Analisis kelayakan usahatani vanili di Desa Cibongas juga bersifat layak dan menguntungkan secara finansial terlihat dari nilai NPV yang positif yaitu Rp 8.593.840,85 IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (30,56>16), nilai gross B/C lebih besar dari satu (2,1>1) serta payback period yang lebih kecil dari umur proyek (5,71<10)

Lain halnya apabila dilihat dari aspek lingkungan, komoditi vanili lebih bersifat ramah lingkungan sehingga dapat dikatakan lebih menguntungkan karena menggunakan bahan kimia yang lebih sedikit dibandingkan dengan usahatani padi yang boros unsur hara dan merupakan tanaman yang menghantarkan metana ke atmosfer dengan baik. Sehingga apabila dilihat dari aspek lingkungan usahatani vanili lebih menguntungkan dibandingkan dengan usahatani padi. Oleh karena itu, tanaman vanili djadikan sebagai rekomendasi terhadap para petani dan pihak terkait karena selain masih bersifat menguntungkan, usahatani vanili juga lebih bersifat ramah lingkungan.

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI DAN KELAYAKAN USAHATANI VANILI PADA KETINGGIAN LAHAN 350-800 M DPL DI KABUPATEN TASIKMALAYA (Studi Kasus: Desa Cibongas, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya)

Oleh : Avenia Nur Aulia A14304041

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Judul : Analisis Pendapatan Usahatani Padi dan Kelayakan Usahatani Vanili Pada Ketinggian Lahan 350-800 m dpl di Kabupaten Tasikmalaya (Studi Kasus Desa Cibongas, Kecamatan Pancatengah, kabupaten Tasikmalaya)

Nama : Avenia Nur Aulia NRP : A14304041

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Yayah K Wagiono, MEc NIP. 130 350 044

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian IPB

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI DAN KELAYAKAN USAHATANI VANILI PADA KETINGGIAN LAHAN 350-800 M DPL DI KABUPATEN TASIKMALAYA (STUDI KASUS DESA CIBONGAS, KECAMATAN PANCATENGAH, KABUPATEN TASIKMALAYA)” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU.

Bogor, Juli 2008

Avenia Nur Aulia A14304041

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya, pada tanggal 2 Maret 1987 sebagai anak pertama dari pasangan Endang Hermawan dan Yustiraty Rahayu. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Mandalahayu pada tahun 1998. Tahun 1998, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri I Salopa di Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya dan lulus pada tahun 2001. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri I Cikatomas, Kabupaten Tasikamalaya dan lulus pada tahun 2004.

Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2004 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi Ekonomi Pertanian Sumberdaya (EPS), Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif dalam kegiatan organisasi MISETA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian) pada periode 2005/2006.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat serta Ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Analisis Pendapatan Usahatani Padi dan Kelayakan Usahatani Vanili Pada Ketinggian Lahan 350-800 m dpl di Kabupaten Tasikmalaya” (Studi kasus Desa Cibongas, Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya) ini disusun untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Adapun topik dan judul penelitian ini berdasarkan pada minat yang tinggi dari penulis terhadap bidang Studi kelayakan proyek serta usahatani. Pengaruh adanya pemanasan global terhadap sektor pertanian terlihat dari adanya kecenderungan pergeseran tempat tanam dari dataran rendah ke dataran yang lebih tinggi, sehingga diperlukan analisis agar diketahui tanaman yang dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi baik secara finansial maupun sosial sehingga dapat direkomendasikan kepada pihak-pihak terkait yang berkepentingan.

menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan skripsi ini. Harapan penulis, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Penulis

Bogor, Juni 2008

Avenia Nur Aulia A14304041

UCAPAN TERIMAKASIH

Segala Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Seiring dengan berakhirnya satu tahap pendidikan di Institut Pertanian Bogor, maka penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu terutama dalam penulisan skripsi ini. Pihak-pihak yang telah membantu penulis diantaranya:

1. Kedua orang tua (Papap dan Mamah) Endang Hermawan, BA dan Ny. Yusty Raty Rahayu serta kedua adik tercinta (Wemphy Primadhyta dan Nizar Luthfy Pauzy), terimakasih atas cinta dan kasih sayang, suri tauladan, nasihat serta semangat, kesabaran, serta berbagai dukungan baik moril maupun materi yang telah diberikan kepada penulis.

2. Ir. Yayah K Wagino, M.Ec. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran selalu bersedia membimbing, membantu, mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi serta terimakasih atas ilmu, nasihat dan kepercayaan yang telah diberikan untuk penulis.

3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama. Terimakasih atas segala kebaikan hati, bimbingan masukan, kritik serta saran dalam penulisan skripsi ini.

4. A. Faroby Falatehan SP, M.E selaku dosen penguji wakil departemen. Terimakasih atas segala masukan, kritik dan saran yang dapat bermanfaat bagi penulisan skripsi ini.

5. Muhammad Asyhar Agmalaro, terimakasih atas kesabaran, semangat, serta dukungannya.

6. Teman-teman satu perjuangan Idhoet, Rissa, Irna, Uci, Wulan, Vina, Cita, Teteh Fitri, Emil, Juventy N, Jimmy, Merika, Mail, Kevin, Yudi, Devi, Lingga, Deli, Nana, Pipih, serta teman-teman kelas semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

7. Ua Gandha, Ua Cayur, Teh Yani, Tante muda Reni, Rizwan, Naufal, de’Rizky, Riska, Gian, Bayu, Zam-zam, Cu-am, dan keluarga besar papap dan mamah lainnya.

BAB VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI DAN KELAYAKAN USAHATANI VANILI

6.1 Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah …….….. 64

6.1.1 Penerimaan Usahatani

6.1.2 Biaya Usahatani………………………………. 67

6.1.3 Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi……. 69

6.2 Analisis Kelayakan Usahatani Vanili………………….. 73

6.2.1 Nilai Arus Tunai Usaha………………………… 73

6.2.2 Analisis Kelayakan Finansial …………………….... 74

6.2.3 Analisis Sensitivitas ……..………………………… 75

6.2.4 Analisis Nilai Pengganti……………………….… 77

BAB VII PERBANDINGAN KEUNTUNGAN USAHATANI PADI DAN VANILI

7.1 Aspek Finansial……………………………………….. 79

7.1.1 Pendapatan Usahatani Padi …………………... 79

7.1.2 Pendapatan Usahatani Vanili…………..………. 79

7.2 Aspek Lingkungan …………………………………… 80

7.2.1 Aspek Lingkungan Usahatani Padi ………….. 80

7.2.2 Aspek Lingkungan Usahatani Vanili………….. 83

7.3 Dampak Isu Pemanasan Global …………………….... 86

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan ………………………………………… 88

8.2 Saran ………………………………………………….. 89

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 90 LAMPIRAN ............................................................................................... 92

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Ekspor Vanili Indonesia Tahun 2002-2006............... 7

2. Luas Lahan Tanam, Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2002-2006………………………… 9

3. Produksi Vanili Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2002 – 2006........... 9

4 Luas Areal dan Produksi Perkebunan Vanili Rakyat Kabupaten Tasikmalaya Tahun 200................................................... 10

5. Rekapitulasi Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Rakyat Tanaman Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya Menurut Keadaan Tanam Tahun 2002-2006………………………. 12

6. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya dan Propinsi Jawa Barat Tahun 2001-2005 (dalam persen)…………..……......... 54

7. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya per sektor Usaha Tahun 2004-2005 (dalam persen)........................................... 55

8. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Tasikmalaya dan Propinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005 (dalam persen)

9. Penduduk Kabupaten Tasikmalaya Menurut Jenis Kelamin Tahun 2001-2005………..…………………………………….….... 58

10. Karakteristik Responden Petani Padi dan Petani Vanili di Desa Cibongas, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya…….. 60

11. Rata-rata Pendapatan Petani Responden Per Hektar di Desa Cibongas, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya

12 Hasil Perbandingan antara Usahatani Permusim dengan Perubahan Output maupun Input........................................................ 70

13. Emisi Metana dan Hasil Gabah Beberapa Varietas Padi yang Ditanam……………………………………….. 82

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Cashflow Usahatani Vanili per Hektar…………………................. 93

2. Analisis Sensitivitas Usaha Vanili (Kenaikkan Harga Pupuk Sebesar 10 Persen).................................. 94

3. Analisis Sensitivitas Usaha Vanili

(Kenaikkan Harga Upah Tenaga Kerja sebesar 10 persen)……...... 94

4. Analisis Sensitivitas Usaha Vanili

(Penurunan Harga Jual sebesar 10 persen)……………………..…. 95

5. Analisis Sensitivitas Usaha Vanili (Penurunan Volume Produksi sebesar 5 persen)………………….. 94

6. Nilai Pengganti (switching Value) Usaha Vanili dengan Kenaikkan Biaya ………………………………………….

7. Nilai pengganti (switching Value) Usaha Vanili dengan Penurunan Penerimaan …………………............................ 97

8. Tabel Rata-rata Produksi Vanili Responden …………………….... 98

9. Tabel Rata-rata Biaya Usahatani Vanili Responden.......................... 99

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat berperan dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari kontribusinya terhadap PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja, dan penghasil devisa. PDB sektor pertanian termasuk pula kehutanan dan perikanan adalah sebesar Rp 63,8 triliun pada tahun 1996, nilai ini terus meningkat menjadi Rp 66,4 triliun pada tahun 2000. Besarnya PDB

pertanian tersebut memberikan kontribusi sekitar 17 persen terhadap PDB nasional. 1 Sektor pertanian berikut sistem agribisnisnya sangat dominan perannya dalam

penyerapan tenaga kerja. Sektor tersebut mampu menyerap 45 persen dari total penyerapan tenaga kerja nasional atau menempati urutan pertama dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2005 struktur kesempatan kerja pedesaan secara agregat menunjukkan bahwa 59 persen dari total kesempatan kerja pedesaan berasal dari sektor pertanian, yang secara absolut besarnya 58 juta orang. Peran sektor pertanian di luar Jawa juga lebih besar yaitu sebesar 67 persen dibandingkan dengan di Jawa yang besarnya 51 persen. Sebaliknya, sektor non-pertanian di Jawa hanya menyumbang 49 persen dan di luar Jawa menyumbang 33 persen kesempatan kerja, yang pada umumnya berupa jasa perdagangan, jasa kemasyarakatan, bangunan, dan jasa pengangkutan. Keadaan ini menunjukkan masih tetap dominannya peran sektor pertanian dalam perekonomian rumah tangga pedesaan, baik di Jawa maupun di luar Jawa.

1 Kebijakan dan Strategi Pembangunan Nasional:Sektor Pertanian Sebagai “Prime Mover”Pembangunan

Ekonomi Nasional (kwik kian gie) www.bappenas.go.id, diakses 15 Mei 2008

Sektor pertanian tidak akan pernah lepas dari fungsinya sebagai sumber utama untuk penyediaan bahan pangan. Dalam meningkatkan ketahanan pangan, tantangan besar saat ini adalah konsumsi masih bertumpu pada beras. Segala upaya telah dilakukan dalam rangka peningkatan produksi pangan terutama beras yang masih terus menjadi masalah utama. Meskipun revolusi hijau di bidang produksi telah berhasil mengejar tingginya pertumbuhan penduduk, namun masih belum dapat mengubah ketergantungan masyarakat terhadap beras.

Dewasa ini masalah yang timbul terkait dengan peran pertanian sebagai sektor penghasil bahan pangan utama adalah terancamnya kestabilan pangan yang diakibatkan oleh adanya krisis pangan dimana produktivitas produk pertanian semakin berkurang. Ada dua faktor yang menjadi penyebab dari adanya pengurangan produktivitas pertanian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu adanya pengaruh dari buruknya sistem ketahanan pangan, sedangkan faktor eksternal yang merupakan

fenomena yang telah melanda sejumlah negara yakni pemanasan global. 2 Pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat

peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer. Pemanasan akan diikuti dengan perubahan iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi sedangkan di belahan bumi lain akan mengalami musim kering yang berkepanjangan disebabkan kenaikkan suhu. Pemanasan global dan perubahan iklim terjadi akibat aktivitas manusia, terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil dan pertanian. Kegiatan-kegiatan tersebut secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan perubahan komposisi alami atmosfer, yaitu

Keterkaitan antara efek rumah kaca, pemanasan global dan perubahan iklim digambarkan oleh hubungan sebab akibat dimana efek rumah kaca menyebabkan terjadinya akumulasi panas di atmosfer bumi. Adanya akumulasi yang berlebihan tersebut, iklim global melakukan penyesuaian. Penyesuaian yang dimaksud adalah salah satunya peningkatan temperatur bumi, kemudian disebut pemanasan global dan berubahnya iklim regional, seperti perubahan pola curah hujan, penguapan, pembentukan awan.

Dampak-dampak yang diakibatkan oleh perubahan iklim terutama bagi sektor pertanian diantaranya adalah meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana, kenaikkan permukaan laut, permukaan tanah turun dan kesuburan tanah pertanian berkurang. Dampak-dampak tersebut berpengaruh terhadap produktivitas produk pertanian termasuk tanaman pangan dalam hal ini adalah padi. Sebagai gambaran, dalam rentang tahun 1995 sampai 2005 total padi yang terendam banjir seluas 1.926.636 ha, dari jumlah tersebut sebagian diantaranya puso yaitu sebesar 471.711 ha, sedangkan untuk lahan yang kekeringan seluas 2.131.579 ha serta sebagian diantaranya mengalami gagal panen yaitu seluas 328.447 ha. Pada tahun 2005 luas padi yang mengalami gagal panen akibat kekeringan dan banjir mencapai 189.773 ha dari total luas lahan 577.046 ha. Pada tahun 2006 gabah yang hilang mencapai 872.955 ton dengan rata-rata produksi 4,6 ton per ha. Adapun tahun 2007, luas lahan yang mengalami gagal panen adalah 189.773 ha, dari luas total 577.046 ha, dengan rata-rata produksi 5 ton gabah per ha, dan gabah yang terbuang

mencapai 948.865 ton. 3 Penurunan produktivitas yang terjadi akibat pengaruh pemanasan global tidak mencapai 948.865 ton. 3 Penurunan produktivitas yang terjadi akibat pengaruh pemanasan global tidak

periode sebelumnya. 4 Penurunan persediaan beras dunia yang terjadi menyebabkan harga beras di pasar

Internasional meningkat, harga beras di pasar Internasional kini berada diatas 300 dollar AS per ton, sebelumnya harga rata-rata beras dunia tersebut hanya 220 dollar AS per ton. Peningkatan harga beras ini mempunyai dampak positif maupun negatif yang akan ditimbulkan, dampak positif peningkatan harga akibat pengurangan persediaan beras tersebut akan memacu para petani untuk meningkatkan produksinya demi memenuhi kebutuhan mereka sendiri maupun untuk kebutuhan komersil yang pada akhirnya akan dapat memenuhi persediaan beras nasional, sehingga negara kita tidak terlalu terpengaruh dengan adanya pembatasan kuota ekspor oleh negara-negara produsen beras. Selain itu, dengan adanya pengadaan persediaan beras dalam negeri yang terus meningkat akan mampu mengurangi angka ketergantungan beras dari luar negeri sehingga dapat mendukung kebijakan pengurangan kuota impor. Kuota impor yang diizinkan pada tahun 2007 yang sesuai dengan izin Menteri Perindustrian dan Perdagangan adalah sebesar 1,5

Selain dampak positif kenaikkan harga beras dunia juga menimbulkan dampak negatif terkait dengan upaya pengadaan persediaan beras dalam negeri dengan meningkatkan produktivitas padi tentu memerlukan adanya perluasan lahan sawah, oleh karena itu dilakukan pembukaan lahan sawah yang baru. Lahan dataran rendah yang biasanya digunakan sebagai lahan sawah sudah berkurang akibat naiknya permukaan laut yang dapat menenggelamkan lahan pertanian produktif serta berkurangnya tingkat kesuburan lahan dataran rendah, oleh karena itu para petani akan memutuskan untuk mengalihkan tempat olahannya ke dataran yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan

terancamnya mutu serta jumlah suplai air. 5 Selain itu lahan perkebunan yang biasanya terdapat di dataran tinggi akan terdesak, sehingga menyebabkan adanya persaingan

tempat tanam antara tanaman dataran rendah dan tanaman dataran tinggi. Adanya persaingan lahan antara tanaman dataran rendah dan dataran tinggi tersebut dapat menjadi masalah baru bagi para petani dalam menentukan keputusan penggunaan lahannya. Para petani cenderung lebih mengutamakan keuntungan finansial dalam menggunakan lahan pertaniannya dengan melihat komoditi yang lebih besar memberikan keuntungan tunai. Disamping pertimbangan melalui aspek finansial, aspek lain yang lebih penting untuk diperhatikan adalah aspek lingkungan yang merupakan faktor penting dalam mewujudkan pertanian yang berkelanjutan yang mampu menjaga kesinambungan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Komoditi yang akan ditinjau dalam hal ini adalah komoditi padi dan komoditi vanili. Komoditi padi dipilih karena komoditi ini merupakan sumber makanan pokok paling utama bagi penduduk negara kita sehingga terkait dengan kepentingan sebagian Komoditi yang akan ditinjau dalam hal ini adalah komoditi padi dan komoditi vanili. Komoditi padi dipilih karena komoditi ini merupakan sumber makanan pokok paling utama bagi penduduk negara kita sehingga terkait dengan kepentingan sebagian

Vanili dipilih sebagai pembanding karena merupakan tanaman perkebunan yang masih mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan, melihat kebutuhan vanili dunia diperkirakan mencapai 2.000-2.500 ton per tahun, sementara produksi nasional baru mencapai 1.300 ton per tahun, dengan demikian masih kurang 700-1.200 ton per tahun. Vanili juga merupakan komoditi ekspor andalan Indonesia terutama pada tahun 2002- 2004 dimana harga vanili basah pada tahun 2002 mencapai rata-rata Rp 250.000 per kg, bahkan pada tahun 2003 mencapai Rp 400.000 per kg kemudian pada tahun 2004 harga vanili basah mulai mengalami penurunan mencapai rata-rata Rp 50.000 per kg hingga tiga tahun terakhir terus mengalami penurunan bahkan mencapai Rp 6.500 per kg hingga Rp 9.000 per kg. Berikut ini adalah Tabel perkembangan ekspor vanili Indonesia tahun 2002 sampai 2006.

Tabel 1. Perkembangan Ekspor Vanili Indonesia Tahun 2002-2006

Tahun Nilai ($) Kuantitas (kg) 2002 38.320.725 7.196.882 2003 38.529.337 12.724.840 2004 33.003.382 1.481.918 2005 10.693.224 555.300 2006 11.783.396 998.076

Sumber : United Nations Commodity Trade (COMTRADE) Statistic Database, 2007 (diolah) 6

Alasan lain pemilihan vanili sebagai tanaman pembanding karena vanili merupakan komoditi perkebunan yang secara tidak langsung akan terpengaruh oleh adanya pemanasan global. Pengaruhnya pemanasan global tersebut dikhawatirkan akan menyebabkan tanaman-tanaman dataran tinggi dalam hal ini tanaman perkebunan yaitu tanaman vanili akan terdesak oleh tanaman dataran rendah yang telah beralih tempat tanam ke dataran yang lebih tinggi sehingga tersaingi oleh adanya tanaman dataran rendah dalam hal ini adalah padi.

Penelitian ini akan menganalisis perbandingan pendapatan antara komoditi padi dan komoditi vanili dengan melihat dua aspek yang dipertimbangan, yaitu aspek finansial yang akan membandingkan jumlah pendapatan yang diterima petani dari kedua komoditi tersebut, sedangkan aspek lain yang akan dijadikan bahan pertimbangan adalah aspek lingkungan yang akan membandingkan kemampuan dari kedua komoditi tersebut dalam mendukung program pertanian yang ramah lingkungan, sehingga dapat mengurangi pengaruh adanya pemanasan global.

Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah dengan struktur ekonomi masih didominasi sektor pertanian sebesar 34,91 persen, dengan karakteristik petani pada umumnya menjadikan usahatani padi sebagai usahatani utama sebagai pemenuhan kebutuhan pokok, luas lahan yang digunakan untuk sawah mencapai 18,12 persen yaitu seluas 49.658 ha (BPS Tasikmalaya, 2007). Selain usahatani padi, sebagian petani di Kabupaten Tasikmalaya juga menanam tanaman investasi yang diharapkan dapat memberikan keuntungan yang lebih besar untuk penghasilan mereka, tanaman investasi yang ditanam oleh para petani di Kabupaten Tasikmalaya adalah tanaman perkebunan,

Wilayah Kabupaten Tasikmalaya dikatakan cocok untuk budidaya komoditi padi. Indikator yang dapat dilihat diantaranya adalah produktivitas, luasan lahan tanam, serta produksi dari komoditi tersebut. Produktivitas padi di Kabupaten Tasikmalaya selalu mengalami peningkatan, begitu pula dengan produksi dan luas lahan tanam yang sama- sama meningkat dari tahun ke tahun seperti ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Lahan Tanam, Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2002-2006

Tahun

Tanam (Ha)

Panen (Ha)

Produktivitas

Produksi

(Kw/ha)

(Ton)

1. Padi Sawah 2002

56,67 575.291 2. Padi Ladang 2002

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya, 2007

Lain halnya dengan produktivitas padi yang senderung terus meningkat, produktivitas komoditi vanili di Kabupaten Tasikmalaya cenderung lebih fluktuatif. Produksi mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2004, walaupun mulai mengalami penurunan pada tahun 2005 dan 2006, namun meskipun mengalami penurunan produksi vanili tahun 2005 dan 2006 masih lebih besar dibandingkan dengan tahun 2002. Produktivitas komoditi vanili Kabupaten Tasikmalaya tahun 2002 sampai tahun 2006 dapat dilihat dari Tabel 3 dibawah ini.

Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat 7

Selain produktivitas indikator lain yang dapat dilihat adalah luas lahan yang ditempati, dan rata-rata produksi. Data yang digunakan untuk melihat keseluruhan indikator tersebut digunakan data tahun terakhir yaitu data untuk tahun 2007 seperti ditunjukkan oleh Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Vanili Rakyat Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2007 Variabel Jumlah

Luas areal tanam (ha)

204,58

Produksi (ton)

142,39

Produktivitas (Kw/ha)

6,96

Jumlah petani pemilik

981

14

Jumlah kelompok tani

Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya, 2007

Desa Cibongas yang terletak di Kecamatan Pancatengah merupakan salah satu desa yang terdapat di Kabupaten Tasikmalaya. Kondisi topografi di daerah penelitian cocok untuk masing-masing komoditi, selain itu desa ini merupakan desa yang mempunyai tren pertanian komoditi padi dan vanili dengan ketinggian lahan rata-rata 370 m dpl, serta karakteristik pertanian yang masih menjadikan padi sebagai tanaman utama dengan vanili sebagai tanaman investasinya.

1.2. Perumusan Masalah

Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir laju pertumbuhan penduduk meningkat pesat. Seiring dengan adanya peningkatan penduduk, terjadi pula peningkatan

aktivitas manusia yang dapat menjadi faktor penyebab timbulnya pemanasan global. Gejala-gejala adanya pemanasan global dapat dilihat dari perubahan iklim yang tidak menentu, naiknya permukaan laut dan lain-lain. Salah satu gejala pemanasan global seperti naiknya permukaan laut menjadi masalah dasar yang dapat menggangu stabilitas lahan pertanian yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan di negara Indonesia. Mekanisme peningkatan permukaan air laut menyebabkan terjadinya pergeseran lahan tanam pertanian dari lahan dataran rendah dialihkan ke dataran tinggi. Akibat adanya pergeseran lahan pertanian dari dataran rendah ke dataran tinggi menyebabkan persaingan antara tanaman untuk lahan dataran rendah dan tanaman lahan dataran tinggi. Hal ini tentu saja dapat menjadi masalah bagi para petani dalam memanfaatkan lahan mereka yang terbatas, sementara lahan pertanian mereka harus dimanfaatkan agar dapat memberikan keuntungan yang optimal, baik secara finansial maupun sosial.

Komoditi yang akan ditinjau dalam masalah diatas untuk penelitian ini adalah komoditi padi sebagai tanaman yang mempunyai kecenderungan di tanam di dataran rendah dan vanili sebagai tanaman dataran tinggi. Sebagai tanaman yang pada umumnya ditanam di dataran rendah, komoditi ini akan rentan terhadap adanya kenaikan permukaan laut yang diakibatkan oleh buruknya tata ruang, daerah resapan air dan juga buruknya sistem irigasi yang telah memicu banjir termasuk di daerah sawah. Keadaan ini akan membuat lahan dataran rendah yang potensial semakin berkurang, sehingga mengakibatkan adanya pengalihan tempat tanam yang dilakukan petani padi yang biasanya menanam padi di dataran rendah menjadi cenderung menanam di dataran tinggi. Hal tersebut akan menyebabkan tanaman dataran tinggi dalam hal ini vanili akan terdesak

Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah yang memiliki tren pertanian dengan dua komoditas padi dan vanili. Komoditi padi merupakan tanaman pokok bagi masyarakat Kabupaten Tasikmalaya, sehingga tanaman ini tetap dipertahankan karena selain dijual, dapat juga mereka gunakan untuk pemenuhan kebutuhan pokok mereka sehari-hari (subsisten). Dilain hal, komoditi vanili tetap dipertahankan para petani atas dasar spekulasi mereka sendiri yang masih berkeyakinan bahwa harga vanili yang fluktuatif sewaktu-waktu dapat kembali tinggi.

Adanya pemanasan global tampaknya sudah mulai berpengaruh di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, diperkirakan telah terjadi persaingan lahan antara komoditi padi dan vanili. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan produktivitas serta penggunaan lahan dari salah satu komoditi, yaitu padi sementara pada komoditi vanili cenderung menurun, seperti yang terlihat pada Tabel 5. Oleh karena itu, wilayah ini dipilih sebagai daerah penelitian karena dengan adanya persaingan penggunaan lahan tersebut semakin lama akan semakin membuat petani kesulitan dalam menentukan komoditi yang akan ditanam diantara kedua komoditi tersebut sehingga perlu perlu dianalisis komoditi mana yang lebih menguntungkan para petani baik secara finansial maupun lingkungan.

Tabel 5. Rekapitulasi Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Padi dan Vanili Rakyat Kabupaten Tasikmalaya Menurut Keadaan Tanaman Tahun 2002- 2006

Produksi Tahun

Produktivitas

Luas Areal (Ha)

(Kw/ha)

(Ton)

Padi Vanili Padi Vanili Padi Vanili 2002 115.851 93 46,02 7,10 533.167 66 2003 114.410 93 44,48 7,10 508.872 66 2004 127.463 65 47,87 15,54 610.178 101 2005 131.526 131 50,65 21,45 666.152 281 2006 109.031 151 54,23 9,74 591.241 147

Sumber : 1. Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya, 2007

2. Dinas Perkebunan Jawa Barat 8

Analisis yang dilakukan untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dari kedua komoditi tersebut adalah analisis pendapatan usahatani yang digunakan untuk menghitung tingkat pendapatan yang diperoleh para petani padi serta analisis kelayakan usahatani yang digunakan untuk menghitung tingkat kelayakan dari usahatani tersebut. Alat analisis yang digunakan berbeda antara komoditi padi dan vanili dikarenakan ada perbedaan jangka waktu dalam kemampuan produktivitasnya. Padi sebagai tanaman dengan umur panen lebih pendek dari vanili, sedangkan vanili mempunyai umur panen yang jauh lebih lama dari padi sehingga vanili dikatakan sebagai tanaman investasi.

Hasil dari analisis diharapkan dapat dijadikan rekomendasi bagi pihak-pihak terkait terutama para petani itu sendiri sehingga dapat membantu mereka dalam menentukan komoditi yang akan mereka tanam agar mereka dapat mengusahakan lahan pertanian mereka secara efisien karena lahan yang mereka punya cenderung berskala kecil. Selain itu, pertimbangan lain yang harus diperhatikan terkait dengan lingkungan. Oleh karena itu, analisis perlu dilakukan untuk mengetahui komoditi yang memberikan keuntungan yang lebih besar bagi para petani di Kabupaten Tasikmalaya ditinjau dari aspek finansial maupun lingkungan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan finansial maupun sosial para petani itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pendapatan usahatani dari komoditi padi dan kelayakan finansial usahatani vanili di Kabupaten Tasikmalaya?

2. Bagaimana perbandingan keuntungan usahatani padi dan usahatani vanili dilihat dari aspek finansial dan lingkungan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Menganalisis pendapatan usahatani padi dan kelayakan finansial usahatani vanili di Kabupaten Tasikmalaya.

2. Membandingkan keuntungan usahatani padi dan usahatani vanili di Kabupaten Tasikmalaya dilihat dari aspek finansial dan lingkungan.

1.4. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai :

1. Salah satu pertimbangan bagi pemerintah dalam mengevaluasi kebijakan pada komoditi vanili dan padi

2. Masukan bagi para petani dalam mengambil keputusan.

3. Wacana bagi masyarakat serta dapat menjadi sumber literatur bagi siapapun yang akan melakukan penelitian lebih lanjut.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian hanya dilakukan pada satu desa sehingga memiliki batasan hanya menganalisis pendapatan usahatani padi dan kelayakan usahatani vanili di satu desa saja

2. Aspek lingkungan dianalisis tidak secara mendalam, hanya gambaran deskriptif mengenai dampak lingkungan secara sederhana baik itu aspek lingkungan pada usahatani padi maupun pada usahatani vanili.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Vanili dan Budidaya Vanili Vanili (Vanila planifolia andreas)

Tanaman vanili termasuk famili orchidaceae (angrek-anggrekan), yang merupakan famili terbesar dalam tanaman bunga. Vanili mempunyai 700 genus dan 20.000 spesies (Purseglove et al,1981). Dari sekian banyak jenis, jenis yang mempunyai nilai ekonomi yaitu vanilla planifoka, v. pompana, dan v. tahinensis. diantara ketiga tersebut, v. planifoka atau dikenal pula dengan v. fragnans salisha. Mempunyai produksi yang lebih tinggi dan lebih bermutu karena kadar vanili yang lebih tinggi. V. planifola juga paling banyak dijumpai di Indonesia (Hadisutrisno, 2005). Kedudukan tanaman ini dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi

: Spermatophyta Kelas

: Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Famili

: Orchydaceae Genus

: Vanilla Species : Vanili sp Tanaman vanili berbunga setelah 2 tahun, mulai berbuah setelah 3 tahun dan mencapai hasil maksimal dalam 10-12 tahun (Health dan Reinecaus, 1986). Buah vanili berbentuk kapsul (polong), bersudut tiga, bertangkai pendek, panjang 10-25 cm, diameter 5-15 mm, dan permukaan licin. Buah vanili akan cukup masak dalam waktu 8-9 bulan : Vanilla Species : Vanili sp Tanaman vanili berbunga setelah 2 tahun, mulai berbuah setelah 3 tahun dan mencapai hasil maksimal dalam 10-12 tahun (Health dan Reinecaus, 1986). Buah vanili berbentuk kapsul (polong), bersudut tiga, bertangkai pendek, panjang 10-25 cm, diameter 5-15 mm, dan permukaan licin. Buah vanili akan cukup masak dalam waktu 8-9 bulan

Budidaya Vanili

Keadaan iklim yang diperlukan oleh tanaman vanili adalah suhu udara 25-38ºC, kelembaban udara sekitar 80 persen dan intensitas hujan berulang – ulang tetapi tidak banyak. Keasaman (pH) tanah yang dikehendaki 6 – 7 dengan keadaan drainase yang baik. Di wilayah Indonesia dengan curah hujan antara 2000 – 3000 mm per tahun pada ketinggian 350 – 800 mdpl, tanaman vanili akan bisa tumbuh dan berproduksi dengan baik.

Dalam menanam tanaman vanili yang perlu diperhatikan yaitu keadaan iklim, tipe tanah dan kesuburan tanah. Lahan datar yang memungkinkan air tergenang di sekitar perakaran vanili, dan lahan yang terlalu curam kurang baik untuk vanili. Perakaran vanili relatif dangkal, karena itu sebaiknya vanili ditanam di lahan yang lapisan humusnya tebal. Di lahan dengan kandungan humus tinggi, perkembangan akarnya 85 persen lebih baik daripada bila ditanam di daerah biasa dan mengakibatkan pertumbuhan batang barunya lebih baik.

Tanaman vanili memerlukan tanah yang gembur, ringan, porous, sehingga mudah ditembus oleh akar. Unsur mineral dalam tanah dengan jumlah yang cukup dan imbangan yang sesuai sangat diperlukan oleh tanaman vanili. Tanaman vanili sangat memerlukan unsur Kalium (K) dan kalsium (Ca), karena unsur ini memegang peranan penting terhadap pertumbuhan tanaman vanili, dengan ditemukannya kedua unsur ini pada bagian vegetatifnya.

Sebelum vanili ditanam perlu disiapkan tanaman penegak atau pelindung terlebih dahulu. Penanaman tanaman penegak atau pelindung ini dilakukan 6 – 12 bulan sebelum stek vanili ditanam karena tanaman penegak berfungsi sebagai penunjang (panjatan) dan juga sebagai naungan. Tanaman penegak atau pelindung memiliki lingkar batang yang tidak besar, kuat sebagai penyangga, mudah diperbanyak dengan stek, tidak mengalami pengguguran daun, daunnya relatif kecil, dan pertumbuhannya cepat. Percabangannya hendaknya diatur pada ketinggian 1,5 – 2 m, sehingga sulur vanili mudah menggantung, dan mudah dicapai oleh pekerja pada waktu mengawinkan bunga.

Jarak tanam yang digunakan untuk tanaman penegak atau pelindung adalah 1,5 × 1,25 m × 2 × 1 m (jarak 1,5 m dan 2 m adalah jarak antar barisan). Banyaknya naungan yang diperlukan tergantung pada tinggi tempat/lokasi penanaman dari permukaan laut. Semakin tinggi tempat maka akan semakin sedikit diperlukan naungan. Jenis tanaman yang baik untuk digunakan sebagai penegak atau pelindung adalah tanaman leguminosa (bunga kupu – kupu), karena tanaman tersebut dapat memperbaiki kesuburan tanah melaui peningkatan N dari udara. Tanaman penegak atau pelindung sebaiknya dijaga agar pada ketinggian 1,5 × 2 m sudah bercabang.

2.2. Padi dan Budidaya Padi Padi (Oryza sativa L.)

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno ini berasal dari dua benua, yaitu asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zheziang (China) sudah dimulai pada 3000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesa India

Batang padi berbuku dan berongga, dari buku batang ini tumbuh anakan dan daun, bunga atau malai muncul dari buku terakhir pada tiap anakan . Akar padi adalah akar serabut yang sangat efektif dalam penyerapan hara, tetapi peka terhadap kekeringan. Akar padi terkonsentrasi pada kedalaman antara 10-20 cm.

Budidaya Padi

1. Padi Sawah

Ciri khusus padi sawah adalah adanya penggenangan selama pertumbuhan tanaman. Budidaya padi sawah dilakukan pada tanah yang berstruktur lumpur. Oleh sebab itu, tanah yang ideal untuk sawah harus memiliki kandungan liat minimal 20 persen. Waktu pengolahan tanah yang baik tidak kurang dari 4 minggu sebelum penanaman. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan, garu, dan perataan. Sebelum diolah lahan digenangi air terlebih dahulu sekitar 7 hari. Kemudian untuk benih disarankan menggunakan benih bersertifikat atau berlabel biru dan pada setiap musim tanam perlu adanya pergiliran varietas benih yang digunakan memperhatikan ketahanan terhadap serangan wereng dan tungro.

2. Padi Gogo

Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering, sumber air seluruhnya tergantung pada curah hujan. Oleh karena itu, untuk pertumbuhan yang baik, tanaman padi gogo membutuhkan curah hujan lebih dari 200 mm per bulan selama tidak kurang dari 3 bulan. Lahan kering yang digunakan untuk padi gogo di Indonesia umumnya adalah lahan marjinal yang sebenarnya kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman. Pemberian bahan organik pada lahan kering sebanyak 2-20 ton per ha sangat disarankan Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering, sumber air seluruhnya tergantung pada curah hujan. Oleh karena itu, untuk pertumbuhan yang baik, tanaman padi gogo membutuhkan curah hujan lebih dari 200 mm per bulan selama tidak kurang dari 3 bulan. Lahan kering yang digunakan untuk padi gogo di Indonesia umumnya adalah lahan marjinal yang sebenarnya kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman. Pemberian bahan organik pada lahan kering sebanyak 2-20 ton per ha sangat disarankan

Kebutuhan benih untuk padi gogo lebih banyak daripada padi sawah, yaitu sekitar

50 kg per ha. Hal ini disebabkan karena persentase pertumbuhan padi gogo lebih kecil. Meskipun demikian, padi gogo memiliki kalebihan yaitu tidak perlu disemai terlebih dahulu, benih dapat langsung ditanam dalam lubang atau diperlakukan seperti pada padi sawah.

2.3. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

2.3.1 Penelitian Usahatani

Penelitian mengenai pendapatan usahatani padi hibrida telah dilakukan oleh Basuki (2008). Kesimpulan yang dapat diperoleh dari analisis diatas yaitu usahatani padi hibrida yang dilaksanakan oleh petani padi, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat pada musim rendeng 2006/2007 memberikan pendapatan yang lebih kecil dari usahatani padi hibrida pada waktu dan tempat yang sama. Pendapatan atas biaya yang dibayarkan usahatani padi inbrida dan padi hibrida adalah Rp 6.152.080,57 dan Rp 4.384.536,55. R/C usahatani padi inbrida lebih besar dari R/C usahatani padi hibrida menandakan bahwa usahatani padi inbrida lebih efisien daripada usahatani padi hibrida. R/C atas biaya tunai pada usahatani inbrida adalah 2,10 dan R/C atas biaya tunai pada usahatani padi hibrida adalah 1,62.

Selain menganalisis efisiensi usahatani padi hibrida, Basuki juga menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi benih padi hibrida. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada empat variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penerapan Selain menganalisis efisiensi usahatani padi hibrida, Basuki juga menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi benih padi hibrida. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada empat variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penerapan

Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani padi sawah juga dilakukan oleh Tiku (2008) dengan membedakan sistem usahatani padi menjadi dua yaitu sistem mina padi dan non mina padi. Pendapatan usahatani padi sawah dengan metode minapadi di Desa Tapos I dan Tapos II secara umum hampir sama dengan sistem mina Padi di daerah lain, terutama di Jawa Barat, namun usahatani mina padi didaerah lain ini masih tergolong ke mina padi pembibitan karena usahatani mina padi ini cenderung dijadikan bibit bagi usaha perikanan lain di daerah penelitian. Jika irigasi tersedia melimpah, maka petani mengusahakan padi sawah minimal satu kali penanaman dalam setahun, selain menurut petani untuk kebutuhan konsumsi dan dinilai menguntungkan. Hal tersebut dapat menjaga keseimbangan dan kesuburan tanah dan jika air bukan hanya melimpah, namun stabil ketersediaannya. Maka petani akan berusaha memelihara ikan di sawah.

Hasil analisis pendapatan usahatani dapat diketahui bahwa pada sistem mina padi pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya tidak tunainya lebih besar dari sistem non mina padi jika tidak terserang penyakit, sedangkan jika terserang penyakit yang terjadi justru sebaliknya. Dari hasil analisis dengan rata-rata lahan yang sama, sistem mina padi menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari sistem non mina padi. Pada saat tidak terserang penyakit, nilai R/C petani sistem mina padi atas biaya tunai dan biaya tidak tunai 3,64 dan 2,12 lebih besar dari nilai R/C sistem non mina padi atas biaya tunai dan tidak tunai yakni 3,19 dan 1,98. Namun, pada saat terserang penyakit nilai R/C atas Hasil analisis pendapatan usahatani dapat diketahui bahwa pada sistem mina padi pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya tidak tunainya lebih besar dari sistem non mina padi jika tidak terserang penyakit, sedangkan jika terserang penyakit yang terjadi justru sebaliknya. Dari hasil analisis dengan rata-rata lahan yang sama, sistem mina padi menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari sistem non mina padi. Pada saat tidak terserang penyakit, nilai R/C petani sistem mina padi atas biaya tunai dan biaya tidak tunai 3,64 dan 2,12 lebih besar dari nilai R/C sistem non mina padi atas biaya tunai dan tidak tunai yakni 3,19 dan 1,98. Namun, pada saat terserang penyakit nilai R/C atas

Penelitian mengenai usahatani vanili telah dilakukan oleh Salim (1993) dan menyatakan bahwa pendapatan dari usahatani vanili memang besar tetapi biaya yang diperlukan sebelum tanaman vanili berproduksi juga cukup besar. karena itu petani vanili pemula, diperlukan bantuan pembiayaan dari lembaga keuangan seperti Bank berupa kredit, untuk mengatasi permodalan awal

2.3.2. Penelitian Analisis Kelayakan Usahatani

Studi kelayakan finansial dan pemasaran komoditi lada telah dilakukan oleh Wuriyanto (2002) dengan menggunakan metode studi kasus dengan melakukan metode

survei dan observasi langsung. Data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis keragaan usahatani lada dan aspek pemasaran lada. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui kelayakan usahatani lada dengan menggunakan kriteria NPV, Payback Period, Net B/C dan IRR, serta mengetahui keragaan pasar lada dengan menghitung marjin pemasaran dengan tingkat keterpaduan pasar menggunakan metode autoregresi. Hasil analisis kelayakan finansial menggunakan menunjukkan usahatani lada layak diusahakan pada tingkat diskonto 16 dan 18 persen. Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan survei dan observasi langsung. Data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis keragaan usahatani lada dan aspek pemasaran lada. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui kelayakan usahatani lada dengan menggunakan kriteria NPV, Payback Period, Net B/C dan IRR, serta mengetahui keragaan pasar lada dengan menghitung marjin pemasaran dengan tingkat keterpaduan pasar menggunakan metode autoregresi. Hasil analisis kelayakan finansial menggunakan menunjukkan usahatani lada layak diusahakan pada tingkat diskonto 16 dan 18 persen. Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan

Aisyah (2002) menganalisis kelayakan usaha florist di pusat promosi dan pemasaran bunga/tanaman hias. Analisis switching value dilakukan untuk melihat sejauh mana perubahan yang terjadi dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek untuk usaha florist skala besar (lima unit florist), pada penurunan harga output 25 persen, dan kenaikan harga input 35 persen. Aspek finansial untuk usaha florist skala besar layak dan menguntungkan untuk dijalankan, sedangkan usaha florist kecil tidak. Analisis sensitivitas menunjukkan usaha florist skala besar sangat sensitif terhadap perubahan harga output dan input.

Pada tahun 2003, Apriyadi melakukan penelitian tentang analisis kelayakan usaha dan nilai tambah pengolahan ikan pada industri kerupuk udang/ikan di Indramayu. Sistem produksi yang digunakan bukan berdasarkan skala ekonomi namun berdasarkan focused facilities , yang membuat kapasitas pabrik tidak digunakan seluruhnya. Total penerimaan produsen yang berproduksi dalam skala kecil pada industri ini adalah Rp 871.983.150 dengan total output yang dijual sebesar 113.900 Kg sehingga keuntungannya sebesar Rp108.623.250. Penerimaan produsen yang berproduksi pada skala besar adalah Rp 2.982.292.300 dengan total output sebesar 382.600 Kg. Nilai tambah pada produsen yang berproduksi pada skala kecil adalah Rp 5.055 dicapai pada

Produsen yang berproduksi dengan skala besar, nilai tambah ini diperoleh pada tingkat 21,21 persen dari total inputnya dan keuntungan perusahaan sebesar 71,95 persen. Hasil analisis terhadap nilai tambah ini menyimpulkan bahwa dengan semakin besar nilai tambah yang diperoleh dan semakin efisien produsen dalam usaha.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena penelitian ini berusaha menganalisis antara dua komoditi yaitu komoditi vanili dan komoditi padi dengan melihat besar pendapatan yang diperoleh dari masing-masing komoditi serta mengidentifikasi kelayakan usaha dari masing-masing komoditi menggunakan analisis pendapatan usahatani untuk komoditi padi dan analisis kelayakan usaha untuk komoditi vanili dalam rangka peningkatan kesejateraan petani dengan introduksi aspek lingkungan sebagai pertimbangan bagi para petani dan pihak terkait. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan untuk mengembangkan Kabupaten Tasikmalaya sebagai kabupaten dengan tingkat kesejahteraan tinggi di Jawa Barat.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Pendapatan Usahatani

Soehardjo dan Patong (1973) mengemukakan definisi dari pendapatan adalah Soehardjo dan Patong (1973) mengemukakan definisi dari pendapatan adalah

3.1.2. Konsep Usahatani