Faktor Eksternal
7.1.1 Faktor Eksternal
7.1.1.1 Peluang
1) Meningkatnya permintaan komoditi berbahan baku CPO dan turunannya
di pasar nasional dan internasional. Perkembangan kebutuhan masyarakat lokal dan internasional akan bahan bakar nabati akan semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk dunia. Menurut Sumber Pusat Penelitian Kelapa Sawit dan Ditjen Perkebunan besarnya produksi CPO akan meningkat dari tahun 2008 hingga tahun 2025. Pada tahun 2008 besarnya produksi CPO sebesar 17,8 juta ton dengan jumlah ekspor mencapai 13,08 juta ton, sedangkan untuk konsumsi dalam negeri mencapai 4,22 juta ton.
Tabel 21 Ramalan Produksi, Ekspor dan Konsumsi Dalam Negeri Tahun
2008-2025 ( 000 Ton)
Konsumsi D.Negeri
Sumber : Direkorat Perkebunan dan PPKS, 2007
2) Perundang-undangan serta peraturan untuk CPO baik skala nasional dan
internasional. Dengan diberlakukannya peraturan yang bertaraf nasional (SNI) sehingga
produk CPO mempunyai kualitas dan standar yang baik. Konsumen atau industri hilir khususnya dari luar negeri pengguna komoditi CPO selain memperhatikan standar nasional juga memperhatikan persyaratan RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) yaitu sistem perkebunan kelapa produk CPO mempunyai kualitas dan standar yang baik. Konsumen atau industri hilir khususnya dari luar negeri pengguna komoditi CPO selain memperhatikan standar nasional juga memperhatikan persyaratan RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) yaitu sistem perkebunan kelapa
3) Perkembangan harga CPO yang cenderung meningkat dan peningkatan
konsumsi produk berbahan baku CPO. Harga CPO yang cenderung meningkat di pasaran internasional menyebabkan banyaknya ekspor produsen keluar negeri. Naiknya harga CPO didorong oleh kebutuhan industri akan komoditi ini semakin meningkat sedangkan produksi komoditi subtitusi kelapa sawit seperti kedelai dan bunga matahari terbatas akibat adanya bencana alam. Tingginya permintaan CPO untuk diolah lebih lanjut menjadi produk hilir salah satunya produk minyak goreng akan semakin meningkatkan permintaan CPO di pasar nasional dan internasional. Hal ini mejadi peluang bagi produsen CPO dan produsen hilir CPO.
4) Perkembangan teknologi produksi dan informasi.
Pemanfaatan teknologi dan informasi untuk pengembangan CPO sangat penting guna meningkatkan dayasaing. Teknologi menghasilkan produksi CPO dengan ketersediaan alat pengolahan TBS (tandan Buah Sawit) yang semakin meningkat dimana pabrik pengolahan TBS yang dapat mengolah 30-40 TBSjam dapat ditingkatkan menjadi 60 TBSjam.
Arus informasi melalui media sarana elektronik dan media cetak akan membantu para produsen mengetahui perkembangan kegiatan dan keadaan perkelapasawitan nasional dan internasional.
5) Ketertarikan investor dalam dan luar negeri terhadap industri CPO.
Peluang pengembangan CPO di Indonesia masih terbuka lebar karena masih tersedianya lahan pengembangan perkebunan kelapa sawit. Masih banyaknya lahan yang luas sehingga akan menarik para investor menanamkan modalnya untuk memperoleh keuntungan, selain itu ketertarikan investor juga dikarenakan untuk memasok kebutuhan pabrik yang dimilikinya dengan bahan baku CPO.
7.1.1.2 Ancaman
1) Stabilitas politik, keamanan, dan pemerintahan nasional dan kebijakan
pemerintah. Kondisi keamanan negara dan politik yang kondusif akan mempengaruhi minat investor menanamkan modalnya didalam negeri. Kurang pastinya keamanan dan politik nasional, menyebabkan konflik sosial di masyarakat masih terjadi. Selain itu kebijkan pemerintah yang tidak berpihak kepada investor dengan dikeluarkanya kebijakan pemerintah akan menyebabkan ancaman bagi keberlanjutan investasi perkebunan kelapa sawit.
2) Tingkat inflasi dan suku bunga yang berlaku.
Naiknya harga barang dan pangan dunia saat ini diakibatkan oleh inflasi yang tinggi sehingga menyebabkan daya beli masyarakat akan menurun. Besarnya inflasi dalam negeri dan luar negeri akan mempengaruhi jumlah Naiknya harga barang dan pangan dunia saat ini diakibatkan oleh inflasi yang tinggi sehingga menyebabkan daya beli masyarakat akan menurun. Besarnya inflasi dalam negeri dan luar negeri akan mempengaruhi jumlah
3) Perkembangan bisnis berbahan baku non kelapa sawit.
Banyaknya energi alternatif yang dikembangkan saat ini merupakan dampak dari kemajuan teknologi dan informasi. Salah satu produk berbahan baku selain CPO untuk sumber energi adalah jagung, ubi yang digunakan sebagai bioetanol. Dengan banyaknya energi alternatif akan menyebabkan konsumen akan mencari produk yang berkualitas baik dan ramah lingkungan. Hal ini merupakan ancaman bagi keberlangsungan perkebunan kelapa sawit apabila tidak mampu meningkatkan dayasaingnya.
4) Penerapan pajak ekspor.
Pemerintah mempunyai peranan untuk mencukupi kebutuhan rakyat untuk kehidupannya. Penyediaan kebutuhan makanan yang murah serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat adalah tuntutan masyarakat. Salah satu kebutuhan masyarakat untuk sembilan bahan pokok adalah minyak goreng. Minyak goreng merupakan produk turunan dari CPO yang telah diolah lebih lanjut. Mahalnya harga CPO akibat dari kurs dollar yang tinggi serta kebutuhan dunia internasional akan minyak nabati yang besar sehingga menyebabkan banyak produsen mengekspor CPO keluar negeri.
Untuk mengatasi permasalahan ini pemerintah dengan kekuasaan yang dimikinya menerapkan pajak ekspor sebesar 6,5 persen, sehingga membuat keuntungan dan penerimaan produsen CPO menurun.
5) Biaya pupuk dan pestisida yang tinggi.
Perkembangan harga input perkebunan kelapa sawit seperti pupuk dan pestisida yang tinggi akibat saluran distribusi yang tidak merata dan dicabutnya subsidi kepada perkebunan kelapa sawit menyebabkan ancaman terhadap perkebunan kelapa sawit. Tingginya harga input akan memberatkan para pengusahaan kelapa sawit karena akan menambah biaya dan mengurangi penerimaan.
6) Persaingan dengan Negara Malaysia.
Negara Malaysia merupakan negara pesaing untuk ekspor komoditi CPO di pasar internasional. Banyaknya ekspansi perusahaan-perusahaan dari Malaysia untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Indonesia akan menyebabkan mengalirnya minyak CPO Indonesia ke Negara Malaysia untk diolah lebih lanjut. Semakin banyaknya CPO yang mengalir ke Malaysia maka akan menguntungkan Malaysia karena CPO akan diolah menjadi produk yang mempunyai nilai tambah
7) Isu terselubung (black campaign) terhadap produk CPO Indonesia akibat
dari pembukaan lahan yang menyebabkan global warming. Kebutuhan industri akan minyak nabati sebagai bahan pangan dan non pangan akan semakin meningkat. Pertumbuhan konsumsi CPO di pasar
internasional yang tinggi menyebabkan Indonesia akan memenuhi permintaan pasar dengan menambah luasan penanaman perkebunan.
Perluasan perkebunan mendapat reaksi keras dari Negara di Eropa karena dapat merusak keanekaragaman hayati dan menyebabkan pemanasan gobal.