Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia

5.1 Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia

  Peluang untuk pengembangan agribisnis kelapa sawit masih cukup terbuka bagi Indonesia, terutama karena ketersediaan sumber daya lahan, tenaga kerja, teknologi dan para ahli. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditas minyak sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia sebagai bahan bakar alternatif (biofuel) pengganti bahan bakar minyak bumi telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Perkembangan perkebunan kelapa sawit Indonesia dari tahun 1967 sampai dengan 2007 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1967 luas areal perkebunan kelapa sawit hanya sebesar 105.808 hektar dengan produksi Crude Palm Oil (CPO) sebesar 197.669 ton dan mengalami peningkatan luasan areal signifikan memasuki tahun 1990 dengan luasan sebesar 1,12 juta hektar dan mampu menghasilkan CPO sebesar 2,41 juta ton. Pada tahun 2007 produksi CPO Indonesia telah mencapai 17,37 juta ton dengan luasan areal perkebunan sebesar 6,61 juta hektar. Untuk saat ini kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mampu memberikan kontribusi nyata terhadap pendapatan negara dan pendapatan masyarakat petani kelapa sawit serta mampu mengurangi tingkat pengganguran di Indonesia.

5.1.1 Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Menurut Pengusahaan

  Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia senantiasa mengalami peningkatan setiap tahunnya. Besarnya peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia diakibatkan karena meningkatnya permintaan masyarakat domestik dan internasional terhadap kelapa sawit baik sebagai bahan baku dari bahan pangan, minyak goreng dan sebagai bahan bakar nabati (biofuel). Pada tahun 1994 luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia sebesar 1,80 juta hektar, pada tahun 2007 luasan areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan menjadi sebesar 6,61 juta hektar dengan kepemilikan lahan terluas dimiliki oleh perkebunan rakyat mencapai 3,56 juta hektar. Luasan perkebunan akan terus bertambah seiring dengan kebutuhan konsumen akan kelapa sawit khususnya turunannya seperti Fatti Acid, Glyserin, Steame Acid dan Fatti Alkohol.

  Pengelolaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini masih didominasi oleh pihak swasta dikarenakan modal investasi yang dimilikinya besar sehingga mampu mengembangkan potensi perkebunan kelapa sawit yang dimilikinya (lebih dari 45 persen perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah

  milik investor dari Malaysia) 8 . Pada saat ini bukan hanya perusahaan swasta dalam negeri yang menginvestasikan modalnya untuk mengusahakan kelapa sawit

  akan tetapi pihak swasta asing juga berminat untuk menginvestasikan dana yang

  8 http:sawitwatch.or.idindex.php?option=com_contenttask=viewid=12Itemid=26E28C A9=en.Realitas Kebijakan dan Perizinan Usaha Perkebunan Pembelajaran dari sektor

  Perkebunan Skala Besar. Diakses tanggal 15 Maret 2008.

  dimilikinya. Potensi kelapa sawit sebagai penghasil minyak nabati dengan harga yang cenderung mengalami peningkatan dipasar internasional menyebabkan banyak pihak yang berminat untuk mengusahakan komoditas ini.

  Perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh rakyat pada tahun 2009 diperkirakan akan meningkat melebihi luasan perkebunan swasta dengan luas perkebunan rakyat menjadi sebesar 3,30 juta hektar. Kerjasama antara pihak swasta, pemerintah dengan masyarakat lewat PIR (Pengelolaan Inti Rakyat) dimana perusahaan sebagai inti mengikutsertakan masyarakat sebagai plasma dalam pengelolaan perkebunaan kelapa sawit menyebabkan bertambahnya luasan areal pengelolaan kelapa sawit di Indonesia.

  Tabel 5 Luasan Areal Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1994 –

  Luas Area (Ha)

  Tahun Perkebunan

  Rakyat (PR) Negara (PBN) Swasta (PBS)

  Sumber : Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007 Keterangan : () Angka Sementara

  () Angka Estimasi

5.1.2 Produksi dan Produktivitas Minyak Kelapa Sawit Indonesia

  Produksi minyak kelapa sawit di Indonesia dari tahun 2004 hingga tahun 2007 mengalami peningkatan yang signifikan. Besarnya produksi minyak sawit dikarenakan para pengusaha kelapa sawit melakukan peningkatan terhadap luas areal penanaman (Tabel 6). Produksi minyak sawit Indonesia hingga tahun 2007 sebesar 17,37 juta ton dengan kontribusi terbesar oleh perkebunan milik swasta sebesar 9,25 juta ton.

  Produksi CPO yang diusahakan oleh negara mempunyai kontribusi yang paling rendah dengan luasan areal 687.847 hektar pada tahun 2007. Perkebunan negara selain mengusahakan tanaman perkebunan dengan komoditas kelapa sawit

  lewat perusahaan perkebunan nasional (PTPN), juga mengusahakan tanaman perkebunan lainnya seperti teh dan karet. Investasi yang besar untuk mengembangkan komoditas perkebunan merupakan satu kendala, disamping itu kondisi alam (jenis tanah, curah hujan, ketinggian tempat) juga menyebabkan tidak disemua tempat kelapa sawit dapat dikembangkan.

  Produktivitas CPO jika dilihat dari tahun 1999 sampai dengan 2007 menurut pengusahaan, perkebunan rakyat mempunyai produktivitas 1,66 ton perhektar, sedangkan perkebunan negara mempunyai produktivitas 3,04 ton per hektar dan perkebunan swasta sebesar 1,95 ton perhektar. Dengan demikian rata- rata produktivitas kelapa sawit Indonesia adalah sebesar 2,04 ton perhektar. Berdasarkan rata-rata produktivitas dengan rentang waktu tahun 1994 sampai tahun 2007, dapat disimpulkan perkebunan milik negara mempunyai produktivitas tertinggi selanjutnya perkebunan swasta lalu perkebunan rakyat dengan Produktivitas CPO jika dilihat dari tahun 1999 sampai dengan 2007 menurut pengusahaan, perkebunan rakyat mempunyai produktivitas 1,66 ton perhektar, sedangkan perkebunan negara mempunyai produktivitas 3,04 ton per hektar dan perkebunan swasta sebesar 1,95 ton perhektar. Dengan demikian rata- rata produktivitas kelapa sawit Indonesia adalah sebesar 2,04 ton perhektar. Berdasarkan rata-rata produktivitas dengan rentang waktu tahun 1994 sampai tahun 2007, dapat disimpulkan perkebunan milik negara mempunyai produktivitas tertinggi selanjutnya perkebunan swasta lalu perkebunan rakyat dengan

  Tabel 6 Produksi dan Produktivitas CPO di Indonesia Tahun 1994 – 2007

  Tahun

  Produksi (Ton)

  Produktivitas (TonHa)

  P.Rakyat P.Negara P.Swasta Jumlah PR PN PS Rata

  Rata- rata

  Sumber

  : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007

  Keterangan

  : () Angka Sementara

5.1.3 Luas Areal dan Produksi Menurut Provinsi

  Pengusahaan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2007 tersebar di 22 provinsi di Indonesia dengan 11 provinsi yang tidak mengusahakan dari total 33 provinsi. Provinsi yang tidak mengusahakan kelapa sawit antara lain adalah DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku dan Maluku Utara. Areal perkebunan kelapa sawit terbesar terletak di Riau dengan luasan sebesar 1,54 juta hektar, dengan kepemilikan lahan terluas dimiliki oleh perkebunan rakyat seluas 749.379 hektar dan mampu memproduksi 4,68 juta ton tandan buah segar pada tahun 2007. Selain Riau, provinsi Sumatera Utara mempunyai luasan perkebunan sawit terbesar kedua dengan luasan areal penanaman sebesar 970.603 hektar, dan mampu memproduksi 3,20 juta ton kelapa sawit. Perluasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia akan direncanakan dilakukan pada beberapa daerah antara lain provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Jambi, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Banten, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Papua, dan Irian Jaya Barat.

5.1.4 Penyerapan Tenaga Kerja

  Perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya baik dari sisi luasan, produksi dan penyerapan tenaga kerja. Sampai tahun 2006 perkebunan kelapa sawit Indonesia mampu menyerap tenaga kerja sebanyak lebih dari tiga juta tenaga kerja, dan ini belum termasuk dalam sub sistem lainnya seperti pembibitan sampai industri hilir.

  Penyerapan tenaga kerja untuk perkebunan dapat membatu pemerintah mengurangi tingkat pengganguran. Penyerapan tenaga kerja terbesar dari perkebunan kelapa sawit diusahakan oleh perkebunan swasta. Tenaga kerja yang bekerja untuk perkebunan swasta sebanyak 1.371.000 dengan besarnya tingkat pertumbuhan sebesar 15,4 persen, di perkebunan rakyat tenaga kerja yang bekerja sebanyak 1.318.000 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 25,9 persen, sedangkan perkebunan negara hingga tahun 2006 hanya mampu menyerap jumlah tenaga kerja 349.000 dengan tingkat pertumbuhan sebesar lima persen. Hingga tahun 2006 besarnya tenaga kerja yang mampu diserap dari sub sektor perkebunan sawit adalah 3.038.000 tenaga kerja dengan pertumbuhan sebesar 12,6 persen pertahun.

  Tabel 7 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Perkebunan Kelapa Sawit

  Tahun 1980 – 2006

  Tenaga Kerja

  Tahun Perkebunan Perkebunan

  Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007

5.1.5 Unit Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS)

  Pabrik pengolahan kelapa sawit berkembang seiring dengan pertumbuhan luas areal kelapa sawit, baik yang terpadu dengan kebun sendiri atau pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat) maupun pabrik kelapa sawit yang mempunyai kebun Pabrik pengolahan kelapa sawit berkembang seiring dengan pertumbuhan luas areal kelapa sawit, baik yang terpadu dengan kebun sendiri atau pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat) maupun pabrik kelapa sawit yang mempunyai kebun

  Dengan dukungan pengolahan pabrik yang memadai maka seluruh TBS dapat diolah dengan baik. Akan tetapi terlihat bahwa ada beberapa provinsi yang belum mempunyai pabrik pengolahan kelapa sawit sehingga menyebabkan TBS yang ada didaerah tersebut tidak dapat diolah sendiri melainkan diolah pada daerah lain yang mempunyai pabrik pengolahan yang terdekat dengan daerahnya.

  Di Indonesia pabrik pengolahan kelapa sawit terletak menyebar pada daerah - daerah perkebunan kelapa sawit. Letak pabrik pengolahan terbanyak pada daerah Sumatera yaitu terdapat 349 pabrik dengan produksi sebesar 14,09 juta ton CPO untuk tahun 2006. Provinsi Riau merupakan daerah yang mempunyai pabrik pengolahan terbanyak dengan 128 pabrik pengolahan, kerena daerah ini merupakan provinsi dengan luas lahan perkebunan terbesar di Indonesia dengan luasan sebesar 1,54 juta hektar sehingga diperlukan pabrik yang mampu mengolah seluruh buah sawit. Pembangunan pabrik di daerah lain yang belum mempunyai pabrik pengolahan kelapa sawit sangat penting karena selain dapat mengurangi biaya pengangkutan juga dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja di daerah pabrik pengolahan tersebut.