Negara Produsen Utama CPO (Crude Palm Oil) Dunia

5.7 Negara Produsen Utama CPO (Crude Palm Oil) Dunia

  Kebutuhan akan minyak nabati yang berasal dari kelapa sawit atau CPO diproduksi oleh beberapa negara, dengan produsen terbesar yaitu negara Indonesia dan Malaysia. Negara Indonesia menjadi negara produsen terbesar pada tahun 2006 dengan 16.08 juta ton CPO sedangkan Malaysia posisinya tergeser menjadi urutan kedua dengan jumlah produksi sebesar 15.88 juta ton CPO. Dengan pertumbuhan yang sangat signifikan yaitu sebesar 12,64 persen membuat negara Indonesia menjadi negara produsen terbesar produksi CPO.

  Peningkatan produksi CPO karena tambahan luasan perkebunan di Indonesia. Kebutuhan dunia akan minyak nabati dan peningkatan harga CPO dan Peningkatan produksi CPO karena tambahan luasan perkebunan di Indonesia. Kebutuhan dunia akan minyak nabati dan peningkatan harga CPO dan

  Tabel 12 Produksi CPO Dunia Menurut Negara Produsen Tahun 1993-2006

  Tahun

  Negara Produsen (000 Ton)

  Malaysia Indonesia Nigeria Thailand Colombia Lainnya Dunia

  Sumber : Oil World, 2007

5.7.1 Negara Eksportir Utama CPO Dunia

  Ekspor CPO sebagai bahan baku industri pangan, oleokimia dan biodiesel menyebabkan permintaan pasar dunia akan bahan baku nabati khususnya sawit semakin meningkat seiring dengan pertambahan kebutuhan dan konsumsi masyarakat. Negara eksportir terbesar CPO adalah negara Malaysia dan Indonesia. Dari sisi produksi negara Indonesia memang lebih unggul akan tetapi dari sisi ekspor negara Indonesia masih terhalang oleh adanya peraturan dan standar serta isu-isu negatif terhadap CPO Indonesia. Negara Colombia dan Nigeria tidak melakukan ekspor karena CPO yang dihasilkan digunakan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri.

  Negara Indonesia diramalkan pada tahun 2010 akan menjadi negara eksportir terbesar menggeser Malaysia. Dengan berbagai macam hambatan dari dalam maupun dari luar negara Indonesia sehingga saat ini membuat hasil CPO Indonesia masih dibawah Malaysia, perlu pembenahan mulai dari sisi produksi sampai dengan promosi minyak sawit yang berkelanjutan di pasar Internasional. Peningkatan ekspor CPO Indonesia di pasar internasional selain dalam bentuk CPO, para produsen juga lebih meningkatkan produksi turunan dari komoditi kelapa sawit.

  Besarnya tingkat pertumbuhan ekspor Indonesia di bandingkan dengan negara produsen lainnya lebih besar yaitu sebesar 16,51 persen. Pertumbuhan ekspor ini akibat dari penambahan dari luasan perkebunan kelapa sawit sehingga mempengaruhi besarnya produksi kelapa sawit.

  Tabel 13 Ekspor CPO Dunia Menurut Negara Eksportir Utama Tahun 1993-

  Tahun

  Negara Eksportir CPO (000 Ton)

  Malaysia Indonesia Costarica Thailand Papua.N Lainnya Dunia

  Sumber :Oil World, 2007

5.7.2 Harga CPO Dunia

  Harga minyak kelapa sawit (CPO) dunia seringkali tidak stabil atau berfluktuasi. Harga minyak goreng akan bergerak naik sampai pada puncak, kemudian akan turun kembali. Setiap siklus 10 tahunan, harga akan mengalami puncak yang diikuti dengan penurunan. Hal ini terlihat dari siklus tahun 1974,1984 dan 1994. Fenomena ini terjadi karena penggunaan minyak sawit dapat digantikan oleh minyak nabati lain; minyak kedelai, minyak biji matahari dan biji lobak. Pada saat harga minyak sawit rendah, perusahaan makanan akan menggunakan minyak sawit, sehingga harga minyak sawit akan naik. Pada saat harga dipuncak, perusahaan makanan akan mengganti minyak sawit dengan minyak nabati lain, sehingga harga akan kembali turun.

  Pada siklus tahun 1994, harga puncak terjadi pada tahun 1998, karena pada tahun tersebut terdapat bencana El Nino diikuti dengan La Nina yang menyebabkan produksi turun. Setelah harga puncak tahun 1998 turun hingga titik terendah pada tahun 2001. Sesuai dengan siklus 10 tahunan harga minyak sawit dunia mencapai titik terendah pada tahun 2001, namun kemudian mengalami peningkatan tahun 2007.

  Tabel 14 Perkembangan harga CPO (US Ton) CIF Rotterdam

  Tahun 1980-2007

  Tahun Kuwartal

  I Kuwartal II Kuwartal

  Sumber : Oil World, 2007

  Kenaikan harga CPO pada kuwartal IV tahun 2006 mencapai US 530 per ton, dan mencapai puncak pada kuwartal II tahun 2007 yaitu sebesar US 755 per ton. Pada bulan November hingga Desember terjadi penurunan harga minyak sawit yang diakibatkan terjadinya panen raya kedelai di Amerika Selatan seperti Brasil dan Argentina yang mempengauhi turunnya harga minyak nabati di pasaran internasional sehingga menekan harga minyak sawit.

  Gambar 8 Pergerakan Harga CIF CPO Tahun 1980-2007

  Berdasarkan pergerakan harga dari siklus tahun 2005 dan sejenisnya seharusnya menurun, tetapi karena adanya masukan dari beberapa faktor maka permintaan minyak nabati dunia khusunya kelapa sawit turut terpengaruh. Faktor baru yang sangat berperan saat ini adalah tingginya permintaan biofuel yang berasal dan faktor asam lemak trans. Permintaan biofuel yang tinggi disebabkan semakin tingginya harga minyak bumi, sehingga banyak negara mensubtitusi kebutuhan bahan bakar minyak dari minyak bumi ke biofuel yang berasal dari harga minyak hayati. Minyak sawit banyak diminati sebagai biofuel karena harganya relatif lebih murah dibanding minyak nabati lainnya.

  Faktor asam lemak trans juga berpengaruh terhadap perkembangan permintaan minyak sawit. Mulai tahun 2006, Amerika melalui Food and Drug Administration (FDA) mengeluarkan peraturan pencantuman asam lemak trans (trans fatty acid) pada pelabelan bahan makanan. Peraturan ini akan mempengaruhi permintaan minyak sawit di Amerika, karena minyak sawit tidak mengandung trans fat yang merugikan kesehatan manusia. Peningkatan Faktor asam lemak trans juga berpengaruh terhadap perkembangan permintaan minyak sawit. Mulai tahun 2006, Amerika melalui Food and Drug Administration (FDA) mengeluarkan peraturan pencantuman asam lemak trans (trans fatty acid) pada pelabelan bahan makanan. Peraturan ini akan mempengaruhi permintaan minyak sawit di Amerika, karena minyak sawit tidak mengandung trans fat yang merugikan kesehatan manusia. Peningkatan

  Tabel 15 Perkembangan Harga Beberapa Minyak Nabati Dunia (US Ton)

  CIF Rotterdam Tahun 1980-2007

M.Bunga

  Tahun M.Sawit M.Kedelai M.Repeseed

  Matahari M.Kelapa

  Sumber: Oil World, 2007

  Gambar 9 Perkembangan Harga Minyak Nabati Dunia

  Tahun 1980-2007