Tugas dan Kewenangan Lembaga Negara Ad hoc dalam Sistem Ketatanegaraa Indonesia.

B. Tugas dan Kewenangan Lembaga Negara Ad hoc dalam Sistem Ketatanegaraa Indonesia.

1. Gambaran Umum mengenai Susunan, Kedudukan, Fungsi, dan

Wewenang Komisi-Komisi Negara dalam Sistem Ketata- negaraan Indonesia

Analisis mengenai susunan dan kedudukan komisi negara ini digunakan teori dari Logemann yang mengemukakan beberapa persoalan menyangkut lembaga negara yaitu: (1) pengadaan lembaga-lembaga negara, dalam arti siapa yang membentuk dan mengadakan lembaga dimaksud, (2) oleh karena setiap lembaga-lembaga negara harus diduduki oleh pejabat, persoalannya adalah bagaimana mekanisme pengisian lembaga-lembaga dimaksud, melalui pemilihan, pengangkatan atau mekanisme lain, (3) apa yang menjadi tugas dan wewenangnya. Untuk mencapai tujuan negara setiap lembaga negara harus diberi tugas dan wewenang, (4) bagaimana hubungan kekuasaan antara lembaga negara

yang satu dengan yang lain. 137 Untuk itu organisasi negara dilihat sebagai organisasi jabatan.

Kalau dilihat dari segi kenegaraan, maka pelembagaan organ (alat perlengkapan negara) dimulai dari organisasi yang besar dulu, tetapi kalau dari sistematikanya maka dimulai dari organisasi negara yang terkecil yaitu jabatan. Oleh karena itu dalam peninjauan yuridis kriteria

137 Hendra Nurtjahjo, Lembaga, Badan, Dan Komisi Negara Independen (State Auxiliary Agencies)Di Indonesia, Jurnal Hukum & Pembangunan Fakultas Hukum Unversitas

Indonesia, Tahun Ke-35 No. 3 Juli-September 2005, Jakarta, hlm. 280 Indonesia, Tahun Ke-35 No. 3 Juli-September 2005, Jakarta, hlm. 280

Ada dua hal penting yang dapat dirumuskan sebagai wewenang atau tugas lembaga ialah: 138

b.) Bidang hukumnya suatu lembaga itu memiliki bidang hukum untuk bisa melaksanakan tugasnya. Bidang hukum dapat meliputi beberapa segi: (a) waktu: sejak kapan lembaga negara dalam menjalankan tugasnya; (b) orang: ditentukan mana yang termasuk dalam wewenangnya; (c) wilayah: dalam hal ini adalah kompetensi, misalnya: absolute dan relative competentie dari hakim / pengadilan.

c.) Mengenai kompetensi dari jabatan itu atau apa kompetensi dari lembaga negara. Kompetensi ini meliputi kewajiban atau hal-hal tertentu yang harusdilaksanakan oleh lembaga itu. Di samping itu perlu diketahui apa tindakan hukum yang dapat dijalankannya. Dengan demikian terdapat dua hal yang harus dirumuskan: (a) bidang hukum dan; (b) kompetensi.

Perumusan dari taakstelling ini apabila tidak jelas, maka lembaga menjadi kurang baik, karena tidak mengetahui kompetensi masing- masing.

Selanjutnya apa wewenang yang dimiliki untuk melaksanakan tugasnya tadi. Artinya mengenai wewenang apa yang dimiliki oleh suatu

138 Sri Soemantri, „Masalah Alat-alat Perlengkapan Negara‟, dalam: Padmo Wahjono, Masalah Ketatanegaraan Indonesia Dewasa Ini, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984, hlm. 91.

lembaga negara untuk melaksanakan tugasnya. Dalam meninjau wewenang ini banyak pendapat yang berbeda-beda. Sebagai contoh Parlemen tidak hanya memiliki tugas perundang-undangan, tetapi mempunyai tugas lain, tetapi yang pokok adalah tugas perundang- undangan. Untuk menjalankan tugas tersebut dia memiliki wewenang antara lain: hak inisiatif, hak bertanya, hak angket kepada pemerintah dan lain-lain. Mengenai wewenang ini beberapa sarjana kemudian berpendapat sebenarnya kalau dilihat lebih lanjut adalah mengenai cara bagaimana lembaga negara menjalankan tugasnya. Hal ini tidak termasuk dalam hukum tata negara, tetapi sudah termasuk dalam hukum administrasi negara.

Jabatan-jabatan itu satu sama lain mungkin saling berhubungan. Untuk ini diperlukan suatu unsur yang disebutkan dengan ‖hierarchie‖ dari jabatan yang maksudnya untuk mengadakan koordinasi supaya lebih efisien. Artinya diadakan suatu grouping, bahkan kalau perlu karena belum cocok, diadakan regrouping. Dalam hal ini kalau semata-mata memakai ukuran yuridis, maka hanya akan memperoleh suatu horizontale arbeidsverdeling dalam organisasi negara. Dapat terjadi suatu jabatan perumusan yuridisnya sama dengan jabatan yang lain atau sejenis, maka perlu digabungkan dengan sistematis untuk efisiensi antar lembaga digabung menjadi lembaga baru dan selanjutnya. Dengan demikian timbul hubungan

(gezagsverhouding) yang menimbulkan hierarki. Untuk penggabungan beberapa lembaga dipakai

pertingkatan

kewibawaan kewibawaan

Organisasi negara memiliki alat perlengkapan negara untuk merealisasikan tujuan dan keinginan-keinginan negara (staatswill). Alat perlengkapan negara disebut dalam ragam istilah: organ, lembaga, badan, forum, instansi, institusi tambahan (state auxiliaries), komisi-komisi negara, badan-badan independen (independent state bodies atau setf regulatory bodies), quangos (quasi-autonomous non-governmental organizations), state enterprise. Lembaga komisi atau badan di sini menunjuk kepada state auxiliary agencies yang independen di luar dari lembaga-lembaga negara utama (lembaga tinggi negara) yang tercantum tugas dan kewenangannya di dalam konstitusi. State auxiliaries ini adalah lembaga penunjang (di bawah lingkup dan membantu kerja lembaga- lembaga negara utama) dalam menjalankan fungsi-fungsi negara dan pemerintahan sebagai suatu derivative organ.

Lembaga-lembaga ini berkaitan dengan tujuan negara, fungsi negara, dan tugas-tugas pemerintahan dalam arti luas. Lembaga- lembaga, komisi-komisi, atau badan ini muncul untuk menjalankan fungsi- fungsi negara (pemerintahan) sebagai pelaksanaan lebih lanjut dari tujuan-tujuan negara yang telah ditetapkan dalam konstitusi.

Secara struktural lembaga-lembaga ini bersifat sub-ordinatif dan bersifat koordinatif. Dari segi fungsi, dapat berganda (multiple), satu lembaga dapat memegang dua hingga tiga fungsi sekaligus: fungsi legislatif (regulatif), fungsi eksekutif (operasional-administratif), maupun fungsi yudisial (memberikan punishment / hukuman). Semua lembaga ini memiliki kedudukan independen untuk efektivitas dan derajat independensi yang berbeda-beda.

Sebagai contoh lembaga kepresidenan dengan fungsi eksekutifnya merupakan alat perlengkapan yang dapat menumbuhkan alat perlengkapan negara lainnya untuk melaksanakan tugas-tugas konstitusionalnya yang luas dan banyak. Demikian pula dengan lembaga legislatif juga dapat menumbuhkan dan membentuk lembaga-lembaga independen untuk merealisasikan aspirasi rakyat dan ikut mengontrol jalannya lembaga-lembaga negara lainnya yang berada di bawah kontrol fungsi eksekutif (lembaga kepresidenan).

Pelembagaan komisi negara ditentukan oleh kedudukan, fungsi, dan hubungan ketatanegaraan dari lembaga negara dalam kerangka sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Sedangkan suatu kedudukan, fungsi, dan hubungan ketatanegaraan tidak ditentukan karena suatu badan atau lembaga diatur dalam UUD. Dengan pendekatan lain, bahwa tidak semua materi muatan UUD adalah kaidah ketatanegaraan. Selain memuat kaidah ketatanegaraan, UUD memuat juga kaidah-kaidah yang menjadi dasar bagi hukum administrasi, hukum keperdataan, hukum pidana dan lain-lain.

Demikian juga kelembagaan yang dimuat dalam UUD, tidak serta merta sebagai lembaga ketatanegaraan, melainkan dapat juga sebagai kelembagaan administrasi negara, kelembagaan penunjang suatu lembaga ketatanegaraan dan lain-lain. Sebaliknya, suatu badan atau lembaga yang tidak diatur dalam UUD mungkin sebagai badan atau lembaga kenegaraan

berbagai hubungan ketatanegaraan. Kelembagaan ketatanegaraan adalah alat-alat kelengkapan negara sebagai unsur penyelenggara organisasi negara yang bertindak untuk dan atas nama negara, karena itu disebut sebagai penyelenggara negara yang dibedakan dengan penyelenggara pemerintahan, atau tugas-tugas lain yang pada pokoknya tidak bertindak untuk dan atas nama negara. Dari analisis hukum, hubungan kelembagaan negara dapat bersifat ketatanegaraan atau tidak bersifat ketatanegaraan misalnya hubungan yang bersifat administratif. Badan-badan yang bukan lembaga kenegaraan tidak dapat melakukan hubungan yang bersifat ketatanegaraan, karena hubungan itu tidak dilakukan untuk dan atas nama negara. Kalaupun dalam keadaan tertentu dipandang melakukan tugas yang bersifat ketatanegaraan, hal itu semata karena suatu

yang menciptakan

‖pelimpahan‖ dari pemegang kekuasaan asli (original power) ketatanegaraan. Tugas dan wewenang ketatanegaraan badan semacam ini bersifat derivatif (tidak original).

Untuk menghindari kerancuan pengertian lembaga negara akibat berbagai aturan baru dalam UUD atau undang-undang, perlu dibedakan antara lembaga negara dalam pengertian ketatanegaraan dan yang bukan ketatanegaraan. Lembaga negara dalam pengertian ketatanegaraan hanya terbatas pada lembaga negara sebagai unsur organisasi negara yang bertindak untuk dan atas nama negara, sedangkan lembaga- lembaga negara yang tidak bertindak untuk dan atas nama negara bukanlah termasuk lembaga negara yang bersifat ketatanegaraan. Segala tindakan lembaga negara dalam pengertian kedua ini dapat tergolong dan bersifat administratif.

Untuk mengidentifikasi apakah suatu lembaga negara sebagai yang bertindak untuk dan atas nama negara atau bukan, ditentukan oleh aturan substantif mengenai tugas wewenang lembaga negara yang bersangkutan. Dengan pengetahuan tersebut, sekaligus diketahui pula, apakah suatu lembaga negara adalah badan ketatanegaraan atau bukan badan ketatanegaraan.

2. Tugas dan wewenang Lembaga Negara Ad Hoc dalam Sistem

Ketatanegararan Indonesia