Sitologi Biopsi Jarum Halus

Universitas Sumatera Utara Senyawa kontras yang selalu digunakan adalah suatu agen yang terdapat gadolinium di dalamnya. Kontras ini meningkatkan karaterisasi jaringan dan membantu dalam differential diagnosis. Pada scanning di kepala dan leher, sekuens pencitraan adalah seperti berikut Martin et al., 2009: • Sagittal, axial, dan coronal T1-weighted images • Axial fast spin-echo T2-weighted images with fat saturation • Axial and coronal postgadolinium T1-weighted images with fat saturation

2.6.5. Serologi

Banyak penelitian menunjukkan korelasi yang signifikan antara pasien yang positif serologi Epstein Barr Virus dengan kejadian KNF. Titer antibodi IgA terhadap viral capsid antigen dan early antigen complex mempunyai hubungan dengan stadium KNF di mana jika terjadinya penurunan titer maka ia menandakan keberhasilan terapi. Latent membrane protein yang terdapat pada EBV, mempunyai sifat onkogenik dan menstimulasi pertumbuhan jaringan Nutting et al., 2009. Pada pemeriksaan serologi, peningkatan titer IgG dan IgA EBV mempunyai hubungan rapat dengan kejadian Undifferentiated Carcinoma dan Nonkeratinizing Carcinoma nasofaring. Sebaliknya Squamous Cell Carcinoma mempunyai hasil serologi seperti populasi normal Pathmanathan et al., 1995.

2.6.6. Sitologi Biopsi Jarum Halus

SIBAJAH melibatkan aspirasi sel dari massa tumor, diikuti dengan pembuatan hapusan sel dan pemeriksaan secara sitologi Kumar et al., 2007. Teknik ini selalu digunakan pada lesi tumor yang dapat dipalpasi pada pemeriksaan fisik. Penggunaan alat-alat radiologi canggih membolehkan aspirasi dilakukan pada struktur-struktur yang lebih dalam seperti hati, pankreas, dan KGB panggul Kumar et al., 2007. Teknik ini mempunyai spesifisitas antara 94 hingga 100 dan sensitivitas antara 92 hingga 98. Selain itu, SIBAJAH merupakan cara yang paling akurat untuk mendiagnosis tipe keganasan jenis epitel, dengan akurasi yang hampir 100 Medina, 2006. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Jika pada sitologi KGB dijumpai adanya Squamous Cell Carcinoma dan pada pemeriksaan routine THT dan kulit menunjukkan hasil yang negatif maka haruslah dilakukan panendoscopy di bawah anastesi umum untuk memeriksa lapisan mukosa pada aerodigestive tract bagian atas Balm et al., 2010. Jika biopsi pada servikal adenopati menunjukkan hasil Large Cell Undifferentiated Carcinoma maka ada kemungkinan terdapat lesi primer tipe Squamous Cell Carcinoma di kepala dan leher atau adanya adenokarsinoma Balm et al., 2010. Keganasan tipe karsinoma sel skuamousa adalah yang terbanyak pada daerah kepala dan leher. Pada pengambilan sampel secara ‘SIBAJAH’, cairan yang diaspirasi mempunyai konsistensi yang sama seperti pus tetapi lebih jernih, kekuningan dan mukoid. Tipe keganasan ini mempunyai karateristik yang tersendiri pada pemeriksaan SIBAJAH, yaitu: Klijanienko, 2005 • Disusun secara sangat rapat • Bersifat globoid • Sel abnormal berkeratin tanpa inti • Sel berbentuk bizarre Gambar 2.3 Karsinoma sel skuamosa berkeratin diaspirasi dari KGB leher Caraway Katz, 2006 Pada karsinoma sel skuamosa tidak berkeratin, hapusan SIBAJAH yang ditemukan mempunyai sel basaloid kecil yang mirip karsinoma sel basal, pilomatrixoma , sel kistik adenoid karsinoma yang tidak berdiferensiasi, dan sel tumor yang lain seperti limfoma dan melanoma Klijanienko, 2005. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Gambar 2.4 Sel skuamosa yang basaloid dan tidak berkeratin Klijanienko, 2005 KNF memiliki tanda clinicopathologic yang berbeda dengan sel skuamosa karsinoma kepala dan leher yang lain. KNF dapat dibedakan dari histologi, faktor distribusi geografi, dan faktor keterlibatan infeksi EBV sebagai faktor penyebab. Sebagian dari KNF menunjukkan pola sitologi sel skuamosa tidak berkeratin dan sebagian kecil sel berkeratin. Terdapat proporsi besar KNF yang mempunyai hasil sitologi sel karsinoma tidak berdiferensiasi Klijanienko, 2005. Kriteria diagnosis pemeriksaan sitologi untuk karsinoma tidak berdiferensiasi KNF telah ditetapkan sebagai berikut: Klijanienko, 2005 • Sel ganas yang tidak berdiferensiasi secara tunggal atau berkelompok • Jumlah sitoplasma pucat yang bervariasi dan mudah pecah • Inti vesikular yang besar dengan nukleoli sentral yang menonjol • Latar belakang yang terdiri dari sel limfoid dengan kecenderungan pada sel plasma. • Tes ancillary: sel neoplastik yang positif cytokeratin, negatif untuk marker limfosit, adanya EBV associated nuclear antigen Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Gambar 2.5 Hapusan sel skuamosa karsinoma tidak berdiferensiasi dengan inti dan nukleoli yang membesar Koss Melamed, 2006 2.6.7. Basic Aspiration Technique SIBAJAH merupakan suatu teknik di mana aspirasi dilakukan pada massa yang bersifat cair. Sebaliknya pada massa padat, ujung jarum digunakan sebagai pemotong untuk mendapatkan sampel. Pemotongan dilakukan dengan menggerakkan ujung jarum kemudian dilakukan aspirasi untuk mendapatkan jaringan yang telah terpotong didalam jarum Ljung, 2006. Pada lesi target yang dapat dipalpasi, langkah – langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: • Palpasi: Benjolan atau lesi dipalpasi untuk menentukan ukuran dan jarak dari permukaan kulit. Pada lesi yang kecil Diameter 1cm, sampel harus diambil pada daerah sentral lesi. Sebaliknya, lesi yang besar diameter 5cm mempunyai sentral nekrosis dan sampel harus diambil pada bagian perifer. Lesi sedang diameter 2-4cm, sampel harus diambil dari bagian sentral dan perifer Ljung, 2006. • Imobilisasi: Untuk mendapatkan sampel, benjolan, dan tumor yang ditusuk haruslah tidak bergerak mengikuti jarum. Lesi tersebut harus diimobilisasi pada stroma padat supaya ujung jarum dapat mempenetrasi target. Tumor dengan diameter 3cm dapat dipegang dengan jari telunjuk dan ibu jari. Tumor yang kecil 1-2cm dapat dipegang dengan lebih efektif oleh jari telunjuk dan jari tengah. Memfiksasi tumor kecil 1cm adalah sangat sulit Ljung, 2006. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara • Pemasukan jarum: Setelah lesi difiksasi, dilakukan pemasukan jarum. Tekanan negatif diberikan dengan menarik syringe plunger hingga 1-2mL. Kemudian mempertahankan tekanan negatif tersebut sepanjang proses pengambilan sampel Ljung, 2006. • Prosedur aspirasi: Setelah tekanan negatif diberikan, ujung jarum harus digerakkan ke atas dan ke bawah. Jumlah sampel yang harus diambil cukup untuk membuat dua hapusan slide, hal ini dapat dicapai dengan menggerakkan jarum sebanyak 15 hingga 20 kali Ljung, 2006. • Pengeluaran jarum: Selepas pengambilan sampel, tekanan negatif harus dihentikan sebelum jarum dikeluarkan. Hal ini untuk menghindari masuknya sampel ke dalam barrel syringe yang sulit untuk dikeluarkan. Setelah jarum dikeluarkan, ujung jarum dikeluarkan dari syringe lalu plunger ditarik ke belakang. Kemudian masukkan ujung jarum kembali pada syringe lalu dorong plunger dan semprotkan sampel pada slide kaca Ljung, 2006.

2.7. Histopatologi