Histopatologi Kemampuan Sitologi Biopsi Jarum Halus pada Cervical Adenopati yang Diduga Metastasis Karsinoma Nasofaring dalam Menentukan Kejadian Karsinoma Nasofaring pada Periode Januari – Desember 2012

Universitas Sumatera Utara • Pemasukan jarum: Setelah lesi difiksasi, dilakukan pemasukan jarum. Tekanan negatif diberikan dengan menarik syringe plunger hingga 1-2mL. Kemudian mempertahankan tekanan negatif tersebut sepanjang proses pengambilan sampel Ljung, 2006. • Prosedur aspirasi: Setelah tekanan negatif diberikan, ujung jarum harus digerakkan ke atas dan ke bawah. Jumlah sampel yang harus diambil cukup untuk membuat dua hapusan slide, hal ini dapat dicapai dengan menggerakkan jarum sebanyak 15 hingga 20 kali Ljung, 2006. • Pengeluaran jarum: Selepas pengambilan sampel, tekanan negatif harus dihentikan sebelum jarum dikeluarkan. Hal ini untuk menghindari masuknya sampel ke dalam barrel syringe yang sulit untuk dikeluarkan. Setelah jarum dikeluarkan, ujung jarum dikeluarkan dari syringe lalu plunger ditarik ke belakang. Kemudian masukkan ujung jarum kembali pada syringe lalu dorong plunger dan semprotkan sampel pada slide kaca Ljung, 2006.

2.7. Histopatologi

Semua tumor terbentuk dari parenkim yang terdiri dari sel neoplastik dan stroma non-Neoplastik yaitu jaringan ikat, pembuluh darah, dan sel inflamasi yang dihasilkan oleh tubuh Kumar et al., 2007. Menurut WHO, kanker nasofaring dibagikan kepada 3 tipe yaitu: Longo et al., 2012 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tipe I: Karsinoma sel skuamosa berkeratin Gambar 2.6 Karsinoma sel skuamosa berkeratin pada nasofaring Barnes, 2009 Tipe II: Karsinoma sel skuamosa tidak berkeratin Gambar 2.7 Karsinoma sel skuamosa tidak berkeratin pada nasofaring Wenig Richardson, 2009 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tipe III: Karsinoma tidak berdiferensiasi Gambar 2.8 Karsinoma tidak berdiferensiasi pada nasoafaring Barnes, 2009 Klasifikasi ini berdasarkan pada pemeriksaan sel tumor di bawah mikroskop cahaya. Sel tumor karsinoma sel skuamosa tidak berkeratin mempunyai susunan stratified atau pavement dengan setiap sel tumor tersusun dengan batas yang jelas. Pada karsinoma tidak berdiferensiasi, batas antara sel tidak jelas dan susunan sel – sel berupa syncytia atau seperti sheet. Inti sel juga berbentuk vesikular dengan nukleoli yang menonjol Pathmanathan et al., 1995. Jenis karsinoma tidak berdiferensiasi dan karsinoma sel skuamosa tidak berkeratin mempunyai infiltrasi sel – sel limfosit yang nyata. Selain itu, kedua tipe karsinoma ini mempunyai hubungan dengan infeksi EBV Pathmanathan et al., 1995; Longo et al., 2012. Akan tetapi, pembagian ini tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada tipe-tipe kanker yang ditemui secara klinis. Tentunya ini merupakan suatu kesulitan bagi pihak Patologi karena biopsi yang ditemui mungkin bersifat campuran di antara ketiga-tiga tipe tersebut Wei, 2006. Karsinoma tidak berdiferensiasi mempunyai prognosis yang lebih jelek berbanding dengan karsinoma berdiferensiasi Longo et al., 2012. Kendala ini memicu WHO untuk membuat sistem klasifikasi, di mana kanker nasofaring hanya dibagikan kepada dua yaitu sel skuamosa karsinoma berkeratin atau karsinoma tidak berkeratin dengan subdivisi Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara differentiated dan undifferentiated pada Nonkeratinizing Carcinoma Chan et al., 2005. Gambar 2.9 Sel skuamosa tidak berkeratin tipe differentiated pada nasofaring Wenig Richardson, 2009 Gambar 2.10 Sel skuamosa tidak berkeratin tipe undifferentiated pada nasaofaring Wenig Richardson, 2009 Tipe karsinoma tidak berdiferensiasi sering dijumpai pada masyarakat Chinese yang tinggal di China selatan dan Hong Kong. Sebaliknya, tipe differentiated keratinizing squamous cell carcinoma mempunyai kelompok Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara berisiko yang hampir sama dengan keganasan kepala dan leher yang lain Conbridge Steventon, 2006. Pada penelitian di Hong Kong, sebanyak 99,7 Karsinoma Nasofaring ditemukan sebagai undifferentiated atau nonkeratinizing karsinoma Lee et al., 1997.

2.8. Klasifikasi TNM American Joint Committee on Cancer 2002