Universitas Sumatera Utara
kombinasi yang menggunakan transfusi sel T sitotoksik yang spesifik terhadap EBV dan kemoterapi Straathof et al., 2005.
2.4. Patogenesis
Pada KNF, sel-sel neoplasma dapat dijumpai di semua daerah nasofaring dan paling sering ditemukan di Rosenmuller fossa yang terletak pada bagian medial
pada medial crura tuba Eustachian Wei, 2006. Tumor nasofaring ini sering bermula dari Fossa of Rossenmuller dan secara langsung ke bagian anterior, tumor
dapat menginvasi kavum nasal posterior atau berekstensi secara inferior sejajar dengan dinding faring sampai ke palatum mole, atau ke bawah untuk mencapai
tonsil Nutting et al., 2009. Pada 35 kasus, dijumpai keterlibatan basis kranii pada pemeriksaan CT
scan . Tumor dapat menginvasi sphenoid sinus atau masuk ke cavernous sinus
melalui foramen lacerum. Di sini, nervus kranialis III hingga VI dapat rusak dengan keterlibatan nervus V dan VI sering dijumpai pada klinis Nutting et al., 2009.
Keterlibatan parapharyngeal space dapat dijumpai pada 35 hingga lebih dari 85 kasus. Penyebab yang paling utama adalah invasi tumor pada dinding
lateral tuba Eustachian yang tidak kuat. Selain itu, ekspansi tumor pada retropharyngeal node
juga merupakan faktor penyebab yang lain. Nervus kranialis IX hingga XII yang terdapat pada daerah parapharyngeal space akan berdampak
juga. Di samping itu, tumor dapat menginvasi daerah orbit melalui sinus ethmoid dan inferior orbital fissure Nutting et al., 2009.
2.5. Tumor Biologi
Kanker terjadi melewati proses akumulasi perombakan genetika yang menghasilkan pertumbuhan klonal sel-sel yang telah ditransformasi Riet
Richtsmeier, 2006. Clonal origin inilah yang membedakan neoplasia dengan hiperplasia Longo et al., 2012. Perombakan genetika ini melibatkan pelbagai jenis
perubahan pada struktur dan sekuens DNA kelompok sel klonal tersebut Riet Richtsmeier, 2006. Berdasarkan data frekuensi kejadian kanker yang meningkat
dengan umur, ditambah dengan hasil penelitian molekular genetika, dapat
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
disimpulkan bahawa kejadian kanker membutuhkan 5 hingga 10 mutasi yang terakumulasi untuk menjadi ganas Longo et al., 2012. Selain perubahan secara
mutasi, sel – sel kanker juga mengalami suatu keadaan yang dinamakan sebagai epigenetic phenomena
, di mana ia mempengaruhi ekspresi gen dan sel behavior Moasser, 2006. Epigenetic yang dimaksudkan adalah perubahan fenotip pada sel
yang dapat diturunkan tanpa ada perubahan genotip. Terdapat dua kelompok gen kanker yang utama; yaitu onkogen dan tumor
suppressor genes . Kelompok onkogen mempengaruhi pembentukan tumor secara
positif. Kelompok tumor suppressor genes, mempengaruhi perkembangan tumor secara negatif Longo et al., 2012. Para peneliti berpendapat bahwa inaktivasi
hanya satu tumor suppressor gene atau aktivasi dari satu onkogen sudah dapat menyebabkan keganasan Moasser, 2006.
Onkogen dapat diaktivasi melalui point mutation, DNA amplifikasi dan chromosomal rearrangement
. Point mutation pada RAS gen menurunkan aktivitas RAS GTPase lalu menghasilkan aktivasi secara konstitutif pada protein RAS yang
mutan. DNA amplifikasi menghasilkan dampak ekspresi berlebihan pada produk gen tertentu Longo et al., 2012. Chromosomal rearrangement adalah gen baru
yang dibentuk dari gabungan dua gen yang berbeda di mana gen baru tersebut kehilangan mekanisme kontrolnya Moasser, 2006.
Tumor suppressor gene terdiri dari gen – gen yang mempunyai peran dalam
DNA damage control, mengawal siklus sel, kematian sel yang terprogram, dan adhesi sel Moasser, 2006. Mekanisme inaktivasi pada tumor suppressor gene
yang paling sering ditemukan adalah point mutation dan deletion yang besar Longo et al., 2012. Adhesi sel penting karena sel – sel yang kehilangan adhesi
dapat lolos ke daerah lain dan bermetastasis Moasser, 2006. Kerusakan pada gen – gen kawalan inilah yang memicu kejadian keganasan.
Tumor ganas diklasifikasikan sebagai karsinoma jika ia berasal dari jaringan ektodermal atau endodermal dan sarkoma jika ia berasal dari jaringan
mesodermal Moasser, 2006. Karsinoma lebih cenderung disebarkan melalui sistem saluran limfe sebaliknya sarkoma selalu disebarkan secara hematogen.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tumor sarkoma pada leher dan kepala jarang dijumpai dengan jumlah kasus yang kurang dari 1 dari semua keganasan di leher dan kepala Probst et al., 2006.
2.6. Diagnosa