Radiologi Computed Tomography Serologi

Universitas Sumatera Utara 2003. Pasien dengan palatum molenya yang terlalu dekat dengan dinding posterior orofaring menyebabkan pemeriksaan ini kurang berhasil Bull, 2003. Mekanoreseptor yang terdapat di dinding orofaring adalah sangat sensitif terhadap rangsangan, stimulasi di daerah ini dapat memicu refleks muntah. Rhinoscopy Nasofaring dapat diinspeksi secara direk melalui Rhinoscope yang dimasukkan ke dalam lubang hidung, melalui permukaan dalam hidung sementara pasien dibius lokal Ellis, 2006; Bull, 2003. Rhinoscope adalah suatu endoscope fibreoptic yang dilengkapi dengan alat biopsi. Ia dapat dibagi menjadi dua tipe: endoscope fibreoptic rigid dan endoscope fibreoptic flexible. Satu – satunya kekurangan alat ini adalah lapangan pandang yang kecil, kendala ini dapat diatasi dengan menggunakan endoscope ditambah kamera agar lapangan pandang dapat diperbesar melalui monitor Bull, 2003.

2.6.4. Radiologi Computed Tomography

CT scan menggunakan radiasi tipe ionisasi untuk menghasilkan gambaran potongan cross-sectional berdasarkan pada perbedaan pengurangan intensitas X- ray oleh pelbagai jenis jaringan Fischbein Ong, 2008. Scanner saat ini mendapatkan hasil gambar secara helical, yaitu sumber X-ray dirotasikan secara bersamaan dengan translasi pasien di mana data yang dihasilkan bersifat tiga dimensi. Data ini kemudian dibagikan dan dikonstruksi kembali sebagai gambar potongan silang oleh komputer. Potongan pada orientasi aksial dan bersifat halus ≤3 mm cukup ideal untuk pencitraan kepala dan leher Martin et al., 2009. Magnetic Resonance Imaging MRI menggunakan perbedaan pada sifat kelonggaran jaringan dan spin density untuk menghasilkan gambar yang sensitif terhadap perbedaan densitas jaringan lunak. Tergantung pada parameter yang dipilih, MRI dapat menghasilkan gambar dengan variasi pada karakter jaringan dan kontras yang diinginkan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Senyawa kontras yang selalu digunakan adalah suatu agen yang terdapat gadolinium di dalamnya. Kontras ini meningkatkan karaterisasi jaringan dan membantu dalam differential diagnosis. Pada scanning di kepala dan leher, sekuens pencitraan adalah seperti berikut Martin et al., 2009: • Sagittal, axial, dan coronal T1-weighted images • Axial fast spin-echo T2-weighted images with fat saturation • Axial and coronal postgadolinium T1-weighted images with fat saturation

2.6.5. Serologi

Banyak penelitian menunjukkan korelasi yang signifikan antara pasien yang positif serologi Epstein Barr Virus dengan kejadian KNF. Titer antibodi IgA terhadap viral capsid antigen dan early antigen complex mempunyai hubungan dengan stadium KNF di mana jika terjadinya penurunan titer maka ia menandakan keberhasilan terapi. Latent membrane protein yang terdapat pada EBV, mempunyai sifat onkogenik dan menstimulasi pertumbuhan jaringan Nutting et al., 2009. Pada pemeriksaan serologi, peningkatan titer IgG dan IgA EBV mempunyai hubungan rapat dengan kejadian Undifferentiated Carcinoma dan Nonkeratinizing Carcinoma nasofaring. Sebaliknya Squamous Cell Carcinoma mempunyai hasil serologi seperti populasi normal Pathmanathan et al., 1995.

2.6.6. Sitologi Biopsi Jarum Halus