Universitas Sumatera Utara
2007. Pada Karsinoma Nasofaring, terdapat satu penelitian yang mengukur tingkat sensitivitas dan spesifisitas SIBAJAH sebagai alat mendiagnosis kejadian
metastasis ke KGB leher pada pasien dengan tatalaksana radioterapi. Namun, pada penelitian tersebut, para peneliti lebih fokus pada keberhasilan tatalaksana
radioterapi daripada sensitivitas pemeriksaan SIBAJAH. Di samping itu, penelitian tersebut dilaksanakan di Hong Kong di mana kasus – kasus KNF masih pada
stadium dini Chan et al., 2013. Berbeda dengan kasus – kasus yang sering ditemui di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan, Indonesia. Di sini, kasus
KNF sering ditemukan pada stadium III 35,8 dan stadium IV 49,7 di mana 89,4 pasien KNF datang dengan keluhan benjolan di KGB leher Melani, 2013.
SIBAJAH sering dilakukan pada pasien – pasien KNF dengan keluhan pembesaran KGB leher. Berdasarkan pemeriksaan SIBAJAH, ahli patologi bisa menduga
kejadian KNF pada pasien – pasien pembesaran KGB Klijanienko, 2005. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat kemampuan SIBAJAH sebagai
alat penyaring kasus KNF.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah pemeriksaan SIBAJAH cukup akurat dalam menentukan kejadian
KNF di Departemen Patologi Anatomi.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kemampuan SIBAJAH pada pembesaran kelenjar getah bening yang diduga KNF dalam menentukan kejadian KNF di Departemen Patologi
Anatomi FK-USU dari tahun 2011 hingga 2012.
1.3.1. Tujuan Khusus Penelitian
• Untuk mengetahui perbandingan antara SIBAJAH dan biopsi histopatologi dalam penegakan diagnosa KNF.
• Untuk mengetahui frekuensi kasus KNF di Departemen Patologi Anatomi FK-USU.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
• Untuk meneliti jumlah kasus-kasus KNF yang terjadi pada periode Januari- Desember 2012 di Departemen Patologi Anatomi FK-USU.
• Untuk mengetahui frekuensi metastasis KNF ke KGB leher pada periode Januari-Desember 2012 di Departemen Patologi Anatomi FK-USU.
• Untuk mengetahui lamanya waktu yang diperlukan dalam penegakan diagnosis KNF antara pemeriksaan sitologi dari tindakan SIBAJAH dengan
konfirmasi pemeriksaan histopatologi dari tindakan biopsi jaringan nasofaring.
1.4. Manfaat Penelitian
• Manfaat di bidang pelayanan kesehatan Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui keberhasilan
pemeriksaan SIBAJAH dalam menentukan kejadian KNF secara dini. Hasil penelitian diharapkan menjadi kriteria rujukan untuk pasien dengan
dugaan KNF berdasarkan pemeriksaan SIBAJAH. • Manfaat di bidang pendidikan dan penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Anatomi Nasofaring
Menurut definisi dari Grey’s Anatomy, nasofaring terletak pada palatum mole bagian atas Drake et al., 2007. Di nasofaring, terdapat sekelompok jaringan
limfoid yang terletak pada bagian superior dan dinding posterior daerah nasofaring. Jaringan limfoid ini bersama tonsil palatina dan nodus limfoid pada dorsum lidah
membentuk suatu lingkaran bersambungan yang disebut dengan lingkaran Waldeyer. Di daerah nasofaring juga terdapat orificium untuk Eustachian Canal
yang terletak pada dinding kiri dan kanan nasofaring sejajar dengan permukaan dalam hidung Ellis, 2006. Pada anak-anak, pharyngeal tonsil terletak pada bagian
tengah dinding superior posterior pharynx Nutting et al., 2009. Dinding anterior nasofaring dimulai dari choanae atau posterior nares yang
termasuk permukaan postero – superior palatum mole. Sebaliknya dinding posterior merupakan dinding yang melengkung dan bersambung dengan batasan superior
choanae hingga ke batasan palatum mole yang menggantung. Selain itu, dinding
lateral terdapat tuba Eustachian, di mana di sampingnya terdapat pharyngeal recess atau fossa of Rossenmuller. Pada bagian bawah dari tuba Eustachian terdapat
lipatan mukosa yang dinamakan salphingopharyngeal fold Ali, 1965.
Kelenjar Getah Bening Servikal
Bagian atas leher dibatasi oleh pinggiran inferior tulang mandibular, ujung mastoid process
dan occipital protuberance. Di bagian lateral dibatasi oleh sternocleidomastoid muscle
yang dapat diraba dan pinggiran trapezius muscle Probst et al., 2006. Terdapat 10 kelompok besar nodus limfe pada daerah leher,
antaranya adalah occipital, mastoid, parotid, submandibular, facial, submental, sublingual, retropharyngeal
, anterior cervical, dan nodus limfe bagian lateral di servik Moyer Bradford, 2008. KGB di leher bersifat menyatu dan berfungsi
sebagai alat penyaring Probst et al., 2006. Jumlah KGB pada badan manusia
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 1.000 nodus dan terdapat 300 nodus KGB pada daerah leher Probst et al.,
2006. KGB pada persilangan antara vena fasialis dan vena jugular interna menerima aliran limfe dari seluruh bagian kepala dan leher dan merupakan daerah
yang rentan terhadap metastasis Probst et al., 2006. Daerah – daerah KGB leher dibagi enam yaitu I, II, III, IV, V dan VI:
Moyer Bradford, 2008 • Tingkat I terdiri dari KGB pada daerah submental dan submandibular
Moyer Bradford, 2008. Pembagian tingkat I, yaitu IA submental dan IB submandibular. Daerah IA itu didefinisikan sebagai segitiga yang
dibatasi oleh bagian anterior ventral digastric muscle dan tulang hyoid. Sebaliknya tingkat IB meliputi KGB pada batasan anterior ventral digastric
muscle , stylohyoid muscle, dan bagian inferior dibatasi oleh badan mandible
Medina, 2006. • Tingkat II terdiri dari KGB 13 upper internal jugular vein atau
jugulodigastric yaitu pada daerah basis krani hingga ke bifurkasi karotid
Moyer Bradford, 2008. Sublevel IIA adalah untuk kelenjar yang berada pada anterior vertical plane yang dilewati oleh spinal accessory nerve, dan
sublevel IIB untuk kelenjar yang terletak di posterior lateral vertical plane
yang dilewati oleh spinal accessory nerve Medina, 2006. • Tingkat III terdiri dari KGB di pertengahan internal jugular vein pada
daerah bifurkasi karotid hingga omohyoid muscle Moyer Bradford, 2008. Batas medialnya adalah pada bagian lateral sternohyoid muscle dan
batasan lateral adalah pada bagian posterior sternocleidomastoid muscle Medina, 2006.
• Tingkat IV terdiri dari KGB di bagian 13 inferior jugular yaitu dari omohyoid muscle
hingga ke clavicle Moyer Bradford, 2008. • Tingkat V terdiri dari semua KGB yang terletak pada bagian 12 spinal
accessory nerve bawah dan transverse cervical artery Medina, 2006.
Batasan superior dibentuk oleh pertemuan antara sternocleidomastoid muscle
dan trapezius muscle, bagian inferior oleh clavicle, bagian medial oleh sternocleidomastoid muscle dan bagian lateral oleh trapezius muscle.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Suatu horizontal plane yang membagi batasan inferior dari anterior cricoid arch
ke dalam sublevel V-A dan sublevel V-B. Pada sublevel V-A yang berada di atas pembagian tersebut, terdapat spinal accessory nodes.
Sebaliknya pada sublevel V-B yang berada di bawah plane tersebut, terdapat KGB yang mengikuti transverse cervical vessels dan
supraclavicular nodes Medina, 2006.
• Pada Tingkat VI terdapat pre- dan paratracheal nodes, precricoid Delphian node
, dan perithyroidal nodes. Batas atas adalah tulang hyoid bawah oleh suprasternal notch, dan bagian lateral oleh common carotid
arteries Medina, 2006.
Gambar 2.1 Pembagian leher kepada enam tingkat Balm et al., 2010
2.2. Histologi