Desa Pesawaran Indah Kabupaten Pesawaran

1) Desa Pesawaran Indah Kabupaten Pesawaran

Desa Pesawaran Indah terletak di Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan UU No 33 tahun 2007 tertanggal 10 Agustus 2007. Sebelumnya Kecamatan Padang Cermin merupakan bagian dari Kabupaten Lampung Selatan. Oleh sebab itu, berbagai data dan informasi dari BPN tentang PPAN masih menyebutkan kegiatan PPAN/RA dilakukan di Lampung Selatan.

Dalam lintasan sejarah, kabupaten Pesawaran ini merupakan wilayah kolonisasi (pemindahan penduduk dari Jawa) pertama di Indonesia yang dilakukan oleh Belanda pada tahun 1905. Pada sisi lainnya, di kabupaten Pesawaran sebelumnya telah dihuni oleh berbagai etnis Lampung, yaitu Saibatin dan Papadun. Kemudian masuknya penduduk dari luar Lampung, melalui program transmigrasi maupun migrasi swakarsa menjadikan kabupaten ini bersifat plural dari segi etnisitas. Demikian halnya dengan penduduk desa Pesawaran Indah menggambarkan pluralitas tersebut, yaitu adanya etnis Lampung, Jawa dan Sunda.

Pesawaran Indah adalah nama desa yang merupakan pemekaran dari desa induk Wates Way Ratai. Nama Pesawaran Indah, dikaitkan dengan nama gunung yang berbatasan langsung dengan desa tersebut. Beberapa bagian dari gunung Pesawaran Indah ini ditetapkan sebagai bagian dari kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdulrahman. Status kawasan sebagai bagian

Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan | 143 Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan | 143

Luas Desa Pesawaran 1,346 ha yang dibagi kedalam 8 buah dusun. Kemudian dusun‐dusun tersebut dibagi‐bagi lagi kedalam gerumbulan. Setiap dusun dipimpin oleh seorang kepala dusun, sedangkan gerumbulan dipimpin oleh seorang kepala Rukun Tetangga (RT). Jumlah Kepala Keluarga (KK) berdasarkan data desa tahun 2010 adalah 900 KK dengan jumlah 3,016 jiwa. Mata pencaharian utama penduduknya adalah petani. Kemudian ada juga petani yang mempunyai ternak.

Pusat desa ini berjarak 4 kilometer dari kecamatan; 40 kilometer ke ibukota kabupaten dan 46 KM ke ibu kota provinsi di Bandar Lampung. Terdapat jalan aspal yang menghubungkan desa ini dengan ibu kota kecamatan, kabupaten dan ibu kota provinsi. Jarak dari desa ke pasar terdekat di Wates Way Ratai sejauh 4 kilometer. Sedangkan Bank terdekat sejauh 30 kilometer dari desa. Jalan ‐jalan yang menghubungkan dari satu dusun ke dusun lainnya terdiri dari jalan aspal dan jalan tanah. Pada beberapa bagian jalan tanah tersebut sudah terdapat upaya pengerasan yang dilakukan secara swadaya oleh penduduk di desa tersebut. Pengerasan jalan dilakukan oleh penduduk setelah pemberian sertipikat dari program reforma agraria. Setelah penduduk merasa yakin dengan status tanahnya yang telah menjadi hak milik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala desa dan beberapa orang penduduk, wilayah desa Pesawaran Indah merupakan bagian dari perkebunan milik perusahaan swasta

144 | Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan

Belanda yang dikenal dengan nama perusahaan “Karko”. Namun, Karko sendiri adalah kependekan dari kata Karet dan Kopi, dua komoditas utama yang diproduksi oleh perusahaan tersebut, jadi bukan nama sebenarnya dari perusahaan tersebut. Karena perusahaan tersebut tersebut telah habis ijin Hak Guna Usaha (HGU) nya, maka tanah tersebut berstatus sebagai tanah negara yang merupakan sebagian dari bekas hak erfpacht Verponding No 4. Kemudian wilayah tersebut ditegaskan menjadi Tanah Obyek Landreform (TOL) dengan Keputusan Menteri Agraria/Kepala BPN No 115‐VI‐1996.

Pada saat tanah tersebut menjadi tanah negara, artinya tidak ada pemegang hak atas wilayah tesebut, maka mulailah terjadi okupasi oleh masyarakat atas wilayah eks‐perkebunan. Okupasi pertama kali dilakukan oleh penduduk yang pernah bekerja di perkebunan tersebut, karena merekalah yang perta‐tama tahu bahwa tanah eks‐perkebunan itu telah habis HGU‐nya. Selain itu, terdapat alasan lainnya mengapa eks‐pekerja perkebunan tersebut berusaha untuk meng‐okupasi tanah‐tanah eks‐perkebunan. Hal ini terkait dengan cara‐cara yang dilakukan oleh manajemen perkebunan pada masa lalu yang senantiasa berusaha untuk memiskinkan para pekerja. Cara pemiskinannya adalah menyediakan berbagai fasilitas hiburan yang membuat para pekerja ini menghabiskan uang hasil kerjanya di meja judi. Dengan demikian para pekerja akan selalu terikat hutang dengan perusahaan, sehingga mereka sangat tergantung dengan perusahaan, walaupun diberi upah yang rendah.

Perkebunan yang dibangun oleh perusahaan swasta Belanda pada tahun 1931‐1932 ini menjadikan daya tarik masuknya migran dari pulau Jawa untuk bekerja di perkebunan tersebut, sekaligus membangun koloni‐koloni permukiman migran yang baru. Oleh sebab itu, di desa Pesawaran Indah penduduknya didominasi oleh orang‐orang Jawa. Model migrasi berantai (chain migration) ini

Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan | 145 Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan | 145

Desa ‐desa di kecamatan Padang Cermin, seperti desa Wates Wai Ratai, Pesawaran Indah dan Gunung Rejo adalah desa‐desa yang dibentuk oleh adanya perkebunan jaman Belanda. Hal yang membedakan antara desa Pesawaran Indah dengan dua desa lainnya, kawasan perkebunan di Pesawaran Indah belum sempat ditanami, sehingga masih berupa tanah‐tanah kosong. Kondisi ini menyebabkan lebih mudah digarap ketika perusahaan Belanda ini telah habis HGU‐nya. Tanah‐tanah yang berstatus tanah negara ini, kemudian diokupasi oleh para mantan buruh di perusahaan tersebut.

Selanjutnya, dalam banyak kasus terjadi perpindahan tangan kepemilikan dengan cara membayar “uang tanam tumbuh”. Khususnya penduduk dari luar Pesawaran Indah yang datang belakangan. Seorang penduduk yang datang dari Jawa pada tahun 1978 menuturkan, biaya “ganti tanam‐tumbuh” sebesar Rp 150,000 untuk luasan tanah 10,300 meter persegi.

Pada masa awal‐awal okupasi ini, terdapat keterlibatan institusi militer dalam penguasaan tanah‐tanah eks‐perkebunan. Tujuan pelibatan ini untuk mengamankan tanah‐tanah tersebut agar tidak dikuasai seluruhnya oleh penduduk lokal. Namun, keterlibatan oknum militer ini justru membawa akibat dari penguasaan tanah‐ tanah tersebut oleh Korem. Akibatnya dibutuhkan negosiasi oleh masyarakat agar dapat menggunakan tanah‐tanah Korem tersebut. Kasus ini terjadi di desa tetangga Pesawaran Indah, yaitu desa Wates Way Ratai.

146 | Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan