Desa Sidorejo Kabupaten Lampung Tengah

2) Desa Sidorejo Kabupaten Lampung Tengah

Desa Sidorejo terletak di Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung. Secara administratif Desa Sidorejo di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bangunrejo, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Margorejo, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Watuagung dan Desa Sinarsari, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sidodadi. Secara historis Desa Sidorejo merupakan pemekaran dari Desa Sidodadi. Desa Sidorejo pertama kali dibuka pada tahun 1958 dan diresmikan menjadi desa definitif pada tahun 1963. Luas wilayah Desa Sidorejo sebesar 560 Ha.

Pada tahun 2006 penduduk Desa Sidorejo berjumlah 3.270 jiwa dengan mayoritas penduduk bermata pencaharian di sektor pertanian (90,35%). Petani penggarap di Desa Sidorejo berjumlah 1.452 KK dengan rata‐rata luas tanah garapan per KK sebesar 0,3985

Ha. Umumnya pengelolaan tanah berupa usahatani sawah dan pertanian tanah kering (tegalan dan perkebunan). Usaha pertanian yang dibudi dayakan meliputi tanaman singkong, jagung, coklat, kelapa sawit, karet, sawah dan kebun campuran dengan kepemilikan tanah pertanian dan pekarangan yang relatif sempit (lihat Tabel 1 dan Tabel 2). Teknik pengusahaan tanah dilakukan secara sederhana dan pemasaran hasil produksi melalui tengkulak atau penampung lokal.

Menilik kondisi desa yang memiliki keterbatasan sumber daya air dan mayoritas penduduk yang menguasai tanah dalam luasan relatif sempit, maka desa ini layak untuk dijadikan sebagai lokasi reforma agraria. Harapannya, melalui reforma agraria kesejahteraan taraf hidup masyarakat dapat meningkat.

Lokasi reforma agraria di Desa Sidorejo ditetapkan sebagai Tanah Objek Landreform (TOL) berdasarkan SK Ka. BPN No. 106‐VI‐ 1993 tanggal 24 Juni 1993 seluas + 183,30 hektar dan SK Ka. BPN

Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan | 147

No. 300‐VI‐1995 tanggal 28 Desember 1995 seluas + 29,998 hektar.Tanah yang ditetapkan sebagai TOL pada SK Ka. BPN No. 300 ‐VI‐1995 merupakan tanah negara bekas tanah marga/adat. Berdasarkan PP No. 224/1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian bahwa tanah‐tanah yang akan dibagikan dalam rangka pelaksanaan Landreform antara lain tanah kelebihan maksimum, tanah swapraja dan eks swapraja, tanah absentee, dan tanah‐tanah lain yang dikuasai langsung oleh negara.

Secara historis seluruh tanah di wilayah kabupaten Provinsi Lampung dapat dikatakan sebagai tanah marga. Namun dikarenakan Negara memandang hak ulayat di Provinsi Lampung eksistensinya samar‐samar bahkan nyaris tidak nampak, maka keseluruhan tanah marga di Provinsi Lampung ditetapkan menjadi tanah negara. Klaim tanah negara ini didasarkan atas Peraturan Kepala BPN No. 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat, Pasal 2 bahwa ”Pelaksanaan hak ulayat sepanjang pada kenyataannya masih ada dilakukan oleh masyarakat hukum adat yang bersangkutan menurut ketentuan hukum adat setempat”. Di sebagian Desa Sidorejo sendiri, status tanah yang merupakan bekas tanah marga/adat seluas + 29.998 Ha telah mendapat perhatian pemerintah. Dalam hal ini diterbitkan Surat Rekomendasi Bupati Kepala Daerah Tingkat

II Lampung Tengah No. 592.1/1704/Pertanahan/93, tanggal 13 Oktober 1993.

Berdasarkan ketentuan persyaratan tanah di Desa Sidorejo sebagai salah satu TOL, maka pada tahun 2007 Desa Sidorejo menjadi salah satu desa yang pertama kali menjalani uji‐coba program reforma agraria di Provinsi Lampung. Pelaksanaan reforma agraria di Desa Sidorejo dikukuhkan melalui SK Kakanwil BPN Nomor 500‐1154a tanggal 13 Maret 2007 tentang Penetapan Lokasi serta Target Kegiatan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

148 | Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan

(DIPA) Tahun Anggaran 2007 di Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung.

Penetapan penerima redistribusi tanah atau petani peserta reforma agraria di Desa Sidorejo diputuskan berdasarkan SK Panitia Pertimbangan Landreform (SK PPL No: 410‐273.A‐03) tanggal 16 Maret 2007 sebanyak 800 bidang. Proses legalisasi aset di Desa Sidorejo selanjutnya dilakukan secara bertahap. Pada tahun 2007 legalisasi aset diterbitkan sebanyak 517 bidang. Dilanjutkan pada tahun 2008 sebanyak 97 bidang. Artinya masih tersisa sebanyak 186 bidang TOL di Desa Sidorejo yang belum bersertipikat.

Pendaftaran tanah melalui reforma agraria di Desa Sidorejo dilakukan berdasarkan bidang‐bidang tanah yang telah dikuasai oleh masing ‐masing individu dengan penekanan pada tanah pertanian dibandingkan dengan pekarangan/perumahan. Namun, fakta di lapangan menunjukkan terdapat banyaknya perumahan yang berada di lokasi tanah pertanian sehingga membuat sedikit kerancuan dalam pemetaan tanah objek reforma agraria.

Menurut hasil wawancara dengan pejabat BPN di tingkat kabupaten/kota dan provinsi, pemilihan Desa Sidorejo sebagai lokasi pelaksanaan reforma agraria ditentukan oleh Kantor Pertanahan di tingkat kabupaten. Daftar lokasi yang dipilih kemudian disampaikan kepada Kantor Wilayah BPN di tingkat provinsi yang selanjutnya mengirimkan daftar tersebut ke BPN Pusat di Jakarta. Surat keputusan penegasan untuk memutuskan lokasi tersebut diterbitkan di BPN Pusat dan dikirim kembali ke tingkat provinsi.

Asset reform di Desa Sidorejo merupakan implementasi Model

III (S ú O), yakni objek yang menjadi lokasi reforma agraria secara

de facto telah dikuasai oleh masyarakat. Sehingga mekanisme asset reform yang dilakukan sesungguhnya lebih mengarah pada bentuk penguatan hak masyarakat melalui redistribusi atas tanah yang statusnya TOL. Tidak ada penataan