Dampak Sosio-Ekonomis-Budaya Proses Reforma Aset dan Akses terhadap Masyarakat

6.3.1 Dampak Sosio-Ekonomis-Budaya Proses Reforma Aset dan Akses terhadap Masyarakat

Sertipikat Hak Milik (SHM) memberikan rasa aman dalam mengelola tanah yang mereka miliki sesuai dengan yang diinginkannya. Dengan adanya SHM membuat para pemilik berupaya untuk meningkatkan kondisi tanahnya baik itu membangun atau memperbaiki rumah, mengembangkan produksi kebunnya dengan menanam kakao lebih banyak lagi atau tanaman lainnya tanpa takut ada yang mengganggu atau menggugatnya. Dengan begitu mereka telah berinvestasi pada tanah tersebut dengan harapan manfaat dan keuntungan yang diperoleh dari tanah tersebut meningkat.

Sementara temuan lain didapatkan dari Dusun Bintang di Blitar, di mana tidak ada perubahan signifikan dari segi ekonomi warga dusun Bintang dari sebelum bersertipikat hingga akhirnya bersertipikat. Sejak dulu warga sudah memanfaatkan lahan/tanah tersebut layaknya tanah milik mereka sendiri. Bahkan sebelum

178 | Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan 178 | Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan

Perubahan lain sebagai implikasi dari program PPAN dan sertifikasi adalah perubahan jenis komoditi tanaman. Tanah tegalan dengan tanaman musiman ditingkatkan menjadi tanaman berumur panjang. Dengan adanya Sertipikat Hak Milik (SHM) tersebut maka kekuatiran petani akan adanya penggusuran ataupun bebasan tanah oleh pemerintah mulai berkurang sehingga petani mulai berinisiatif untuk merubah penggunaan tanah yang sebelumnya dipakai untuk nanam jagung ataupun sawah berubah menjadi kakao.

Perubahan yang tidak kalah penting yang banyak mendapat perhatian dari banyak pihak, adalah terbentuknya Pasar Tanah dan meningkatnya harga tanah sebagai akibat dari pola‐pola spekulasi tanah. Aspek legal merupakan bagian terpenting dalam penilaian harga tanah. Masalah jual beli tanah yang berasal dari tanah redistribusi nampaknya berkaitan dengan ketiadaan akses untuk melakukan penataan produksi yang lebih baik. Jual beli tanah redistribusi merupakan ancaman serius bagi program PPAN. Namun demikian, sebagaimana diakui dalam beberapa wawancara dengan narasumber yang berbeda; implikasi terhadap harga tanah di lokasi‐ lokasi penelitian ternyata tidaklah sama. Di daerah yang tanahnya telah dikuasai oleh masyarakat sebelumnya, tidak terjadi perubahan harga tanah yang signifikan, meskipun tanah sekarang sudah memiliki sertipikat. Sementara di Dusun Gambar Anyar, di mana proses penguasaan dan pemilikan tanah didahului dengan konflik, dan tanah memang awalnya bukan milik mereka, setelah mendapatkan sertipikat harga tanahnya naik berkali lipat. Bahkan warga yang dulunya rumahnya hanyalah rumah dari bilik bambu

Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan | 179 Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan | 179

Program PPAN dan pemberian sertipikat juga memunculkan potensi dari sumber‐sumber ekonomi baru yang awalnya belum terpikirkan oleh masyarakat setempat. Di Desa Sidorejo misalnya, pada tahun 2007 penggemukan sapi masih melakukan kerjasama dengan PT.GGLC sebagai penyedia sapi, pakan ternak dan pemasaran sedangkan untuk pembiayaannya oleh BNI Syariah. Namun saat ini sudah murni dikelola oleh masyarakat sendiri hanya modal usaha saja masih bergantung dari BNI Syariah dengan mengagunkan sertipikat tanah yang mereka peroleh melalui PPAN.

Disamping itu dengan pelatihan dan pendampingan yang dilakukan selama PPAN, membuat petani terlatih untuk mengelola sendiri usaha penggemukan sapi yang mereka miliki. Peranan penyuluh pertanian (Early Adopters) sangat membantu, sehingga petani (Laggards) dapat menerima difusi teknologi dan inovasi teknologi dengan cepat. Dengan semakin bertambahnya petani yang mengerti informasi pertanian terbaru maka kesejahteraan petani di Sidorejo dapat tercapai.

Kemampuan yang mereka miliki mulai dari pemilihan ternak, pembuatan pakan ternak, sampai ke pemasaran. Khusus untuk budi daya kambing pemasarannya sampai ke Sumatera Selatan. Berdasarkan informasi yang didapat, petani di Desa Sidorejo bertekad menjadikan desa mereka menjadi sentra kambing di provinsi Lampung. Untuk membangun pertanian di Sidorejo. Selain itu yang perlu diperhatikan dengan adanya kelompok tani (gapoktan) makausaha untuk membangun dan memajukan pertanian akibat adanya kesamaan rasa, tujuan dan kultural dalam satu daerah dapat lebih mudah dilakukan karena inovasi teknologi dalam kelembagaan tersebut dapat lebih mudah diserap.

180 | Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan

Di Dusun Gambar Anyar, sumber ekonomi baru juga muncul melalui kehadiran perusahaan tebu yang mengajak kerjasama dengan masyarakat setempat. Saat ini, hampir semua tanah garapan masyarakat Gambar Anyar ditanami tebu yang bekerja sama dengan perusahaan tebu di Kediri. Perusahaan akan memberikan bibit, dan menyediakan sarana pengangkutan menuju tempat pengolahan di Kediri. Petani hanya menyediakan tanah dan menyewa orang pada saat panen untuk memanen tanaman tebu mereka.

Penelitian ini menunjukkan bahwa Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN) atau Reforma Agraria telah di beberapa tempat berhasil meningkatkan jaminan keamanan kepemilikan yang mengakibatkan investasi pada tanah meningkat, peningkatan harga tanah, penggunaan lahan/tanah lebih progresif, meningkatkan akses kredit, munculnya peluang‐peluang untuk mengembangkan sumber ekonomi baru seperti penggemukan sapi dan budi daya kambing.

Namun menjadi pertanyaan penting dalam konteks pengurangan kemiskinan apakah dampak‐dampak tersebut memiliki sustainabilitas atau kontinuitasnya sebagai sebuah upaya mengangkat kehidupan orang miskin perdesaan menjadi lebih baik? Mengenai hal ini secara lebih khusus diperlukan kajian lebih panjang. Karena beberapa waktu ini pemberitaan mengenai dampak PPAN atau Reforma Agraria adalah digadai atau dijual kembalinya tanah kepada bank, atau tuan tanah di beberapa lokasi pelaksanaan program. Apabila konsep De Soto digunakan, bahwa tanah tersebut digadaikan untuk keperluan produktif, tentunya hal ini bisa menjadi salah satu indikator awal proses pemberdayaan masyarakat, meskipun kesinambungannya juga masih perlu pendampingan serius dari pemerintah daerah. Sayangnya kenyataan yang cukup banyak terjadi adalah tanah yang merupakan hasil sertifikasi program Reforma Agraria ini digadaikan semata

Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan | 181 Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan | 181

Yang terjadi saat ini adalah bahwa program pengurangan kemiskinan masih terlalu berat ditekankan pada “output” misalnya peningkatan jumlah pendapatan, atau hal fisikal lain seperti kepemilikan tanah. Padahal, yang perlu diingat sebetulnya adalah bahwa intervensi program pemerintah untuk mengurangi kemiskinan –tidak terkecuali program Reforma Agraria– harus ditekankan para proses perubahan yang terjadi dimana ada bentuk transformasi sosial budaya ekonomi, serta cara kerja dan cara hidup masyarakatnya, dari yang tadinya buruh menjadi tuan di tanah miliknya sendiri, dari rasa tidak aman menjadi over percaya diri dengan hak milik atas tanah, tanpa menyadari sepenuhnya bahwa kerentanan mereka justru semakin bertambah karena dengan sertipikat mereka berarti telah terjun di dalam dunia pasar yang bisa saja suatu waktu merebut kembali apa yang telah menjadi milik mereka.