Definisi dan Konsep

2.1 Definisi dan Konsep

P perkembangan/perubahan dalam struktur pertanian yang

embaruan Agraria merupakan terjemahan langsung dari Agrarian Reformyang bisa didefinisikan sebagai segala bentuk

bertujuan baik untuk meningkatkan hasil pertanian maupun kesejahteraan sosial (Tuma, 1965 dalam Hutagalung, 1985: 4). Sementara Landreform biasanya digunakan dalam arti yang lebih sempit yaitu perombakan dalam penguasaan dan pemilikan tanah, khususnya redistribusi tanah yang bertujuan untuk mencapai pemerataan dalam pembangunan pertanian (Cohen, 1978 dalam Hutagalung, 1985: 4)

Dalam penelitian ini, istilah yang digunakan adalah juga istilah yang digunakan untuk mencirikan program yang dilaksanakan pemerintah, yaitu Reforma Agraria (Sp) atau Pembaruan Agraria (Ind) 10 atau Agrarian Reform (Ing). Reforma Agraria didefinisikan

10 Penggunaan istilah Reforma Agraria disosialisasikan secara luas oleh Gunawan Wiradi tahun 1980‐an, tidak sekedar untuk membedakannya

dengan istailah “Landreform” yang digunakan pemerintah di Era Pemerintahan Soekarno; namun juga memiliki tujuan untuk setidaknya mengambil beberapa pelajaran dan pengalaman dari praktik Reforma Agraria yang dilakukan di negara‐negara Amerika Latin yang berbahasa Spanyol dan menggunakan istilah ini. Kalangan aktivis/pegiat agraria sendiri, memilih terjemahan dari istilah ini yaitu “Pembaruan Agraria”. Namun dalam literatur agraria tahun 1998‐an, menjelang reformasi, kedua istilah ini (Reforma Agraria dan Pembaruan Agraria) digunakan secara bersama ‐sama (lihat misalnya publikasi KPA, juga Setiawan, Bonnie, dkk tahun 1998).

Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan | 33 Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan | 33

Dalam sejarah keagrariaan Indonesia, istilah Landreform digunakan di masa pemerintahan Orde Lama karena secara ideologis memang bertujuan untuk merubah struktur pemilikan dan penguasaan tanah peninggalan kolonial Belanda yang menimbulkan ketimpangan antara pemilik tanah dalam luasan besar dengan petani penggarap yang tidak bertanah (landless peasants). Kuatnya niatan menasionalisasi tanah‐tanah partikulir dan tujuan untuk memberi tanah untuk penggarap (land to the tiller) sebagai bagian dari implementasi kebijakan pro‐petani menjadi latar belakang yang mewarnai perdebatan dan wacana pembentukan Rancangan UU Pokok Agraria di tahun 1950‐an akhir hingga tahun 1960 (lihat tulisan Tauchid, 1952 Edisi Cetak Ulang 2009; Asmu, 1964). Secara legal dan politis, kedua istilah ini dipakai dalam peraturan perundang‐ undangan dan kebijakan di Indonesia, apabila kita melihat dalam perjalanan sejarah perkembangan hukum agraria di Indonesia.

Dalam kajian World Bank mengenai Landreform tahun 1975, disebutkan mengenai penggunaan kedua istilah tersebut, sebagai berikut:

“Agrarian reform is a much more comprehensive concept than Landreform, since it involves modification of a wide range of conditions that affect the agricultural sector. These modifications might include changing price policies so as to turn the terms of trade in favor of the agricultural sector; increasing allocations to the agricultural sector in order to

34 | Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan 34 | Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan

Dalam kajian World Bank tersebut disebutkan bahwa ada kalanya sebuah proses Agrarian Reform tidak mengikut‐sertakan proses Landreform di dalamnya. Penjelasan utama dari pemahaman ini adalah bahwa adakalanya Landreform menjadi sebuah prasyarat sebelum dilakukannya agrarian reform; namun tidak jarang bahwa kondisi yang dibutuhkan bagi peningkatan hasil pertanian yang dituju oleh proses agrarian reform, tidak melulu harus dihasilkan dari perubahan struktur penguasaan dan pengelolaan tanah, karena tanah hanya menjadi salah satu faktor produksi (World Bank, 1975: 23). Misalnya saja, agrarian reform bisa dilakukan bahkan tanpa proses awal redistribusi tanah pada penggarap; namun proses pembaruan agraria ditekankan pada kebijakan pertanian yang lebih luas, misalnya intensifikasi produk pertanian, pembukaan akses pasar dan modal untuk pertanian, dan masih banyak lagi. Ini menarik, karena disini memperlihatkan “posisi” dari World Bank atau Bank Dunia bahwa Agrarian reform tetap bisa dilaksanakan tanpa Landreform, menunjukkan pemilihan dari lembaga ini terhadap proses atau mekanisme apa yang ingin dilakukan guna mencapai tujuan Agrarian reform.

Dalam konteks Indonesia, dari segi penggunaan istilah dan konsep ini, sebuah perkembangan menarik yang terjadi di manamuncul sebuah istilah “baru” yang khas Indonesia, khususnya dalam pelaksanaan Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN/RA) yang dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) yaitu menggunakan istilah PPAN atau Reforma Agraria secara bergantian dengan istilah “Landreform Plus”. Yang dimaksud dengan Landreform Plus adalah program pemerintah yang

Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan | 35 Strategi Pembaruan Agraria untuk Mengurangi Kemiskinan | 35